Type a search term to find related articles by LIMS subject matter experts gathered from the most trusted and dynamic collaboration tools in the laboratory informatics industry.
Cendekiawan atau intelektual adalah orang yang menggunakan kecerdasannya untuk bekerja, belajar, menggagas, serta mempertanyakan dan menjawab persoalan tentang berbagai gagasan. Kata "cendekiawan" sendiri berasal dari Chanakya, seorang politikus dalam pemerintahan Kekaisaran Maurya di bawah pemerintahan Chandragupta.
Secara umum, terdapat tiga pengertian modern untuk istilah "cendekiawan", yaitu:
Oleh karena itu, cendekiawan sering kali dikaitkan dengan individu yang telah lulus dari perguruan tinggi atau universitas. Namun, Sharif Shaary, seorang dramawan terkenal dari Malaysia, menekankan bahwa hakikatnya tidaklah sesederhana itu. Ia berpendapat bahwa:
Menurut August Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumya:
Seorang "cendekiawan" bukan hanya berpikir tentang kebenaran, tetapi harus menyuarakannya apapun rintangannya. Seorang cendekiawan yang benar tidak boleh netral dan harus memihak kepada kebenaran dan keadilan. Seorang cendekiawan tidak boleh menjadi cendekiawan bisu, kecuali dia benar-benar bisu atau dibisukan.
Jika betul-betul bisu, seorang cendekiawan masih dapat bertindak dengan menyatakan pikiran melalui penulisan yang akhirnya akan sampai juga kepada khayalak ramai. Inilah yang dikatakan cendekiawan bisu yang tidak bisu. Sebaliknya, terdapat cendekiawan yang tidak bisu tetapi bisu. Dia menjadi bisu mungkin karena "dia takut atau berkepentingan".[1]
Cendekiawan palsu akan mengelabui mata dan pikiran rakyat dengan kebenaran palsu melalui penyelewengan fakta dan pernyataan keliru. Cendekiawan palsu banyak menggunakan retorika kosong.[1]