Type a search term to find related articles by LIMS subject matter experts gathered from the most trusted and dynamic collaboration tools in the laboratory informatics industry.
Melayu-Polinesia | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Wilayah | Asia Tenggara dan Pasifik | ||||||||
Penutur | |||||||||
| |||||||||
Kode bahasa | |||||||||
ISO 639-3 | – | ||||||||
ISO 639-5 | poz | ||||||||
LINGUIST List | mlpo | ||||||||
Glottolog | mala1545 [1] | ||||||||
IETF | poz | ||||||||
Lokasi penuturan | |||||||||
Portal Bahasa | |||||||||
Rumpun bahasa Melayu-Polinesia adalah sebuah cabang utama dari rumpun bahasa Austronesia yang mencakup semua bahasa Austronesia yang dipertuturkan di luar Taiwan dan memiliki jumlah penutur sekitar 351 juta jiwa. Secara luas, bahasa-bahasa Melayu-Polinesia (MP) terbagi dalam 2 subkelompok utama, Melayu-Polinesia Barat dan Melayu-Polinesia Tengah-Timur.
Dua ciri khas morfologi bahasa Melayu-Polinesia adalah sistem afiksasi (awalan, akhiran, sisipan, dan kombinasinya) dan reduplikasi (pengulangan semua atau sebagian kata, seperti wiki-wiki) untuk membentuk kata-kata baru yang mengekspresikan berbagai makna. Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa-bahasa tersebut memiliki sedikit fonem, memungkinkan sebuah teks untuk memiliki sedikit suara yang sering digunakan. Mayoritas bahasa Melayu-Polinesia tidak memiliki gugus konsonan. Sebagian besar juga hanya memiliki sejumlah kecil vokal (lima huruf hidup seperti a, i, u, e, dan o adalah suatu hal yang umum).[2]
Pada tahun, 1834 sejarawan dan ahli bahasa Inggris William Marsden menemukan bahasa-bahasa seperti Malagasi dan bahasa Melayu sebagai Polinesia Dalam (Hither Polynesian) dan bahasa-bahasa di Pasifik tengah dan timur sebagai bahasa Polinesia Lanjut (Further Polynesian), tetapi tidak menyebut suatu istilah untuk mengacu pada keseluruhan.
Seringkali, istilah "Melayu-Polinesia" dianggap dicetuskan oleh filsuf dan linguis Jerman, Wilhelm van Humboldt. Namun pada awalnya, istilah tersebut diciptakan pada tahun 1841 oleh Franz Bopp sebagai sebutan untuk rumpun bahasa Austronesia secara keseluruhan.[3] Sampai pertengahan abad ke-20 (setelah diperkenalkannya istilah "Austronesia" oleh Wilhelm Schmidt pada tahun 1906), "Melayu-Polinesia" dan "Austronesia" digunakan sebagai sinonim, sebelum bahasa penduduk non-Han Tionghoa Taiwan dipelajari secara baik. Penggunaan istilah "Bahasa Melayu-Polinesia" saat ini yang menunjukkan subkelompok yang terdiri dari semua bahasa Austronesia di luar Taiwan diperkenalkan pada tahun 1970-an.[4]
Semua bahasa Austronesia utama dan resmi termasuk dalam subkelompok Melayu-Polinesia,[5] seperti bahasa Melayu, Jawa, Sunda, Bugis, Tagalog, Malagasi, Cebuano, Madura, Ilokano, Hiligaynon, dan Minangkabau. Di antara lebih dari 1.000 bahasa yang tersisa, beberapa di antaranya memiliki status bahasa nasional/resmi, misalnya Tonga, Samoa, Māori, Gilbertese, Fiji, Hawaii, Palau, dan Chamorro.
Bahasa Melayu-Polinesia Barat memiliki 300 juta penutur dan termasuk Melayu, Sunda, Jawa, Tagalog, Cebuano, Ilokano, Hiligaynon, Bikol, Kapampangan, dan Waray-Waray, Bugis, Malagasi, dan sebagainya.
Bahasa Melayu-Polinesia Tengah–Timur memiliki 2 subkelompok: bahasa-bahasa Polinesia dan bahasa-bahasa Mikronesia. Bahasa-bahasa Mikronesia mencakup bahasa-bahasa yang diucapkan penduduk asli Mikronesia seperti Nauru, Sama dan Chamorro. Bahasa-bahasa Polinesia termasuk bahasa Hawai'i, Maori, Samoa, Tahiti, Tonga dan Tuvalu. Semua bahasa yang disebutkan memiliki status resmi di berbagai negara dan teritorial Samudra Pasifik, dan secara keseluruhan, bahasa-bahasa tersebut dituturkan hampir oleh 1 juta orang.