The US FDA’s proposed rule on laboratory-developed tests: Impacts on clinical laboratory testing
Daftar isi
Don Juan de Austria | |
---|---|
Lahir | Regensburg | 24 Februari 1547
Meninggal | 1 Oktober 1578 (pada usia 31 tahun) Bouge, dekat Namur |
Orang tua | Karl V, Kaisar Romawi Suci Barbara Blomberg |
Wangsa Habsburg Cabang Spanyol |
---|
Kaisar Carlos V (Raja Carlos I) |
|
Felipe II |
Felipe III |
Felipe IV |
Carlos II |
Don Juan de Austria[a] (24 Februari 1547 – 1 Oktober 1578) atau Ritter Johann von Österreich dalam bahasa Jerman, adalah anak luar nikah dari Carlos I, Raja Spanyol yang lebih dikenal sebagai Karl V, Kaisar Romawi Suci. Don Juan de Austria menjadi senapati Kerajaan Spanyol pada masa pemerintahan abang tirinya, Raja Felipe II, dan termasyhur sebagai laksamana yang memimpin armada Liga Suci dalam Pertempuran Lepanto.
Riwayat hidup
Masa kecil
Don Juan de Austria, yang lahir di Kota Swapraja Regensburg, Oberpfalz, adalah anak hasil hubungan gelap antara Kaisar Karl V (menduda semenjak 1539), dan Barbara Blomberg, seorang biduanita, anak perempuan seorang burger (saudagar).
Tarikh lahirnya tidak dapat dipastikan, karena beberapa sumber rujukan menyebutkan bahwa ia lahir pada 1545, sementara sumber-sumber rujukan lainnya, seperti G. Parker atau P. Pierson, menyebutkan bahwa ia lahir pada 1547. Menurut P. Pierson, beberapa rekan segenerasi Don Juan menegaskan bahwa ia lahir pada 1545, tetapi bukti tertua yang ditemukan di Prancis, yakni catatan tentang upacara-upacara kenegaraan, memperkuat tarikh 1547.
Pada musim panas 1554, anak hasil hubungan gelap ini dibawa ke puri kediaman Luis de Quijada di Villagarcía de Campos, Valladolid. Istri Luis de Quijada, Magdalena de Ulloa, mengasuh dan mendidik anak ini, dibantu guru bahasa Latin yang bernama Guillén Prieto, padri kapelan yang bernama García de Morales, dan seorang bentara yang bernama Juan Galarza.
Kaisar Karl V menulis selembar kodisil bertarikh 6 Juni 1554 yang berisi pengakuan "bahwa sesungguhnya selama berada di Jerman, sesudah menduda, aku telah menurunkan seorang anak kandung dari seorang perempuan yang belum menikah, dan diberi nama Geronimo".[1] Pada musim panas tahun 1558, Kaisar Karl V menitahkan agar Luis de Quijada, Magdalena de Ulloa, dan Jeromín pindah ke Desa Cuacos de Yuste. Sang Kaisar sudah lebih dahulu tinggal di Biara Yuste, tak jauh dari desa itu. Semenjak saat itu sampai dengan akhir hayatnya pada bulan September 1558, Kaisar Karl V sempat beberapa kali menjenguk putranya yang kala itu sudah berusia 11 tahun. Dalam surat wasiat terakhir yang dibuatnya pada 1558, Sang Kaisar secara resmi mengakui Jeromín sebagai putranya, dan berpesan agar nama Jeromín diganti menjadi Juan, untuk mengenang Ratu Juana I, mendiang ibunda Kaisar Karl V dan nenek dari Jeromín.[b] Sang Kaisar juga berpesan agar putranya itu kelak menjadi rohaniwan dan berkarier di lingkungan gerejawi.[2]
Felipe, satu-satunya putra sah Kaisar Karl V yang masih hidup, dan yang telah dinobatkan menjadi Raja Spanyol setelah ayahnya turun takhta, kala itu sedang berada di luar negeri Spanyol. Desas-desus mengenai ayah Jeromín telah merebak ke mana-mana, tetapi terus-menerus disangkal oleh Luis de Quijada. Luis de Quijada akhirnya menyurati Kaisar Karl V untuk meminta petunjuk. Sang Kaisar membalas surat itu dengan selembar nota yang ditulis oleh sekretaris pribadinya, Francisco de Eraso. Nota yang masih menampakkan coretan dan penggantian kata itu berisi pertimbangan-pertimbangan Kaisar Karl V untuk menangani permasalahan pelik itu dengan sebaik-baiknya. Luis de Quijada dinasihati untuk bersabar sambil menunggu Felipe II pulang ke Spanyol. Putri Juana, janda Pangeran Portugal dan penjabat Raja Spanyol selama kepergian abangnya, Raja Felipe II, diminta untuk menjenguk Jeromín. Putri Juana menjenguk Jeromín di Valladolid pada Mei 1559, bertepatan dengan penyelenggaraan auto-da-fé di kota itu.
Raja Felipe II pulang dari Brussel pada 1559, dan sudah tahu mengenai hal-ikhwal surat wasiat ayahnya. Sesampainya di Valladolid, ia memerintahkan Luis de Quijada untuk membawa serta Jeromín ke sebuah pesta perburuan. Raja Felipe pertama kali bertemu dengan Jeromín pada 28 September di Biara Santa María de La Santa Espina.[3] Ketika melihat Sang Raja datang, Luis de Quijada menyuruh Jeromín turun dari tunggangannya dan mempersembahkan penghormatan yang layak bagi junjungannya. Ketika mempersembahkan penghormatannya, Jeromín ditanyai oleh Raja Filipe, apakah ia mengenal ayahnya. Manakala Jeromín mengungkapkan ketidaktahuannya, Raja Felipe merangkulnya dan menjelaskan bahwa mereka berdua berasal dari satu ayah, dan oleh karena itu adalah adik-beradik. Meskipun demikian, Raja Felipe tetap berpegang teguh pada adat istiadat dan tata krama kerajaan: Sekalipun Jeromín adalah anggota wangsa Habsburg, ia tidak boleh disapa "Su Alteza",[c] yakni sapaan khusus bagi keluarga raja dan para adipati. Secara resmi ia patut disapa "Su Excelencia",[d] yakni sapaan bagi para grande Kerajaan Spanyol, dan menyandang nama resmi Don Juan de Austria. Don Juan tidak tinggal di istana raja, tetapi memiliki rumah kediaman pribadi yang dikelola oleh Luis de Quijada. Raja Felipe mengizinkan Don Juan untuk menerima tunjangan yang telah ditetapkan baginya oleh Kaisar Karl V, agar ia mampu untuk hidup selayaknya putra seorang kaisar dan adik seorang raja. Dalam upacara-upacara kenegaraan, Don Juan harus berdiri, berjalan, dan berkendara di belakang barisan keluarga raja, namun masih di depan barisan para grande.[2][4]
Masa belajar
Don Juan menamatkan pendidikannya di universitas Alcalá de Henares (sekarang bernama Universidad Complutense de Madrid), tempat ia menuntut ilmu bersama dua orang kemenakannya yang sebaya dengan dirinya, yakni Pangeran Carlos (putra dan ahli waris Raja Felipe II) dan Alessandro Farnese, Pangeran Parma (putra dari salah seorang anak luar nikah yang diakui oleh Kaisar Karl V, yakni Margarita de Austria, Permaisuri Adipati Parma). Ketiga pemuda ini berguru pada Honorato Hugo (murid dari Juan Luis Vives). Pada 1562, anggaran belanja "Rumah Tangga Don Juan de Austria" mulai disertakan dalam anggaran belanja Rumah Tangga Istana. Don Juan dianggarkan menerima dana sebesar 15.000 dukat, sama dengan jumlah yang diterima kakak tirinya, Putri Juana, janda Pangeran Portugal, yang sangat akrab dengan dirinya.
Di universitas ini, Don Juan mulai mepersiapkan diri untuk berkarier sebagai rohaniwan. Di universitas ini pula, pada 1562, Pangeran Carlos mengalami cedera tulang tengkorak yang berdampak buruk pada kepribadiannya.
Pada 1565, Alessandro Farnese meninggalkan Alcalá de Henares untuk menetap di Brussel, kota kediaman ibunya, Margarita dari Parma, yang menduduki jabatan sebagai Gubernur Spanyol atas Negeri Belanda. Alessandro menikah dengan Maria dari Portugal selama tinggal di Brussel. Konon Alessandrolah yang mengajari Don Juan menjadi seorang perayu ulung. Di kemudian hari, Don Juan mengakui dua orang anak luar nikah sebagai putri kandungnya, seorang di Spanyol, dan seorang lagi di Napoli.[2][4]
Don Juan juga terlibat secara aktif dalam upacara-upacara di lingkungan istana. Dalam upacara pembaptisan dua orang putri Raja Felipe II, yakni Isabel Clara Eugenia dan Catalina Micaela, Don Juan adalah kerabat yang ditugasi menggendong kedua infanta itu menuju bejana baptis.
Pada 1565, Kekaisaran Utsmaniyah menyerang Pulau Malta. Untuk mempertahankan diri, Kerajaan Spanyol menghimpun satu armada di Bandar Barcelona. Don Juan pun minta izin dari Raja Felipe II untuk bergabung dengan barisan tentara angkatan laut, namun tidak diperbolehkan. Sekalipun tidak direstui abangnya, Don Juan segera meninggalkan istana menuju Barcelona, akan tetapi sesampainya di Barcelona, armada Spanyol telah bertolak bandar itu. Hanya sepucuk surat dari abangnya, Raja Felipe II, yang mampu mencegah Don Juan bergabung dengan armada Spanyol di bawah pimpinan García Álvarez de Toledo y Osorio, Raja Muda Sisilia, yang kala itu berlabuh di Italia.
Mungkin karena jabatan Don Juan atau mungkin pula karena persahabatan yang erat selama bertahun-tahun dengan Don Juan, Pangeran Carlos membeberkan rencananya untuk minggat dari Spanyol ke Negeri Belanda lewat Italia kepada pamannya itu. Pangeran Carlos memerlukan bantuan Don Juan untuk mendapatkan galai yang dapat ditumpanginya menuju Italia. Sang Pangeran berjanji akan membalas budi dengan menyerahkan kekuasaan atas Kerajaan Napoli kepada Don Juan. Dengan dalih akan memberi jawaban, Don Juan segera berangkat ke El Escorial dan mengadukan rencana itu kepada Raja Felipe.
Don Juan kembali ke Laut Tengah untuk mengambil alih kepemimpinan atas armada Spanyol. Setelah berembuk dengan para penasihatnya di Cartagena pada 2 Juni 1568, ia bertolak menuju laut lepas untuk memerangi corsario. Kegiatan ini dilakukannya selama tiga bulan sebelum kemudian memutar haluan menuju Afrika Utara, berlayar menelusuri garis pantai, dan berlabuh di Oran dan Melilla.
Pemberontakan La Alpujarra
Maklumat bertarikh 1 Januari 1567 yang dikeluarkan oleh Kerajaan Spanyol memaksa orang-orang Morisko yang berdiam di Kerajaan Granada, khususnya di daerah La Alpujarra, untuk meninggalkan seluruh adat istiadat, bahasa, busana khas, dan tata cara peribadatan mereka. Pemberlakuan maklumat ini mendorong orang-orang Morisko mulai menyusun rencana pemberontakan terbuka semenjak bulan April 1568. Pada akhir tahun 1568, hampir dua ratus kota bangkit memberontak.
Raja Felipe memecat Iñigo López de Mendoza dari jabatan Capitán General Granada, dan mengangkat Don Juan menjadi Capitán General, yakni panglima tertinggi bala tentara kerajaan. Raja Felipe juga menunjuk penasihat-penasihat yang tepercaya untuk melindungi dan membimbing Don Juan, salah satunya adalah Luis de Requesens. Pada 13 April 1569, Don Juan tiba di Granada, dan dengan telaten mulai membentuk pasukan tempurnya sambil mempelajari tata kelola logistik militer dan keterampilan baris-berbaris. Luis de Requesens dan Álvaro de Bazán melakukan kawal sambang menyusuri perairan pantai dengan galai-galai mereka guna membendung masuknya pasokan perbekalan dan bala bantuan dari orang Berber.
Kebijakan pemerintah Kerajaan Spanyol untuk mendeportasi orang-orang Morisko semakin mempergenting keadaan. Agar dapat bertindak secara lebih efektif, Don Juan meminta izin dari Raja Felipe untuk melakukan penyerangan. Sang Raja memberikan izinnya dan Don Juan pun bergerak meninggalkan Granada memimpin sepasukan besar bala tentara yang diperlengkapi dengan baik. Setelah memadamkan pemberontakan di daerah-daerah sekitar Granada, ia memimpin pasukannya bergerak ke timur melalui Guadix. Pasukan-pasukan veteran dari Italia berkekuatan 12.000 prajurit bergabung dengan bala tentara Don Juan di Guadix. Pada akhir tahun 1569, Don Juan telah berhasil memadamkan pemberontakan di Güéjar, dan pada penghujung bulan Januari 1570, ia telah maju mengepung Kota Galera. Aksi pengepungan Galera terpaksa dihentikan karena bentengnya sangat sukar direbut. Don Juan akhirnya memerintahkan aksi penggempuran besar-besaran atas kota itu dengan memanfaatkan senjata berat dan ranjau-ranjau yang dipasang pada tempat-tempat strategis. Pada 10 Februari 1570, ia berhasil menerobos masuk, meratakan seisi kota dengan tanah, dan menggarami tanahnya. Antara 400 sampai 4500 warganya tewas terbunuh, dan 2000 sampai 4500 warganya yang selamat dijual sebagai budak belian.[5][6] Don Juan kemudian maju menggempur benteng Serón. Di Serón, Don Juan terluka di kepala karena terserempet peluru, sementara ayah angkatnya, Luis de Quijada, menderita luka-luka dan wafat seminggu kemudian di Caniles pada 25 Februari. Tak lama kemudian Don Juan berhasil merebut Kota Terque yang menguasai seluruh kawasan tengah Lembah Sungai Almería.
Pada bulan Mei 1570, Don Juan melakukan perundingan damai dengan El Habaquí. Perang pemberantasan pemberontakan yang terakhir berlangsung pada musim panas dan musim gugur 1570. Pada bulan February 1571, Raja Felipe II menandatangani maklumat pengusiran semua orang Morisko dari Kerajaan Granada. Surat-surat yang ditulis Don Juan meriwayatkan tindakan pengusiran paksa terhadap keluarga-keluarga secara keseluruhan, kaum perempuan dan kanak-kanak, sebagai "dukacita manusia" terbesar yang dapat diperikan.
Perang Siprus dan Pertempuran Lepanto
Perang Siprus menjadi pusat perhatian Spanyol setelah Sri Paus Pius V mengirim utusan menghadap Raja Felipe, memintanya bergabung dengan Sri Paus dan orang-orang Venesia dalam persekutuan Liga Suci menghadapi bangsa Turki. Felipe setuju dan negosiasi pun dibuka di Roma. Syarat-syarat Felipe antara lain adalah penunjukan Don Juan sebagai panglima tertinggi armada Liga Suci. Walaupun ia sepakat untuk membebaskan Siprus, ia juga berniat memulihkan kekuasaan Spanyol atas Tunis. Pemimpin Muslim Tunis, sekutu Raja Felipe, telah dilengserkan oleh Turki. Tunis merupakan ancaman langsung bagi Sisilia, salah satu kerajaan Felipe. Felipe juga berniat menaklukkan Aljir, sarang para perompak yang kerap mengganggu Spanyol. Kaisar Karl V pernah mencoba melakukannya melalui Eskpedisi Aljir (1541), namun tidak berhasil.
Don Juan sudah merampungkan pemulihan keamanan di Granada, tetapi negosiasi di Roma masih saja berjalan bertele-tele. Pada musim panas 1570, armada Felipe bertolak menuju Siprus di bawah pimpinan laksamana paus, Marcantonio Colonna. Panglima kekuatan tempur Felipe adalah Gian Andrea Doria, orang Genova, putra dari keponakan Andrea Doria yang termasyhur itu. Setelah mencapai pesisir Turki pada bulan September, Colonna dan orang-orang Venesia berkeinginan meneruskan pelayaran menuju Siprus sementara Doria berkilah sudah lewat musimnya. Tak lama kemudian tiba khabar bahwa Nikosia, ibu kota Siprus, telah jatuh ke tangan Turki, tinggal bandar Famagusta yang masih bertahan. Penyakit melanda armada Venesia sehingga timbul kesepahaman bahwasanya lebih baik kembali ke pelabuhan. Cuaca pun memburuk, dan meskipun armada Doria berhasil mencapai pelabuhan dalam keadaan tertib dan teratur, armada Venesia justru kacau-balau diamuk badai. Di antara persekutuan Kristen itu muncul sikap saling benci yang ditunjukkan secara terang-terangan, sementara pihak Turki justru sedang memperketat pengepungannya atas Famagusta.[7]
Orang-orang Venesia memperbaiki kapal-kapal galai mereka dan mempersiapkan enam galias yang dipersenjatai penuh. Sri Paus menyewa dua belas galai milik Adipati Agung Toscana. Adipati Savoia dan Adipati Parma juga menyiapkan kapal-kapal galai mereka, dan Aleksander Farnese menumpangi salah satunya. Ketika pembentukan Liga Suci secara resmi ditandatangani pada pada bulan Mei, Don Juan ditetapkan sebagai panglima tertinggi dan diberi berbagai instruksi oleh Felipe. Dalam instruksi-instruksi itu terdapat pula peringatan untuk tidak main-main dengan perempuan. Peringatan ini, dan juga beberapa instruksi lain dari Felipe, diabaikan begitu saja oleh Don Juan. Don Juan baru bertolak bersama kekuatan tempur Spanyol dari Barcelona sesudah akhir Juli, dan keseluruhan armada Liga Suci baru bertolak dari Messina sesudah pertengahan September. Don Juan telah bertekad untuk bertempur, mempersatukan negara-negara sekutu, dan mengakhiri rasa saling curiga di antara mereka.[7]
Don Juan berhadap-hadapan dengan armada Turki di Lepanto, Teluk Korintus. Setelah sedikit-banyak berdebat, pihak Turki pun memutuskan untuk bertempur, sekalipun telah berlayar sepanjang musim panas dan telah memulangkan sebagian pasukannya. Armada mereka lebih besar, terdiri atas hampir 300 galai jika dibandingkan dengan 207 galai dan enam galias yang dipimpin Don Juan. Pada 7 Oktober 1571, armada Turki tampil di Teluk Patras dalam formasi tempur. Don Juan menuntun armada Liga Suci melewati gugusan pulau-pulau kecil yang dikenal dengan nama Curzolaris (sebagian besar kini hilang akibat tergerusnya garis pantai), dan membaginya menjadi satuan tempur sayap kiri di bawah pimpinan panglima Venesia, satuan tempur sayap kanan yang di bawah pimpinan Doria, satuan tempur utama yang terkuat di bagian tengah di bawah pimpinannya sendiri, dan satuan tempur pertahanan belakang yang kuat di bawah pimpinan Markis Santa Cruz. Masing-masing satuan tempur terdiri atas kapal-kapal galai dari masing-masing negara anggota Liga Suci, dan pada kedua sayap dan bagian tengah ditempatkan masing-masing dua galias. Pertempuran pecah sekitar tengah hari. Tembakan beruntun peluru meriam dari kapal-kapal galias mengacaukan formasi tempur Turki yang maju menyerang, dan senjata-senjata persekutuan Kristen yang jauh lebih besar dan banyak itu menimbulkan kerusakan parah tatkala sayap kanan dan bagian tengah armada Turki datang merapat. Pada pertarungan berjungkat-jungkit di atas geladak, pihak sekutu keluar sebagai pemenang. Di antara prajurit-prajurit Liga Suci yang terluka terdapat pula Miguel de Cervantes, pemuda 24 tahun yang di kemudian hari dikenal sebagai penulis kisah Don Quixote. Cervantes kelak menghasilkan pula sebuah tulisan yang membabarkan keberanian para petarung Kristen.[7]
Orang-orang Turki tetap bersatu di bawah pimpinan Uluj Ali, Gubernur Jenderal Aljir sekaligus laksamana terbaik Turki, dan mencoba melawan manuver satuan tempur sayap kanan Doria, memancingnya agar menjauh dari satuan tempur bagian tengah armada Liga Suci. Begitu ada celah antara satuan tempur Doria dan satuan tempur bagian tengah, Uluj Ali dengan cepat berbalik haluan dan menyerang celah itu, menghancurkan tiga galai milik Ksatria Malta yang berlayar di sisi kiri satuan tempur Don Juan. Don Juan dengan cerdik bergerak memutar sementara Markis Santa Cruz maju menggempur Uluj Ali dengan satuan tempur pertahanan belakang yang dipimpinnya. Uluj Ali sendiri dan mungkin setengah dari satuan tempurnya berhasil lolos. Kemenangan sudah di depan mata, dengan hancurnya armada Turki dan hilangnya ribuan pasukan veteran. Korban jiwa lebih dari 13.000 prajurit di pihak Liga Suci sendiri tak dapat disepelekan begitu saja. Meskipun demikian, seusai pertempuran, Liga Suci berhasil membebaskan lebih dari sepuluh ribu budak Kristen, sehingga sedikitnya dapat menutupi kerugian yang mereka derita.[8] Pada malam hari turun badai sehingga pihak pemenang harus berlayar menuju pelabuhan, sementara pemberontakan-pemberontakan sporadis orang-orang Yunani dilindas dengan kejam oleh Turki. Selama dan sesudah Pertempuran Lepanto, Don Juan disapa "Su Alteza" juga "Pangeran", baik dalam surat-menyurat maupun secara langsung. Hal ini bertentangan dengan protokol dan tata-tertib sapaan yang ditetapkan Felipe. Tidak ada keterangan tertulis yang menyiratkan bahwa Felipe pernah menganugerahkan gelar dan sapaan kehormatan itu kepada Don Juan.[2][4]
Tunisia dan Italia
Kemenangan di Lepanto membuat Don Juan tersohor sebagai seorang pahlawan di Eropa, namun juga memperbesar ambisinya. Ia ingin memiliki kerajaan sendiri, dan juga ingin menerima perlakuan selayaknya seorang anggota keluarga kerajaan, yang secara sengaja tidak diberikan baginya.
Pada 1572, serombongan utusan rakyat Albania meminta Don Juan menjadi penguasa mereka. Ia meminta pertimbangan abangnya yang menasihatinya untuk menolak permintaan itu tetapi tetap berhubungan baik dengan rakyat Albania. Atas izin Sang Raja, selama bulan-bulan berikutnya (Juli sampai Oktober) Don Juan melakukan upaya pencarian terhadap Uluj Ali yang berhasil lolos dari pertempuran Lepanto. Uluj Ali, yang sadar betul akan keunggulan angkatan laut Spanyol, tahu caranya untuk menghindar sehingga gagal ditemukan.
Pada tahun berikutnya, Republik Venesia menandatangani perjanjian damai sendiri dengan Kekaisaran Utsmaniyah. Liga Suci secara resmi dibubarkan, dan Don Juan mengganti bendera Liga Suci di kapal-kapalnya dengan bendera Kerajaan Kastila. Dengan demikian, angkatan laut Spanyol kini bebas dikerahkan demi kepentingan negeri sendiri, dan Don Juan pun tidak menyia-nyiakan peluang ini. Ia meminta diberi kuasa untuk memimpin usaha penaklukan atas Tunisia. Dari La Goulette, benteng yang dikuasai oleh sekutu Spanyol, Don Juan maju memerangi Tunisia, dan dalam waktu singkat berhasil menguasai negeri itu pada bulan Oktober 1573.
Akhir hayat
Kondisi kesehatannya semakin memburuk, dan ia terserang demam. Don Juan de Austria wafat pada hari minggu, tanggal 1 Oktober 1578, pada usia 31 tahun. Jenazahnya kemudian dibedah.
Hubungan asmara dan keturunan
Wanita-wanita berikut ini dipastikan pernah menjalin hubungan asmara dengan Don Juan de Austria:[4]
- María Ana de Mendoza (1545 – 22 April 1570), perwara Juana de Austria, Istri Pangeran Portugal dan putri dari Diego Hurtado de Mendoza, Pangeran-Penguasa Melito dan Adipati Francavilla yang pertama.[9] Hubungan ini menghasilkan seorang anak perempuan:[2][4]
- Maria Ana de Austria (November 1569, Villagarcía de Campos, Madrid – 27 November 1629, Las Huelgas, Burgos), yang kelak menjadi Abdis Biara Santa María la Real de Las Huelgas sejak 1611.
- Ana de Toledo. Tidak ada keturunan yang diketahui dari hasil hubungan mereka.[2][4]
- Zenobia Sarotosia (lahir ca. 1540), putri dari Vincenzo Sarastrosio dan Violante Garofano.[10] Hubungan ini menghasilkan seorang anak laki-laki:
- Diana Falangola (lahir 1556), putri dari Scipione Falagona, Penguasa Fagnano.[11] Hubungan ini menghasilkan seorang anak perempuan:
- Juana de Austria (11 September 1573, Napoli – 7 Februari 1630, Militello),[2][4] yang menikah di Palermo pada 20 April 1603 dengan Francesco Branciforte, Pangeran-Penguasa Pietrapersia ke-2. Pernikahan ini dianugerahi lima orang anak perempuan:[12]
- Margherita Branciforte d'Austria (11 Januari 1605, Napoli – 24 Januari 1659, Roma), Putri-Penguasa Butera; menikah dengan Federico Colonna, Adipati Tagliacozzo ke-5. Pernikahan ini dianugerahi seorang anak laki-laki:
- Antonio Colonna, Pangeran-Penguasa Pietrapersia (1619 – 1623).[13]
- Flavia Branciforte d'Austria (3 Juni 1606, Napoli – 24 Mei 1608, Napoli).
- Caterina Branciforte d'Austria (4 Mei 1609, Napoli – 6 Juni 1613, Napoli).
- Elisabetta Branciforte d'Austria (9 Desember 1611, Napoli – 7 Agustus 1615, Napoli).
- Anna Branciforte d'Austria (6 Juli 1615, Napoli – 1 September 1615, Napoli).
- Margherita Branciforte d'Austria (11 Januari 1605, Napoli – 24 Januari 1659, Roma), Putri-Penguasa Butera; menikah dengan Federico Colonna, Adipati Tagliacozzo ke-5. Pernikahan ini dianugerahi seorang anak laki-laki:
- Juana de Austria (11 September 1573, Napoli – 7 Februari 1630, Militello),[2][4] yang menikah di Palermo pada 20 April 1603 dengan Francesco Branciforte, Pangeran-Penguasa Pietrapersia ke-2. Pernikahan ini dianugerahi lima orang anak perempuan:[12]
Dalam karya sastra
Don Juan adalah tokoh jahat dalam drama tahun 1599 karya William Shakespeare, Much Ado About Nothing. Ia masuk dalam daftar peranan sebagai "saudara tiri dari Don Pedro", Penguasa Aragon.[14]
- Riwayat hidup Don Juan de Austria mengilhami drama tahun 1835 Don Juan d'Autriche karya Casimir Delavigne, yang kelak menjadi sumber dari dua opera, Don John of Austria karya Isaac Nathan pada 1847 dan Don Giovanni d'Austria karya Filippo Marchetti pada 1879. Lepanto tetap merupakan prestasi terbesarnya.
- G. K. Chesterton dalam puisinya yang diterbitkan pada 1911, Lepanto, menjuluki Don Juan sebagai "Ksatria Eropa terakhir".[15]
- Roman sejarah, Spanish Lover, karya Frank H. Spearman (Charles Scribner's Sons, 1930), menjadikan Don Juan sebagai tokoh utama.
- Pada 1956, Louis de Wohl menerbitkan The Last Crusader: A Novel about Don Juan of Austria, mengedepankan Don Juan de Austria sebagai salah satu pahlawan paling berjaya dan paling menginspirasi dalam sejarah.[16]
Catatan
- ^ "Don" bukanlah nama diri melainkan sebuah gelar Spanyol, setara dengan gelar Sir di Inggris atau Raden di Jawa. Frasa "de Austria" bukan berarti "dari negara Austria" melainkan "dari wangsa Habsburg" yang kala itu lazim disebut "Casa de Austria" (wangsa Austria).
- ^ Ketika Karl V lahir pada 1500, Ratu Juana ingin menamainya Juan, untuk mengenang mendiang abangnya, Juan, Pangeran Asturias, akan tetapi suami Ratu Juana yang terkenal dengan julukan Felipe Si Rupawan, menamainya Carlos (bahasa Prancis: Charles) untuk mengenang ayah dari ibu Felipe, yakni Adipati Burgundia yang terkenal dengan julukan Charles Si Gegabah.
- ^ Secara harfiah "Su Alteza" berarti "Yang Luhur", diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Yang Mulia".
- ^ Secara harfiah "Su Excelencia" berarti "Yang Utama"; diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi "Yang Mulia".
Rujukan
- ^ Juan Antonio Vilar Sánchez: Carlos V: Emperador y hombre (dalam bahasa Spanyol), EDAF (penyunting), Madrid, 2015, ISBN 978-84-414-3586-5
- ^ a b c d e f g h Stirling-Maxwell, William (1883). Don John of Austria, or Passages from the history of the sixteenth century, 1547-1578 (PDF). London: Longmans, Green, and Co.
- ^ La Santa Espina, un oasis en los Torozos. Nuestra Historia: El Pueblo (dalam bahasa Spanyol) [retrieved 26 December 2016].
- ^ a b c d e f g h Petrie, Charles (1967). Don John of Austria. New York: Norton.
- ^ Pendrill, Collin (2002). Spain 1474-1700: The Triumphs and Tribulations of Empire. 9780435327330: Heinemann. hlm. 77.
- ^ Carr, Matthew (2013). Blood and Faith: The Purging of Muslim Spain. The New Press. ISBN 9781595585240.
- ^ a b c Thubron, Collin (1981). The Venetians. Time-Life UK. ISBN 9780705406338.
- ^ Meyer, G.J. (2010). The Tudors. Random House Publishing Group. hlm. 489. ISBN 9780440339144.
- ^ María Ana de Mendoza in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Zenobia Sarotosia in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Diana Falangola in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Branciforte in: tribalpages.com[pranala nonaktif permanen] [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Antonio Colonna, prince of Pietrapersia in: geneall.net [diakses 8 Juni 2016].
- ^ Shakespeare, William. Much Ado About Nothing. Ed. Claire McEachern. London: Arden. 2006.
- ^ Goddard, Gloria (2006-07-25). The Last Knight Of Europe: The Life Of Don John Of Austria. Kessinger Publishing, LLC. ISBN 1-4286-6206-5.
- ^ de Wohl, Louis (1956). The Last Crusader: A Novel about Don Juan of Austria. ISBN 978-1586174149.
Sumber
- Fernand Braudel, The Mediterranean and the Mediterranean World in the Age of Philip II. 2 Jilid. New York, Harper, 1972, terjemahan dari La Méditerranée et le monde méditerranéan à l'époque de Philippe II, Edisi ke-2., Paris: 1966
- Capponi, Niccolò, Victory of the West: The Great Christian-Muslim Clash at the Battle of Lepanto (2006)
- Coloma, Luis, The Story of Don John of Austria, terj. Lady Moreton, New York: 1912. John Lane Company.
- Dennis, Amarie. Don Juan of Austria. Madrid, diterbitkan sendiri, 1966. Sebuah studi mendalam mengenai Don Juan, oleh seorang Amerika yang tinggal lama di Spanyol, banyak didasarkan pada sumber-sumber kontemporer dan menggambarkan pertempuran Lepanto dengan sangat nyata.
- Essen, Léon van der. Alexandre Farnèse, Prince du Parme, Gouverneur Général des Pays-Bas (1578–92), 5 Jilid., Brussels, 1933–35
- Guilmartin, J.F. Gunpowder and Galleys (edisi revisi, 2003)
- Petrie, Sir Charles. Don John of Austria. New York: 1967.
- Stirling-Maxwell, William. Don John of Austria. 2 Jilid. London: 1883.
- Törne, P. O. de, Don Juan d'Autriche et les projets de conquête de l'Angleterre (1928)
Pranala luar
- Media tentang Don Juan de Austria di Wikimedia Commons
- Kronologis pertempuran Lepanto Diarsipkan 2012-06-18 di Wayback Machine. oleh Padri Luis Coloma, SJ
- Ward, A. W. (1881). "John, Don". Encyclopaedia Britannica. 13 (edisi ke-9th).
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Luis de Requesens y Zúñiga |
Daftar Gubernur Belanda Habsburg 1576–1578 |
Diteruskan oleh: Aleksander Farnese dan Margaret dari Parma |