Trends in LIMS
Daftar isi
- Artikel ini membahas tanah sebagai benda bentukan alam. Untuk tanah sebagai objek hukum, lihat artikel lahan.
Tanah adalah bagian kerak bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.[1]
Tanah sangat vital peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan tumbuhan dengan menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup berbagai mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk hidup dan bergerak.[2][3]
Ilmu yang mempelajari berbagai aspek mengenai tanah dikenal sebagai ilmu tanah.
Dari segi klimatologi, tanah memegang peranan penting sebagai penyimpan air dan menekan erosi, meskipun tanah sendiri juga dapat tererosi.[4]
Komposisi tanah berbeda-beda pada satu lokasi dengan lokasi yang lain. Air dan udara merupakan bagian dari tanah.
Pembentukan tanah (pedogenesis)
Tanah berasal dari pelapukan batuan dengan bantuan organisme, membentuk tubuh unik yang menutupi batuan.[5] Proses pembentukan tanah dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah. Setiap horizon menceritakan mengenai asal dan proses-proses fisika, kimia, dan biologi yang telah dilalui tubuh tanah tersebut.
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang telah mengalami modifikasi/pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme (termasuk manusia), dan relief permukaan bumi (topografi) seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kelima faktor tersebut terbentuklah berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.[6]
Tanah terbentuk dari batuan dan batuan memerlukan waktu jutaan tahun untuk berubah menjadi tanah. Batuan menjadi tanah karena pelapukan yaitu proses hancurnya batuan menjadi tanah. Batuan dapat mengalami pelapukan karena berbagai faktor, di antaranya cuaca dan kegiatan makhluk hidup. Faktor cuaca yang menyebabkan pelapukan batuan, misalnya suhu dan curah hujan.
Pelapukan yang disebabkan oleh faktor cuaca ini disebut pelapukan fisika. Adapun makhluk hidup yang menyebabkan pelapukan, misalnya pepohonan dan lumut yang disebut pelapukan biologi. Tanah terbentuk dari beberapa faktor : batuan , iklim, jazad hidup, topografi dan waktu. Adanya berbagai berbedaan dari faktor-faktor tersebut , maka proses pelapukan dan pembentukan tanah berbeda-beda. Hal ini menyebabkan adanya perbedaan jenis tanah antara satu daerah dengan daerah lainnya.
Mitologi
Bagi orang Papua tanah dipandang sebagai ibu atau mama dalam bahasa lokal yang melahirkan , memberi makan, merawat dan mendidik. Tanah dipandang sebagai rahim yang menjadi sumber penghidupan. Suku Arfak menyebut tanah ibarat air susu ibu yang dibutuhkan bayi. Suku Amungme menganggap dirinya adalah bagian dari alam sekitar, oleh karena itu jika kita merusak alam berarti manusia tersebut merusak dirinya sendiri. Demikian juga dengan suku Kamoro yang menganggap tanah sebagai sumber lahirnya manusia keluar yang diartikan sebagai lahir dari dari mata air yang disebut Bunyomane.[7]
Pengurai
Dekomposer atau pengurai adalah organisme yang memakan organisme mati dan produk-produk limbah dari organisme lain. Pengurai membantu siklus nutrisi kembali ke ekosistem.
Dekomposer membuat tanah kaya dengan menambahkan senyawa organik dengan itu. Zat seperti karbon, air dan nitrogen dikembalikan ke ekosistem melalui tindakan pengurai. Yang termasuk contoh pengurai (dekomposer) adalah serangga, cacing tanah, bakteri, jamur, belatung, lactobacteria, kecoa, ragi, siput, lumut, dan actinomycetes/actinobacteria.
Dekomposer atau pengurai adalah makhluk hidup yang memperoleh energi dengan cara menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati.
Komponen
Komponen tanah adalah susunan dari proses terjadinya tanah. Tanah bukan merupakan timbunan bahan padat dalam sistem yang mati dan statis, namun merupakan suatu sistem yang dinamis dan hidup yang mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Setiap tanah tersusun dari bahan mineral/anorganik, bahan organik, air tanah, dan udara. Bahan mineral berasal dari hasil pelapukan batuan, sedangkan bahan organik berasal dari hasil penguraian organisme yang mati. Namun demikian perbandingan masing-masing bahan komponen penyusun tanah itu berbeda-beda pada setiap tanah dan berubah-ubah setiap saat. Untuk perbandingan komponen tanah yang baik yang dibutuhkan tanaman secara idealnya adalah bahan mineral 45% , bahan organik 5%, air 25% dan udara 25%.
Jenis-Jenis Organisme
Di dalam tanah terdapat jenis-jenis organisme tanah yang mempunyai fungsi dalam mata rantai kehidupan. Organisme yang terdapat di dalam tanah, ada beberapa jenis di antaranya adalah: pemecah bahan organik seperti tungau , kumbang, dan collembola yang memecah-mecah bahan organic yang besar menjadi bagian-bagian kecil, pembusuk bahan organik seperti jamur dan bakteri yang memecahkan bahan-bahan cellular.
Pengikat hara yang hidup bebas seperti alga dan azotobakter mengikat hara di dalam tanah. Pembangun struktur tanah seperti akar tanaman, cacing tanah, ulat-ulat, dan jamur semuanya membantu mengikat partikel-partikel tanah sehingga struktur tanah menjadi stabil dan tahan terhadap erosi. Patogen seperti jenis jamur tertentu, bakteri dan nematoda dapat menyerang jaringan tanaman. Predator atau pemangsa, termasuk protozoa, nematoda parasite dan jenis jamur tertentu, semuanya memangsa organisme tanah yang lain sebagai sumber makanan mereka.
Karakteristik
Tubuh tanah (solum) tidak lain adalah batuan yang melapuk dan mengalami proses pembentukan lanjutan. Usia tanah yang ditemukan saat ini tidak ada yang lebih tua daripada periode Tersier dan kebanyakan terbentuk dari masa Pleistosen.
Tubuh tanah terbentuk dari campuran bahan organik dan mineral. Tanah non-organik atau tanah mineral terbentuk dari batuan sehingga ia mengandung mineral. Sebaliknya, tanah organik (organosol/humosol) terbentuk dari pemadatan terhadap bahan organik yang terdegradasi.
Tanah organik berwarna hitam dan merupakan pembentuk utama lahan gambut dan kelak dapat menjadi batu bara. Tanah organik cenderung memiliki keasaman tinggi karena mengandung beberapa asam organik (substansi humik) hasil dekomposisi berbagai bahan organik. Kelompok tanah ini biasanya miskin mineral, pasokan mineral berasal dari aliran air atau hasil dekomposisi jaringan makhluk hidup. Tanah organik dapat ditanami karena memiliki sifat fisik gembur (sarang) sehingga mampu menyimpan cukup air namun karena memiliki keasaman tinggi sebagian besar tanaman pangan akan memberikan hasil terbatas dan di bawah capaian optimum.
Tanah non-organik didominasi oleh mineral. Mineral ini membentuk partikel pembentuk tanah. Tekstur tanah demikian ditentukan oleh komposisi tiga partikel pembentuk tanah: pasir, lanau (debu), dan lempung. Tanah pasiran didominasi oleh pasir, tanah lempungan didominasi oleh lempung. Tanah dengan komposisi pasir, lanau, dan lempung yang seimbang dikenal sebagai geluh (loam).
Warna tanah merupakan ciri utama yang paling mudah diingat orang. Warna tanah sangat bervariasi, mulai dari hitam kelam, cokelat, merah bata, jingga, kuning, hingga putih. Selain itu, tanah dapat memiliki lapisan-lapisan dengan perbedaan warna yang kontras sebagai akibat proses kimia (pengasaman) atau pencucian (leaching). Tanah berwarna hitam atau gelap sering kali menandakan kehadiran bahan organik yang tinggi, baik karena pelapukan vegetasi maupun proses pengendapan di rawa-rawa. Warna gelap juga dapat disebabkan oleh kehadiran mangan, belerang, dan nitrogen. Warna tanah kemerahan atau kekuningan biasanya disebabkan kandungan besi teroksidasi yang tinggi; warna yang berbeda terjadi karena pengaruh kondisi proses kimia pembentukannya. Suasana aerobik/oksidatif menghasilkan warna yang seragam atau perubahan warna bertahap, sedangkan suasana anaerobik/reduktif membawa pada pola warna yang bertotol-totol atau warna yang terkonsentrasi.[8]
Struktur tanah merupakan karakteristik fisik tanah yang terbentuk dari komposisi antara agregat (butir) tanah dan ruang antaragregat. Tanah tersusun dari tiga fase: fase padatan, fase cair, dan fase gas. Fase cair dan gas mengisi ruang antaragregat. Struktur tanah tergantung dari imbangan ketiga faktor penyusun ini. Ruang antaragregat disebut sebagai porus (jamak pori). Struktur tanah baik bagi perakaran apabila pori berukuran besar (makropori) terisi udara dan pori berukuran kecil (mikropori) terisi air. Tanah yang gembur (sarang) memiliki agregat yang cukup besar dengan makropori dan mikropori yang seimbang. Tanah menjadi semakin liat apabila berlebihan kadar lempungnya sehingga kekurangan makropori.
Manfaat
Manfaat tanah bagi kehidupan manusia antara lain tanah sebagai lahan, bahan baku industri dan sumber energi.
1. Tanah sebagai lahan , dimanfaatkan untuk pemukiman, lahan industri, lahan pertanian dan lain-lain.[9]
2. Tanah sebagai bahan mentah industri antara lain : Tanah liat, lempung merupakan bahan pembutan gerabah, bahan baku semen, bahan bangunan (genteng, bata), lumpur untuk pengeboran minyak, cetakan pengecoran besi. Tanah kaolin sejenis liat, lunak, warnanya putih/kuning/abu-abu kaya aluminium silikat dan dapat digunakan untuk bahan baku kertas, tekstil, kimia dan keramik.
3. Tanah sebagai sumber energi. Tanah gambut merupakan salah satu sumber energi alternatif. Daerah persebaran tahan gambut di Indonesia terdapat di Sumatra Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Papua.
Pencemaran tanah
Pencemaran tanah terjadi akibat masuknya benda asing (misalnya senyawa kimia buatan manusia) ke tanah dan mengubah suasana/lingkungan asli tanah sehingga terjadi penurunan kualitas tanah. Pencemaran dapat terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraaan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara sembarangan (illegal dumping).
Lihat pula
Referensi
- ^ Russanti, Irma (2019). Eksplorasi Batik Tanah. Pantera Publishing. hlm. 16. ISBN 9786026013736.
- ^ Idham (2021). Konstitusionalisme tanah hak milik di atas tanah hak pengelolaan. Penerbit Alumni. hlm. 123.
- ^ Robert J. Kodoatie, Dirmawan, Christine Mayavani (2021). Tata Ruang Sungai Aluvial dan Sungai Non-Aluvial CAT dan Non-CAT. Penerbit Andi. hlm. 107. ISBN 9786230103056.
- ^ Kurniawan, Aris (2022). "Pengertian Tanah Beserta Proses Dan Fungsinya". gurupendidikan.co.id. Diakses tanggal 2022-05-31.
- ^ Susanto, Heru (2013). Bijak Meminjam dan Menggunakan Uang Bank. Elex Media Komputindo. hlm. 259. ISBN 9786020220949.
- ^ Olilingo, Fachrudin Zain (2017). Potensi Investasi di Provinsi Gorontalo. Deepublish. hlm. 102. ISBN 9786024535476.
- ^ "Mulyadi" (2019). etnografi pembangunan papua. Sleman: deepublish. ISBN 978-623-209-898-5.
- ^ "The Color of Soil". United States Department of Agriculture - Natural Resources Conservation Service. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-10-27. Diakses tanggal 2008-07-08.
- ^ Wulandari, Trisna (2021). "4 Dampak Alih Fungsi Lahan Pertanian Menjadi Permukiman". detikcom. Diakses tanggal 2022-05-31.
Bahan bacaan terkait
- Soil-Net.com A free schools-age educational site teaching about soil and its importance.
- Adams, J.A. 1986. Dirt. College Station, Texas: Texas A&M University Press ISBN 0-89096-301-0
- Certini, G., Scalenghe, R., 2006. Soils: Basic concepts and future challenges. Cambridge Univ Press, Cambridge UK.
- David R. Montgomery, Dirt: The Erosion of Civilizations, ISBN 978-0-520-25806-8
- Faulkner, Edward H. Plowman's Folly. New York, Grosset & Dunlap. 1943. ISBN 0-933280-51-3
- LandIS Free Soilscapes Viewer Free interactive viewer for the Soils of England and Wales
- Geo-technological Research Paper, IIT Kanpur, Dr P P Vitkar - Strip footing on weak clay stabilized with a granular pile National Research Council Canada: From Discovery to Innovation / Conseil national de recherches Canada: de la découverte à l'innovation[pranala nonaktif] (Inggris), (Prancis)
- Jenny, Hans, Factors of Soil Formation: A System of Quantitative Pedology 1941 http://www.soilandhealth.org/01aglibrary/010159.Jenny.pdf Diarsipkan 2013-02-25 di Wayback Machine.
- Logan, W. B., Dirt: The ecstatic skin of the earth. 1995 ISBN 1-57322-004-3
- Mann, Charles C.: " Our good earth" National Geographic Magazine September 2008
- "97 Flood". USGS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-06-24. Diakses tanggal 8 July 2008. Photographs of sand boils.
- Soil Survey Division Staff. (1999) Soil survey manual. Soil Conservation Service. U.S. Department of Agriculture Handbook 18.
- Soil Survey Staff. (1975) Soil Taxonomy: A basic system of soil classification for making and interpreting soil surveys. USDA-SCS Agric. Handb. 436. United States Government Printing Office, Washington, DC.
- Soils Diarsipkan 2006-08-28 di Wayback Machine., Oregon State University
- Why Study Soils? Diarsipkan 2018-02-09 di Wayback Machine.
- Soil notes Diarsipkan 2005-03-17 di Wayback Machine.
- LandIS Soils Data for England and Wales a pay source for GIS data on the soils of England and Wales and soils data source; they charge a handling fee to researchers.
Pranala luar
- World Reference Base for Soil Resources
- ISRIC - World Soil Information (ICSU World Data Centre for Soils)
- World Soil Library and Maps Diarsipkan 2012-10-10 di Wayback Machine.
- Wossac the world soil survey archive and catalogue
- Soil Science Society of America
- USDA-NRCS Web Soil Survey
- European Soil Portal (wiki)
- National Soil Resources Institute UK
- Plant and Soil Sciences eLibrary
- Percolation Test Learn about Soil, Percolation, Perc and Perk Tests.
- Peak Soil Diarsipkan 2010-11-22 di Wayback Machine.
- [1] Salt and water balance of the soil
- [2] Diarsipkan 2013-11-25 di Wayback Machine. Many agricultural resources including a copy of the reference 'Soil: the 1957 yearbook of agriculture'