Type a search term to find related articles by LIMS subject matter experts gathered from the most trusted and dynamic collaboration tools in the laboratory informatics industry.
Asma | |
---|---|
Meter alir puncak digunakan untuk mengukur tingkat aliran ekspiratori puncak, penting untuk memantau dan mendiagnosa asma.[1] | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Pulmonologi, Imunologi |
Asma (dalam bahasa Yunani ἅσθμα, ásthma, "terengah"), bengek, mengi atau semput adalah peradangan kronis yang umum terjadi pada bronkus yang ditandai dengan gejala yang bervariasi dan berulang, penyumbatan saluran napas yang bersifat reversibel dan spasme bronkus.[2] Gejala umum meliputi mengi, batuk, dada terasa berat, ekspirasi memanjang, dan sesak napas.[3]
Asma diperkirakan disebabkan oleh kombinasi faktor genetika dan lingkungan.[4] Diagnosis biasanya didasarkan atas pola gejala, respons terhadap terapi pada kurun waktu tertentu, dan spirometri.[5] Asma diklasifikasikan secara klinis berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1) dan puncak laju aliran ekspirasi.[6] Asma dapat pula diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non-atopik (intrinsik).[7] Di mana atopi dikaitkan dengan predisposisi perkembangan reaksi hipersensitivitas tipe 1.[8]
Terapi untuk gejala akut biasanya dengan menghirup beta-2 agonist reaksi cepat (misalnya salbutamol) dan kortikosteroid oral.[9] Pada kasus yang sangat parah mungkin diperlukan pemberian kortikosteroid intravena, magnesium sulfat dan perawatan di rumah sakit.[10] Gejala ini dapat dicegah dengan menghindari penyebabnya, seperti misalnya alergen[11] dan iritan, dan dengan penggunaan kortikosteroid hirup.[12] Beta agonist aksi panjang (LABA) atau leukotrien antagonis dapat ditambahkan, selain pemberian kortikosteroid hirup bila gejala asma tidak dapat dikontrol.[13] Prevalensi asma mengalami peningkatan secara signifikan sejak tahun 1970an. Pada tahun 2011, 235–300 juta orang terserang asma secara global,[14][15] termasuk adanya 250.000 kematian.[15]
Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk.[16] Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan nafasnya.[17] Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk, tetapi sulit untuk dikeluarkan.[18] Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin adanya mirip nanah yang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah putih yang disebut eosinofil.[19] Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari sebagai respons terhadap kegiatan olahraga atau udara dingin.[20] Pada sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma yang lain mungkin menunjukkan gejala yang nyata dan persisten.[21]
Sejumlah penyakit lain yang sering muncul pada orang-orang yang menderita asma antara lain penyakit refluks gastroesofagus (GERD), rinosinusitis, dan apnea tidur obstruktif.[22] Gangguan psikologis juga sangat umum karena obat radang punya efek samping jika konsumsi jangka panjang [23] dengan munculnya gangguan kecemasan antara 16–52% dan gangguan suasana hati pada 14–41%.[24] Namun tidak diketahui dengan pasti apakah asma menyebabkan gangguan psikologis atau masalah psikologis menyebabkan asma.[25]
Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan kombinasi yang rumit dan belum sepenuhnya dimengerti.[4][26] Semua faktor ini memengaruhi baik tingkat keparahan dan juga respons terhadap terapi.[27] Adanya peningkatan laju penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan lingkungan hidup yang berubah.[28]
Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma dan eksaserbasi asma yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi lingkungan lainnya.[29] Merokok selama masa kehamilan dan setelah melahirkan dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk gejala mirip asma.[30] kualitas udara buruk, dari polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi,[31] selalu dihubungkan dengan timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya.[32] Pajanan terhadap uap senyawa organik dalam ruangan dapat memicu asma misalnya pajanan formaldehida menunjukkan hubungan yang positif.[33] Selain itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan dengan asma pada anak-anak dan dewasa[34][35] sebagai sumber pajanan terhadap konsentrasi endotoksin tinggi.[36]
Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan.[37] Alergen dalam ruangan yang umum di antaranya adalah: tungau debu, kecoa, ketombe hewan, dan jamur.[38][39] Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak efektif.[40] Infeksi virus tertentu pada saluran napas dapat meningkatkan risiko timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya:[41] respiratory syncytial virus dan rinovirus.[42] Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat menurunkan risiko.[42]
Hipotesis kebersihan adalah suatu teori yang mencoba untuk menjelaskan kenaikan laju penderita asma di seluruh dunia sebagai hasil langsung dan tidak terduga dari berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus non-infeksi selama masa kanak-kanak.[43][44] Hal ini telah diungkapkan bahwa berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus, sebagian, disebabkan oleh meningkatnya tingkat kebersihan dan jumlah keluarga pada masyarakat modern.[45] Bukti yang mendukung hipotesis kebersihan ini di antaranya adalah rendahnya penderita asma di tanah pertanian dan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan.[45]
Penggunaan antibiotik pada usia dini juga dihubungkan dengan timbulnya asma.[46] Juga, proses melahirkan melalui bedah sesar juga diasosiasikan dengan meningkatnya risiko asma (diperkirakan antara 20–80%)—peningkatan risiko ini dihubungkan dengan berkurangnya koloni bakteri sehat yang seharusnya didapatkan bayi yang lahir melalui saluran kelahiran.[47][48] Dapat dilihat adanya keterkaitan antara asma dan tingkat kemakmuran.[49]
Tingkat endotoksin | Genotip CC | Genotip TT |
---|---|---|
Pajanan tinggi | Risiko rendah | Risiko tinggi |
Pajanan rendah | Risiko tinggi | Risiko rendah |
Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen.[51] Bila salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya menderita penyakit ini sekitar 25%.[51] Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah di antaranya:GSTM1, IL10,CTLA-4, SPINK5,LTC4S, IL4R and ADAM33.[52] Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar gen ini, hasil yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji.[52] Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu penelitian asosiasi genetika saja;[52] masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain .[53]
Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan pajanan lingkungan tertentu.[4] sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida tunggal spesifik dalam wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian. Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang tersebut dan juga tingkat pajanan endotoksin.[50]
Suatu keadaan tiga serangkai yang terdiri dari eksim atopik, rinitis alergi dan asma disebut sebagai atopi.[54] Faktor risiko paling kuat yang menyebabkan timbulnya asma adalah riwayat penyakit atopik;[41] munculnya asma pada laju yang lebih besar pada mereka yang menderita eksim atau demam hay.[55] Asma juga dihubungkan dengan Churg–Strauss syndrome, suatu penyakit autoimun dan vaskulitis. Seseorang dengan tipe urtikaria tertentu juga dapat mengalami gejala asma.[54]
Terdapat korelasi antara obesitas dan risiko asma karena keduanya menunjukkan kenaikan beberapa tahun belakangan ini.[56][57] Beberapa faktor yang mungkin memainkan peranan penting di antaranya adalah menurunnya fungsi pernapasan karena adanya timbunan lemak dan pada kenyataannya jaringan lemak dapat menimbulkan peradangan.[58]
Berbagai obat yang mengandung penyekat beta seperti misalnya propranolol dapat memicu asma pada seseorang yang rentan.[59] Penyekat beta kardioselektif, bagaimanapun, tampaknya aman diberikan pada penderita dengan penyakit asma yang ringan atau sedang.[60] Pengobatan lain yang dapat menyebabkan masalah adalah ASA, OAINS, dan inhibitor enzim pengubah angiotensin.[61]
Beberapa individu akan menderita asma tanpa gejala/stabil selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan dan kemudian secara mendadak dalam perjalanannya berkembang menjadi episode asma akut. Individu yang berbeda akan bereaksi berbeda pula terhadap berbagai faktor.[62] Pada sebagian besar individu dapat terjadi peningkatan intensitas gejala suatu penyakit yang berat akibat dari sejumlahpemicu. .[62]
Ada banyak faktor di rumah yang dapat menjad penyebab munculnya serangan asma asma yang meliputi debu, binatang ketombe(terutama rambut kucing dan anjing), kecoa alergen dan jamur.[62]parfum merupakan penyebab serangan asma yang paling umum pada wanita dan anak-anak. infeksi viral dan bakteri s pada saluran pernapasan atas, keduanya dapat memperburuk penyakit ini.[62] Faktor psikologi seperti stress dapat memperburuk gejalanya— Diperkirakan stres dapat mengubah sistem imunitas dan selanjutnya meningkatkan reaksi peradangan saluran napas sebagai respons terhadap alergen dan iritan.[32][63]
Asma merupakan kondisi yang diakibatkan inflamasi kronis pada saluran napas yang kemudian dapat meningkatkan kontraksi otot polos.di sekeliling saluran napas. Hal ini, bersama dengan faktor lain menyebabkan penyempitan saluran napas sehingga menimbulkan gejala klasik berupa mengi. Penyempitan saluran napas biasanya dapat pulih dengan atau tanpa pemberian terapi.Adakalanya saluran napas itu sendiri yang berubah.[16] Biasanya terjadinya perubahan di saluran napas, termasuk meningkatnya eosinofil dan penebalan lamina retikularis. Dalam jangka waktu lama, otot polos saluran napas bisa bertambah ukurannya bersamaan dengan bertambahnya jumlah kelenjar lendir.Jenis sel lain yang terlibat yaitu: Limfosit T, makrofag, dan neutrofil. Kemungkinan ada juga keterkaitan komponen lain sistem imun yaitu: antara lain sitokin, kemokin, histamin, and leukotrien.[42]
Walaupun asma merupakan kondisi yang sudah dikenal secara umum, tetapi tidak terdapat kesepakatan universal mengenai definisi asma.[42] Definisi yang ditetapkan oleh Global Initiative for Asthma adalah "kelainan peradangan kronis pada saluran napas di mana banyak sel dan elemen sel berperan. Kelainan peradangan kronis tersebut berhubungan dengan respons berlebih dari saluran napas yang menyebabkan mengi berulang, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk terutama di malam hari atau dini hari. Semua kejadian ini biasanya berhubungan dengan penyumbatan saluran napas yang luas namun bervariasi di paru-paru yang dapat pulih secara spontan atau setelah pemberian terapi ".[16]
Pada saat ini tidak ada uji yang tepat untuk melakukan diagnosis melainkan dengan melihat pola gejala penyakit dan reaksinya terhadap terapi..[5][42] Dugaan diagnosis asma adalah bila ditemukan riwayat: mengi berulang, batuk atau sesak napas dan semua gejala ini terjadi atau memburuk karena aktivitas olahraga, infeksi virus, alergen atau polusi udara.[64]Spirometri digunakan untuk konfirmasi diagnosis asma.[64] Untuk anak-anak dibawah usia enam tahun diagnosis asma menjadi lebih sulit karena anak-anak pada usia tersebut terlalu muda untuk menggunakan alat spirometri.[65]
Spirometri direkomendasikan untuk membantu diagnosis penyakit dan manajemen terapi.[66][67] Alat itu satu-satunya alat uji untuk mendeteksi asma. Jika FEV1 diukur oleh teknik ini menunjukkan pengingkatan lebih dari 12% pasca pemberian bronkodilator seperti salbutamol, maka hal ini akan mendukung diagnosis. Hasil pemeriksaan ini dapat saja normal untuk individu yang memiliki riwayat asma ringan, walau saat ini tidak dalam serangan.Single-breath diffusing capacity dapat membantu membedakan asma dari PPOK.[42] Sebaiknya pemeriksaan spirometri dilakukan setiap satu atau dua tahun untuk memastikan seberapa baik kondisi asma seseorang terkontrol dengan terapi.[68]
metakolin provokasi berupa proses inhalasi zat dengan konsentrasi yang tinggi yang dapat menyebabkan penyempitan saluran napas pada individu yang rentanterhadap asma saluran. Jika negatif maka berarti orang tersebut tidak berpenyakit asma; namun jika positif, bukan berarti orang tersebut memiliki asma, karena tes ini tidak spesifik untuk asma..[42]
Bukti pendukung lainnya terdapat perbedaan sebesar ≥20% pada puncak laju aliran ekspirasi setidaknya tiga hari dalam seminggu untuk paling tidak dua minggu, kondisi peningkatan ≥20% pada puncak aliran udara setelah dilakukan terapi menggunakan salbutamol, kortikosteroids atau prednison yang dihirup, atau penurunan ≥20% pada puncak aliran udara pasca pajanan terhadap pemicu.[69] Variabilitas uji puncak laju aliran udara lebih besar daripada spirometri, sehingga tes tersebut tidak direkomendasikan untuk pemeriksaan rutin penegakkan diagnosis. Pemeriksaan tersebut bermanfaat untuk pemantauan harian mandiri pasien dengan asma derajat sedang hingga berat, untuk memeriksa efektivitas pengobatan baru. Pemeriksaan ini dapat juga berfungsi sebagai pedoman terapi pada pasien dengan serangan asma akut..[70]
Keparahan | Seringnya terjadi gejala | Gejala pada waktu malam hari | %FEV1 sesuai diperkirakan | FEV1 Variabilitas | penggunaan SABA |
---|---|---|---|---|---|
intermiten | ≤2/minggu | ≤2/bulan | ≥80% | <20% | ≤2 hari/minggu |
Persisten ringan | >2/minggu | 3–4/bulan | ≥80% | 20–30% | >2 hari/minggu |
Persisten sedang | Harian | >1/minggu | 60–80% | >30% | harian |
ersisten berat | Secara kontinu | Seringnya (7×/minggu) | <60% | >30% | ≥dua kali/hari |
Asma secara klinis diklasifikasikan berdasarkan seberapa sering gejala muncul, volume ekspirasi paksa dalam satu detik (FEV1), dan puncak laju aliran ekspirasi.[6] Asma bisa juga diklasifikasikan sebagai atopik (ekstrinsik) atau non- atopik (intrinsik), berdasarkan pada gejala yang munculditimbulkan oleh alergen (atopik) atau bukan (non-atopik).[7] Klasifikasi asma sampai saat ini dibuat berdasarkan tingkat keparahan penyakit, pada saat ini tidak ada metode lain untuk mengklasifikasikan subgrup asma di luar metode ini.[71] Menemukan cara lain untuk mengidentifikasi subgrup asma yang berespons baik terhadap jenis terapi yang berbeda saat ini menjadi tujuan utama penelitian mengenai asma..[71]
Meskipun asma adalah kondisi obstruktif kronik, penyakit tersebut tidak dianggap bagian dari penyakit paru obstruktif kronik sebab istilah ini digunakan khusus untuk gabungan penyakit yang tidak dapat disembuhkan kembali seperti sediakala seperti bronkiektasis,bronkhitis kronik, dan emfisema.[72] Tidak seperti penyakit diatas, obstruksi saluran napas pada asma biasanya dapat pulih kembali seperti sediakala, akan tetapi bila dibiarkan tanpa terapi, proses peradangan kronis pada asma dapat menyebabkan kondisi obstruksi pada paru-paru menjadi tidak dapat disembuhkan karena perubahan bentuk pada saluran napas.[73] Berbeda dengan emfisema, asma akan mempengaruhi saluran pernapasan, dan bukannya alveoli.[74]
Hampir menyebabkan kematian | PaCO2 tinggi dan/atau membutuhkan bantuan alat ventilasi mekanik | |
---|---|---|
Mengancam nyawa (orang tertentu pada) | ||
Tanda-tanda klinis | Pengukuran | |
Perubahan tingkat kesadaran | Puncak aliran < 33% | |
Kelelahan | Saturasi Oksigen < 92% | |
Aritmia | PaO2 < 8 kPa | |
Rendah tekanan darah | "Normal" PaCO2 | |
Sianosis | ||
Tidak ada aliran udara yang terdengar | ||
Upaya napas buruk | ||
Sangat akut (orang tertentu pada) | ||
Puncak aliran 33–50% | ||
Frekuensi pernapasan ≥ 25 bernapas setiap menit | ||
Frekuensi denyut jantung ≥ 110 denyut setiap menit | ||
Tidak dapat menyelesaikan kalimat dalam satu kali tarikan napas | ||
Sedang | Gejala memburuk | |
Puncak aliran 50–80% terbaik atau diperkirakan | ||
Tidak ada fitur asma sangat berat |
Eksaserbasi asma akut biasanya dikenal sebagai suatu serangan asma. Gejala klasiknya adalah sesak nafas, mengi, and rasa berat di dada.[42] Walaupun gejala tersebut adalah gejala primer asma,[76] namun beberapa orang dengan asma datang dengan gejala batuk, dan pada kasus yang sangat parah, aliran udara benar-benar terganggu sehingga tidak terdengar lagi suara mengi.[75]
Tanda yang dapat ditemukan pada saat serangan asma yaitu penggunaan otot tambahan untuk bernapas yaitu (sternokleidomastoid dan otot scalene di leher), terdapat juga denyut nadi paradoks (denyut nadi yang melemah pada saat menarik napas dan denyut nadi menjadi kuat saat menghembuskan napas), serta penggembungan dada yang berlebihan .[77] warna biru di kulit dan kuku bisa terjadi akibat kekurangan oksigen.[78]
Pada asma serangan ringan Puncak laju aliran ekspirasi (PEFR) yaitu ≥200 L/men atau ≥50% dari perkiraan terbaik.[79] Asma serangan sedang yaitu antara 80 sampai 200 L/men atau 25% sampai 50% sesuai dengan perkiraan sedangkan bertambah parah berat yaitu ≤ 80 L/men atau ≤25% dari perkiraan.[79]
Asma serangan berat, sebelumnya dikenal sebagai status asmatikus, adalah bertambah parahnya asma atau serangan asma akut yang tidak memberikan respons terhadap terapi standar dengan bronkodilator dan kortikosteroid.[80] Setengah dari kasus ini terjadi karena infeksi dan yang lainnya terjadi karena alergen, polusi udara atau pemakaian obat yang tidak cukup atau tidak sesuai.[80]
Brittle asthma adalah jenis asma yang menyebabkan serangan berat dan berulang..[75] Tipe 1 asma brittle adalah penyakit dengan puncak aliran yang sangat bervasiasi meskipun dengan pengobatan yang memadai. Tipe 2 brittle asma adalah asma yang sebelumnya sudah terkontrol dengan baik, tiba-tiba mengalami serangan berat.[75]
Olahraga dapat memicu terjadinya penyempitan saluran pernapasan bronkokonstriksi pada penderita asma maupun bukan.[81] Penderita asma lebih sering mengalami hal ini dan hanya sekitar <20% orang tanpa asma yang mengalaminya.[81] Penyempitan saluran napas pada atlet lebih jamak ditemukan pada kelompok atlet elit dengan angka beragam mulai 3% pada pembalap bobsled sampai 50% pada pembalap sepeda dan 60% pada atlet ski lintas alam.[81] Meskipun asma bisa muncul dalam kondisi cuaca apapun, namun penyakit ini lebih sering terjadi pada kondisi cuaca kering dan dingin.[82] beta2 agonis hirup sepertinya tidak meningkatkan performa atletik para atlet yang tidak mengidap penyakit asma[83] namun pemberian dosis secara oral bisa meningkatkan ketahanan dan kekuatan.[84][85]
Asma sebagai akibat dari (atau yang diperburuk oleh) pajanan tempat kerja biasanya dilaporkan sebagai penyakit akibat kerja.[86] Namun, banyak kasus yang tidak dilaporkan atau disebut sebagai penyakit akibat kerja.[87][88] Diperkirakan, ada 5–25% kasus asma pada orang dewasa yang terkait dengan pekerjaan. Sekitar ratusan ragam jenis agensia dikaitkan dengan kasus-kasus ini. Di antaranya yang paling umum adalah: isosianat, debu biji-bijian dan kayu, resin colophony, cairan solder soldering flux, lateks latex, hewan, dan aldehida. Pekerja yang memiliki risiko paling tinggi antara lain: pekerja yang menggunakan cat semprot, pembuat roti dan pemroses makanan lainnya, perawat, pekerja bahan kimia, pekerja bersama hewan-hewan, tukang las, pemangkas rambut, dan pekerja pemrosesan kayu.[86]
Ada banyak kondisi lain yang bisa menimbulkan gejala-gejala yang mirip gejala pada asma. Penyakit saluran napas bagian atas selain asma pada anak-anak, misalnya rinitis alergi dan sinusitis juga harus dikategorikan sebagai penyebab obstruksi saluran napas, seperti juga: aspirasi benda asing, penyempitan abnormal pada saluran napas utama (stenosis trakea) atau laringotrakeomalasia, cincin vaskular, kelenjar limfa yang membesar atau benjolan di leher. Kemudian pada orang dewasa, antara lain COPD, gagal jantung kongestif, benjolan di saluran napas, serta batuk akibat inhibitor ACE, juga karus dikategorikan sebagai penyebab gejala mirip asma. Sementara yang bisa terjadi pada kedua populasi tersebut yaitu disfungsi pita suara.[89]
Penyakit paru obstruktif kronis atau PPOK bisa muncul bersama-sama dengan asma dan bisa juga muncul sebagai komplikasi asma kronis. Setelah usia 65, sebagain besar orang yang mengidap penyakit obstruksi saluran napas juga menderita asma dan PPOK. Dalam hal ini, PPOKbisa dibedakan dari meningkatnya jumlah neutrofil di saluran napas, bertambah tebalnya dinding saluran napas secara abnormal, dan peningkatan jumlah otot polos di bronkus. Meski demikian, tingkat penyelidikan sampai tahap ini tidak dilakukan karena PPOK dan asma memiliki prinsip-prinsip tata laksana yang sama, yaitu: kortikosteroid, beta agonis kerja-lambat, dan penghentian merokok.[90] Selain gejala-gejala PPOKyang mirip dengan gejala pada asma, penyakit ini juga dihubungkan dengan terlalu seringnya terpapar asap rokok, usia tua, gejala yang lebih sulit dipulihkan setelah pemberian obat bronkodilator, serta berkurangnya kemungkinan riwayat atopi keluarga.[91][92]
Efektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak memiliki bukti kuat.[93] Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan terhadap rokok baik pada saat dalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan peningkatan pajanan terhadap tempat penitipan anak atau keluarga besar. Namun, kedua langkah ini tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk dijadikan rekomendasi indikasi penyakit ini.[93] Pajanan terhadap binatang peliharaan pada usia dini juga mungkin bermanfaat.[94] Namun, pengamatan pajanan terhadap hewan peliharaan ini dalam keadaan yang berbeda tidak memberikan hasil meyakinkan[95] dan rekomendasi yang diberikan hanya memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang memiliki gejala alergi terhadap piaraan tersebut.[96] Pembatasan asupan selama masa kehamilan atau pada saat menyusui juga tidak pernah terbukti efektif sehingga tidak direkomendasikan.[96] Pengurangan atau penghilangan senyawa tertentu yang diketahui berasal dari tempat kerja pada orang-orang yang sensitif bisa jadi memberikan hasil efektif.[86]
Meskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya bisa disembuhkan.[97] Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus yang bisa disesuaikan untuk pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini harus memasukkan langkah pengurangan pajanan terhadap alergen, pengujian untuk mengetahui tingkat keparahan gejala, dan penggunaan obat-obatan. Rancangan pengobatan harus ditulis dan saran penyesuaian pengobatan harus diberikan berdasarkan terjadinya perubahan-perubahan pada gejala.[98]
Cara pengobatan asma yang paling efektif yaitu menemukan pemicunya, misal merokok, hewan peliharaan, atau aspirin, dan menghilangkan pajanan terhadap pemicu-pemicu tersebut. Jika menjauhi pemicu masih belum cukup, baru disarankan untuk menggunakan obat. Obat farmasi dipilih berdasarkan, antara lain, keparahan penyakit dan frekuensi gejala. Pengobatan khusus untuk asma secara luas dikategorikan dalam obat reaksi-cepat dan reaksi-lambat.[99][100]
Bronkodilator direkomendasikan untuk pelega jangka pendek. Pada pasien yang mendapatkan serangan sesekali, tidak diperlukan obat lain. Jika penyakitnya ringan namun persisten (terjadi serangan lebih dari dua kali dalam seminggu), maka disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dosis rendah atau antagonis leukotriene oral atau stabiliser sel mast. Bagi pasien yang mendapatkan serangan setiap hari, disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dengan dosis yang lebih tinggi. Pada serangan asma sedang atau berat, kortikosteroid oral turut ditambahkan ke dalam rancangan pengobatan ini.[9]
Menjauhi pemicu merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kendali dan mencegah serangan. Pemicu yang paling umum antara lain alergen, rokok (tembakau dan lainnya), polusi udara,penghambat beta non selektif, dan makanan yang mengandung sulfit.[101][102] Merokok dan menjadi perokok pasif dapat mengurangi efektivitas obat seperti kortikosteroid.[103] Pengendalian tungau debu, termasuk penyaringan udara, bahan kimia pembasmi tungau, pengisapan debu, pemakaian sprei, dan metode lainnya tidak berpengaruh pada pengurangan gejala asma.[40]
Obat yang digunakan untuk menangani asma dibagi menjadi dua kelas umum yaitu: obat pelega napas cepat yang digunakan untuk menangani gejala akut; dan obat pengendali jangka panjang yang digunakan untuk mencegah perburukan lebih lanjut.[104]
Obat biasanya tersedia dalam bentuk metered-dose inhaler (MDI) yang dikombinasikan dengan spacer asma atau dalam bentuk dry powder inhaler atau DPI. Spacer adalah silinder plastik yang mencampurkan obat dengan udara sehingga obat mudah diterima dalam dosis penuh. Alat nebulizer juga bisa digunakan. Nebulizer dan spacer sama-sama efektif untuk pasien dengan gejala ringan sampai sedang, namun tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah memang ada perbedaan jika diterapkan pada gejala berat.[116]
Penggunaan kortikosteroid hirup dengan dosis konvensional dalam jangka panjang membawa risiko dampak merugikan yang ringan.[117] Risiko tersebut antara lain timbulnya katarak dan menurunnya tinggi perawakan tubuh.[117][118]
Bila asma tidak bereaksi dengan obat biasa, pilihan lain tersedia baik untuk tata laksana darurat maupun untuk mencegah kambuh. Untuk tata laksana darurat pilihan lain termasuk:
Bagi orang yang menderita asma persisten berat yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid dan LABA, bronkial termoplasti bisa menjadi pilihan.[124] Pengobatan ini melibatkan aplikasi energi panas terkontrol ke dinding saluran napas dalam serangkaian sesi bronkoskopi.[124] Walaupun mungkin meningkatkan frekuensi serangan dalam beberapa bulan pertama, frekuensi selanjutnya tampaknya diturunkan. Efek lewat dari setahun belum diketahui.[125]
Banyak orang yang menderita asma, seperti mereka yang mengalami gangguan kronis lain, menggunakan pengobatan alternatif; survei menunjukkan sekitar 50% menggunakan terapi non-konvensional.[126][127] Hanya ada sedikit data untuk mendukung efektivitas terapi-terapi ini. Bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaan Vitamin C.[128] Akupuntur tidak dianjurkan untuk pengobatan karena bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.[129][130] Ioniser udara tidak menunjukkan bukti memperbaiki gejala asma atau menguntungkan fungsi paru-paru; ini berlaku baik untuk generator ion negatif maupun positif.[131]
"Terapi manual", termasuk osteopatik, kiropraktik, fisioterapi dan terapi pernafasan, tidak mempunyai cukup bukti yang mendukung penggunaannya dalam pengobatan asma.[132] Teknik pernafasan buteyko untuk mengontrol hiperventilasi bisa menyebabkan penurunan penggunaan obat namun tidak berpengaruh pada fungsi paru-paru.[100] Sehingga sebuah panel ahli merasa bahwa bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.[129]
no data <100 100–150 150–200 200–250 250–300 300–350 | 350–400 400–450 450–500 500–550 550–600 >600 |
Prognosis untuk asma biasanya bagus, terutama untuk anak-anak dengan penyakit ringan.[134] Mortalitas sudah menurun selama dua dekade terakhir ini karena pengenalan penyakit yang lebih baik dan perbaikan dalam pengobatan.[135] Secara global asma menyebabkan disabilitas/ ketidakmampuan derajat menengah dan berat pada 19,4 jutaan orang hingga tahun 2004 (16 jutaan orang yang berada di negara berpenghasilan rendah dan menengah).[136] Dari asma yang didiagnosa selama masa kanak-kanak, separuh dari kasus tidak lagi terdiagnosa setelah satu dekade.[51] Perubahan saluran napas terdeteksi, tapi tidak diketahui apakah menunjukkan perubahan yang berbahaya atau bermanfaat.[137] Pengobatan dini dengan kortikosteroid tampaknya mencegah atau memperbaiki penurunan fungsi paru-paru.[138]
no data <1% 1-2% 2-3% 3-4% 4-5% 5-6% | 6-7% 7-8% 8-10% 10-12.5% 12.5–15% >15% |
Hingga tahun 2011, 235–300 juta orang di seluruh dunia menderita asma,[14][15] dan sekitar 250.000 orang meninggal per tahun karena penyakit ini.[16] Tingkatnya berbeda-beda antar Negara dengan prevalensi antara 1 dan 18%.[16] Lebih sering ditemukan di negara maju dibandingkan negara berkembang.[16] Jadi tingkatnya terlihat lebih rendah di Asia, Eropa Timur dan Afrika.[42] Di negara maju penyakit ini lebih banyak diderita oleh mereka yang kurang beruntung secara ekonomi sementara di negara berkembang lebih biasa ditemukan di kalangan atas.[16] Alasan untuk perbedaan ini tidak diketahui.[16] Lebih dari 80% mortalitas terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.[139]
Walaupun asma dua kali lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan,[16] asma berat terjadi pada keduanya setara.[140] Sebaliknya wanita dewasa memiliki tingkat asma yang lebih tinggi dibandingkan pria[16] dan lebih sering ditemukan di kalangan orang muda dibandingkan orang tua.[42]
Tingkat asma global telah meningkat secara tajam antara tahun 1960an dan 2008[141][142] sehingga penyakit ini diakui sebagai masalah kesehatan umum utama sejak tahun 1970an.[42] Tingkat asma sudah stabil di negara maju sejak pertengahan 1990an dengan peningkatan terbaru terutama di negara berkembang.[143] Asma diderita sekitar 7% penduduk Amerika Serikat[110] dan 5% penduduk Inggris.[144] Di Kanada, Australia dan Selandia Baru tingkatnya sekitar 14–15%.[145]
Asma dikenali di Mesir Kuno dan diobati dengan meminum ramuan dupa yang dikenal sebagai kifi.[146] Penyakit ini secara resmi disebut sebagai masalah pernapasan oleh Hippokrates sekitar tahun 450 Sebelum Masehi, dengan nama Yunani yang berarti "terengah-engah" membentuk dasar dari nama modernnya.[42] Pada tahun 200 SM penyakit ini dipercaya setidaknya sebagian berkaitan dengan emosi.[24]
Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subjek ini mencoba menjelaskan patofisiologi dari penyakit itu, sementara satu pada tahun 1872 menyimpulkan bahwa asma bisa disembuhkan dengan menggosok dada dengan obat gosok kloroform.[147][148] Perawatan medis pada tahun 1880, termasuk penggunaan intravena dari obat yang disebut pilokarpin.[149] Pada tahun 1886, F.H. Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma dan rinitis alergi.[150] Epinefrin pertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905.[151] Kortisteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950an sementara kortisteroid hirup dan agonis beta aksi pendek pilihan mulai banyak digunakan pada tahun 1960an.[152][153]
Selama tahun 1930-50an, asma dikenal sebagai salah satu dari “tujuh besar” penyakit psikosomatik. Penyebabnya dianggap sebagai psikologis, dengan pengobatan sering berdasarkan psikoanalisa dan penyembuhan dengan bicara lain.[154] Karena para psikoanalis ini menginterpretasikan mengi asma sebagai tangisan yang tertahan dari anak yang mencari ibunya, mereka menganggap pengobatan depresi khususnya penting untuk individu yang menderita asma.[154]