Type a search term to find related articles by LIMS subject matter experts gathered from the most trusted and dynamic collaboration tools in the laboratory informatics industry.
Pemangsa atau predator adalah segala jenis hewan yang memiliki kebiasaan memakan hewan lain. Hewan yang diburu pemangsa disebut mangsa. Pemangsa biasanya berasal dari jenis karnivor. Beberapa jenis pemangsa adalah semut dan burung. Keberadaan pemangsa dapat mengendalikan populasi dari suatu spesies hewan khususnya di lahan pertanian. Pemangsa terancam keberadaannya salah satunya oleh pemakaian pestisida.
Dalam suatu ekosistem terdapat kondisi di mana makhluk hidup saling memakan dan dimakan. Kondisi ini pada urutan tertentu membentuk rantai makanan. Terbentuknya rantai makanan disebabkan oleh keberadaan dua jenis makhluk hidup, yaitu mangsa dan pemangsa. Makhluk hidup yang menjadi pemakan disebut pemangsa. Sedangkan makhluk hidup yang jadi sasaran untuk dimakan disebut mangsa.[1]
Dalam rantai makanan, pemangsa umumnya disebut sebagai konsumen. Posisi pemangsa pada rantai makanan berada pada trofik tingkat menengah dan trofik puncak.[2] Dalam rantai makanan, pemangsa karnivor memangsa hewan herbivor.[3]
Pemangsa membunuh mangsanya untuk memenuhi kebutuhan makannya. Proses pemangsaan oleh pemangsa dapat terjadi pada tahap perkembangan apapun pada mangsa. Pemangsa biasanya melumpuhkan mangsanya terlebih dahulu sebelum memakannya. Setelah mangsanya tidak bergerak, pemangsa memakan mangsanya secara cepat. Pemangsa memerlukan mangsa lebih dari satu jenis. Pertumbuhan pemangsa dapat terjadi jika pemangsa memakan lebih dari satu jenis mangsa selama hidupnya. Hewan pemangsa yang berjenis karnivor memangsa hewan lain untuk memakan daging, tulang dan telur mangsanya.[4]
Pemangsa secara umum merupakan hewan yang memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan hewan lain yang jadi mangsanya. Misalnya ular yang memangsa tikus, atau elang yang memakan kelinci. Namun, beberapa pemangsa memiliki tubuh lebih kecil dibandingkan mangsanya. Misalnya, harimau dan singa yang memangsa jerapah dan kerbau.[5]
Pada ekosistem tropis, semut merupakan kelompok pemangsa yang penting. Kemampuan semut sebagai pemangsa adalah pengendalian hayati semut. Spesies semut yang memiliki peran besar dalam pengendalian hayati misalnya semut rangrang. Kemampuannya adalah memangsa telur, larva, pupa dan imago serangga yang menjadi hama. Namun, semut dapat mengalami penurunan kemampuan bersamaan dengan perubahan struktur vegetasi di habitat hidupnya. Semut dalam hal ini berperan menjadi pengendali populasi hama. Keuntungan lainnya adalah semut mampu merekayasa ekosistem dengan aerasi tanah dan membuat sirkulasi nutrien menjadi lebih baik. Pada sisi lain, semut berperan merugikan di habitat tropis. Semut memiliki kemampuan menginvasi lalu menyerang dan mendominasi sehingga mengancam fauna dan flora lokal. Spesies merugikan ini misalnya semut dari spesies Wasmania punctata yang mengurangi keanekaragaman spesies semut lain secara drastis hingga menyebabkan kepunahan spesies semut lain.[6]
Burung adalah jenis pemangsa dengan mangsa utama berupa serangga. Dalam ekosistem, burung berperan dalam pengendalian populasi serangga.[7]
Manusia melakukan rekayasa keberadaan pemangsa untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Pemangsa dijadikan sebagai salah satu musuh alami bagi organisme pengganggu tumbuhan dan pengendali alami yang utama bagi hama. Manusia menggunakan pengetahuan dasar ekologi tentang pengaturan alami populasi serta keseimbangan ekosistem. Pengendalian hayati yang dilakukan dengan pemangsa sebagai agensia hayatinya adalah pengendalian kepadatan populasi dari hama.[8] Populasi pemangsa sebagai agen pengendali alami dalam pengendali hayati dipengaruhi dan ditentukan oleh perkembangan populasi hama.[9]
Keberadaan pemangsa hama tanaman dipertahankan dengan menyediakan lahan refugia. Lahan ini merupakan lahan pertanaman campuran dengan jenis tumbuhan yang berperan sebagai habitat, sumber pakan dan sumber daya bagi pemangsa hama tanaman. Beberapa jenis tanaman refugia yaitu bunga matahari, bunga pukul empat, kenikir, bunga tapak dara, jengger ayam dan kembang kertas. Jenis tumbuhan lain yang dapat digunakan sebagai refugia adalah gulma yang berbunga.[10]
Keberadaan pemangsa pada sistem pertanian tidak dibudidayakan. Namun, keberadaannya menjadi pendukung produksi pertanian bersama dengan mikroorganisme tanah dan penyerbuk.[11]
Pestisida yang digunakan oleh manusia untuk meningkatkan hasil produksi pertanian dapat membunuh hama sasaran. Namun, penggunaan pestisida dalam skala yang luas dapat membunuh makhluk hidup lain selain hama sasaran, termasuk pemangsa hama.[12]