Trends in LIMS
Daftar isi
Faisol Riza | |
---|---|
Wakil Menteri Perindustrian Indonesia ke-3 | |
Mulai menjabat 21 Oktober 2024 | |
Presiden | Prabowo Subianto |
Menteri | Agus Gumiwang Kartasasmita |
Pengganti Petahana | |
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia | |
Masa jabatan 20 Maret 2018 – 20 Oktober 2024 Pengganti Antar Waktu hingga 30 September 2019 | |
Presiden | Joko Widodo |
Ketua DPR | Bambang Soesatyo Puan Maharani |
Pengganti Petahana | |
Grup parlemen | Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa |
Daerah pemilihan | Jawa Timur II |
Mayoritas | 82.777 (2019) 214.779 (2024) |
Informasi pribadi | |
Lahir | 01 Januari 1973 Kraksaan, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur |
Kebangsaan | Indonesia |
Partai politik | PKB |
Afiliasi politik lainnya | (sebelumnya Partai Rakyat Demokratik) |
Hubungan | Dhohir Farisi (Adik) Hasan Aminuddin (Sepupu) Dini Rahmania (Keponakan) |
Pendidikan | Pondok Pesantren Nurul Jadid |
Almamater | Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara Jakarta Universitas Indonesia |
Profesi | Politisi |
• L • B |
Faisol Riza (lahir 1 Januari 1973) adalah seorang santri dan aktivis pejuang reformasi yang sempat diculik, tetapi dikembalikan. Ia dikenal sebagai kerabat Hasan Aminuddin mantan Bupati Probolinggo.[1]
Karir Politik
Ia sempat menjadi ketua PRD untuk mempersiapkan keikutsertaan dalam Pemilu. Namun kemudian Faisol Riza bergabung dengan PKB dan sempat menjadi Staf Ahli Kementrian Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, Muhaimin Iskandar 2009 - 2014 juga Staff Khusus Kementrian Pemuda dan Olah Raga, Imam Nahrawi 2014 - 2018. Ia tercatat menjadi Wasekjen PKB pada tahun 2018. saat ini menjabat sebagai Anggota DPR RI dari 20 Maret 2018 menggantikan Abdul Malik Haramain yang mengundurkan diri untuk menjadi calon Bupati Probolinggo 2018 - 2023. Ia berhasil meraih kursi saat Pemilihan Legislatif 2019 dari Dapil Jawa Timur dan memperoleh 82.777 suara, ia ditunjuk menjadi Ketua Komisi VI DPR-RI. Ia juga sempat terpilih menjadi Ketua Bidang Olahraga, Kesenaian dan Milenial PKB pada tahun 2019.
Penculikan dan Penyiksaan
Seiring perburuan oleh Orde Baru terhadap aktivis yang dianggap mengganggu kekuasaan dan dipicu pula oleh peristiwa Ledakan Tanah Tinggi,[2] maka Faisol Riza mulai melarikan diri dari kejaran. Ia sempat bersembunyi di RSCM, tetapi terus dikejar hingga terpojok di lantai dua. Ia dipukul dan ditendang sehingga badannya penuh lebam dan kacamatanya pecah.[3] Ulu hatinya juga dipukul, sehingga tak sanggup berteriak. Matanya ditutup dan dibawa ke suatu tempat dengan todongan pistol di pinggang agar tak berani melawan.[4]
Selanjutnya Faisol Riza dan Raharja Waluyo Jati diinterogasi dengan penyiksaan. Ia mengungkapkan kejamnya penyiksaan tersebut yang meningkat bertahap di setiap pertanyaan:
" Setiap jawaban berhadiah pukulan. Kalau tidak menjawab, dua pukulan. Pertanyaan kelima sudah menggunakan setruman. Tangan diborgol ke kursi. kaki juga (diborgol) ke kaki kursi. " [3]
Pertanyaan interogasi yang diajukan berkisar aktivitas mereka di SMID (Solidaritas Mahasiswa untuk Demokrasi) dan PRD (Partai Rakyat Demokratik). Mereka juga ditanya hubungannya dengan jaringan pro demokrasi serta tokoh-tokoh nasional seperti Amien Rais, Megawati Soekarnoputri, dan Sofyan Wanandi.Mereka kemudian menyadari bahwa dikurung dan disiksa bersama Pius Lustrilanang, Desmond J Mahesa, dan Haryanto Taslam. Lalu kemudian bersama Herman Hendrawan, Yani Afri, dan Sonny.[4]
Faisol Riza kemudian dibebaskan dan dikembalikan ke Probolinggo, ke rumah orangtuanya. Waluyo Djati ke flyover Cipinang dan dibekali tiket dan uang saku untuk pulang. Sementara Herman Hendrawan tak jelas kabarnya.[4]
Menurut pengakuan ibunya yang baru mengetahui penyiksaan ini di kemudian hari, Faisol Riza bersama Waluyo Jati ditidurkan di atas balok es dalam keadaan telanjang dan luka-luka di tubuhnya adalah akibat sundutan rokok. Penyiksaan paling berat adalah disetrum dan digantung terbalik dengan tali.[5]
Penyiksaan ini, walaupun secara fisik telah sembuh, mendatangkan trauma di kemudian hari. Faisol Riza diketahui ketakutan saat duduk di atas kursi. Kakinya selalu dinaikkan. Ia juga ketakutan dan kaget bila ada kucing tiba-tiba lewat. Ia juga tinggal berpindah-pindah setelah dibebaskan, untuk menghindari pengintaian intel.[5]
Referensi
- ^ RI, Setjen DPR. "Profil Anggota DPR RI - Dewan Perwakilan Rakyat". www.dpr.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-16. Diakses tanggal 15 November 2020.
- ^ Administrator (17 Mei 1999). "Bom Misterius dari Tanahtinggi". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-28. Diakses tanggal 15 November 2020.
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamamerdeka
- ^ a b c Kembalinya Aktivis yang Hilang. Diarsipkan 2021-10-18 di Wayback Machine. dari situs era.id
- ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamasuara