FAIR and interactive data graphics from a scientific knowledge graph
Daftar isi
Yerusalem
| |
---|---|
Kota | |
Julukan:
| |
Dikelola oleh | Israel |
Diklaim oleh | Israel dan Palestina [note 1] |
Distrik Israel | Yerusalem |
Kegubernuran Palestina | Quds |
Pemerintahan | |
• Jenis | Wali kota–Dewan |
• Badan | Munisipalitas Yerusalem |
• Wali Kota Yerusalem
| Moshe Lion (Likud) |
Luas | |
• Kota | 125.156 dunams (125,156 km2 or 48,323 sq mi) |
• Luas metropolitan | 652,000 dunams (652 km2 or 252 sq mi) |
Ketinggian | 754 m (2,474 ft) |
Populasi (2013) | |
• Kota | 890.428[5] |
• Kepadatan | 6.400/km2 (17,000/sq mi) |
• Metropolitan | 1.029.300 |
Demonim | Orang Yerusalem (Ibrani : Yerushalmi) (Arab: Qudsi/Maqdisi) |
Zona waktu | UTC+2 ( ) |
• Musim panas (DST) | UTC+3 ( ) |
Kode area telepon | Panggilan luar negeri: +972-2 Panggilan lokal: 02 |
Situs web | jerusalem.muni.il[iv] |
Yerusalem (bahasa Ibrani: יְרוּשָׁלַיִם), atau juga dikenal dengan Al-Quds (bahasa Arab: القُدس, translit. al-Quds; pelafalan [ˈaːɫ ˈquːdsˤ] ⓘ)[i] atau Alkudsi[6] merupakan salah satu kota tertua di dunia, terletak di sebuah dataran tinggi di Pegunungan Yudea antara Laut Tengah dan Laut Mati. Kota ini dianggap suci dalam tiga agama Abrahamik utama—Islam, Kristen, dan Yahudi.
Sepanjang sejarahnya yang panjang, Yerusalem pernah dihancurkan setidaknya dua kali, dikepung 23 kali, diserang 52 kali, dan direbut serta direbut-kembali 44 kali.[7] Bagian tertua kota ini menjadi tempat permukiman pada milenium ke-4 SM.[8] Pada tahun 1538 dibangun tembok di sekitar Yerusalem dalam pemerintahan Suleiman Al-Qanuni. Saat ini tembok tersebut mengelilingi Kota Lama, yang mana secara tradisi terbagi menjadi empat bagian—sejak awal abad ke-19 dikenal sebagai Kawasan Armenia, Kristen, Yahudi, dan Muslim.[9] Kota Lama menjadi sebuah Situs Warisan Dunia pada tahun 1981, dan termasuk dalam Daftar Situs Warisan Dunia yang dalam Bahaya.[10] Yerusalem modern telah berkembang jauh melampaui batas-batas Kota Lama.
Menurut tradisi Alkitab, Raja Daud merebut kota ini dari suku Yebus dan kemudian didirikannya sebagai ibu kota Kerajaan Israel Bersatu; putranya, Raja Salomo, memerintahkan pembangunan Bait Pertama. Peristiwa-peristiwa pokok ini, sejak permulaan millenium ke-1 SM, memiliki peranan sentral secara simbolis bagi orang-orang Yahudi.[11] Julukan kota suci (עיר הקודש, ditransliterasikan ‘ir haqodesh) mungkin disematkan ke Yerusalem pada pasca-periode pembuangan.[12][13][14] Kesucian Yerusalem dalam Kekristenan, terlestarikan dalam Septuaginta[15] yang mana diadopsi kaum Kristen sebagai otoritas mereka sendiri,[16] dipertegas oleh catatan Perjanjian Baru tentang penyaliban Yesus di sana. Dalam pandangan Islam Sunni, Yerusalem adalah kota tersuci ketiga setelah Mekkah dan Madinah.[17][18] Dalam tradisi Islam, pada tahun 610 M Yerusalem menjadi kiblat pertama, yaitu arah yang dituju dalam salat,[19] dan Muhammad melakukan Perjalanan Malam di sana 10 tahun kemudian, naik ke surga di tempat ia berbicara kepada Allah, menurut Al-Qur'an.[20][21] Alhasil, walaupun hanya merupakan daerah seluas 0,9 kilometer persegi,[22] Kota Lama memiliki banyak situs dengan arti penting keagamaan yang sangat berpengaruh, di antaranya yaitu Bukit Bait Suci atau Masjid Al-Aqsha, termasuk di dalamnya Jami' Al-Aqsha, Kubah Batu atau Kubah Shakhrah, dan Tembok Barat; Gereja Makam Kudus, dan Makam Taman.
Saat ini status Yerusalem tetap menjadi salah satu isu pokok dalam Konflik Israel dan Palestina. Selama Perang Arab-Israel 1948, Yerusalem Barat termasuk salah satu daerah yang direbut dan kemudian dianeksasi oleh Israel; sedangkan Yerusalem Timur, termasuk Kota Lama, direbut dan kemudian dianeksasi oleh Yordania. Israel merebut Yerusalem Timur dari Yordania pada Perang Enam Hari tahun 1967 dan setelah itu menganeksasinya ke dalam Yerusalem, bersama dengan tambahan wilayah di sekitarnya.[viii] Salah satu Hukum Dasar Israel, yaitu Hukum Yerusalem tahun 1980, menyebut Yerusalem sebagai ibu kota yang tak terbagi dari negara tesebut. Semua bidang pemerintahan Israel berada di Yerusalem, termasuk Knesset (parlemen Israel), kediaman Perdana Menteri dan Presiden, juga Mahkamah Agung. Kendati masyarakat internasional menolak aneksasi tersebut dengan menyebutnya ilegal dan memperlakukan Yerusalem Timur sebagai teritori Palestina yang diduduki oleh Israel,[23][24][25][26] Israel memiliki suatu klaim yang lebih kuat untuk kedaulatannya atas Yerusalem Barat.[27][28] Masyarakat internasional tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, dan tidak ada kedutaan asing yang didirikan di kota ini. Di Yerusalem juga terdapat beberapa lembaga Israel non-pemerintah yang memiliki kepentingan nasional, misalnya Universitas Ibrani dan Museum Israel dengan Shrine of the Book di lapangannya.
Pada tahun 2011 Yerusalem memiliki populasi 801.000 penduduk, di antaranya terdiri dari 778.000 (97%) penganut Islam, 14.000 (sekitar 2%) penganut Kristen, dan 9.000 (1%) Yahudi.[29]
Etimologi
Sebuah kota yang disebut Rušalim dalam teks Kutukan dari Kerajaan Pertengahan Mesir (ca abad ke-19 SM) secara luas, namun tidak universal, diidentifikasi sebagai Yerusalem.[30][31] Yerusalem disebut Urušalim dalam surat Amarna dari Abdi-Heba (tahun 1330-an SM).[32]
Nama "Yerusalem" dengan berbagai cara ditelusuri etimologinya dengan arti "fondasi (dari kata Sumeria yeru 'pemukiman' / kata Semit yry 'mendirikan, meletakkan suatu landasan') dewa Shalem",[33][34] karenanya dewa Shalem adalah dewa perlindungan awal dari kota Zaman Perunggu tersebut.[35]
Bentuk Yerushalem atau Yerushalayim (Yerusalem) pertama kali muncul dalam Alkitab, dalam Kitab Yosua. Menurut suatu Midras, nama tersebut merupakan kombinasi dari Yhwh Yir'eh ("Allah akan memastikan/menyediakan", nama yang diberikan Abraham (Ibrahim) pada tempat di mana ia hendak mengorbankan putranya) dan kota "Shalem".[36]
Nama Ibrani untuk Yerusalem adalah Yerushalayim yang berarti "warisan perdamaian" (yerusha berarti "warisan" dan "shalom" yang berarti damai).[37]
Tulisan Ibrani terawal di luar Alkitab yang memuat kata Yerusalem bertarikh abad ke-6 atau ke-7 SM,[38][39] dan ditemukan di Khirbet Beit Lei di dekat Beit Guvrin pada tahun 1961. Inskripsi tersebut menyatakan: "Akulah Yahweh Allahmu, Aku akan menerima kota-kota Yudea dan Aku akan menebus Yerusalem",[40][41][42] atau sebagaimana dikemukakan para akademisi lain: "Yahweh adalah Allah seluruh bumi. Gunung-gunung Yudea adalah milik-Nya, Allah Yerusalem".[43][44]
Shalim atau Shalem adalah nama dewa petang dalam agama Kanaan; nama ini didasarkan pada akar kata yang sama (yaitu S-L-M) yang darinya kata Ibrani untuk "damai" berasal (Shalom atau Salam dalam bahasa Ibrani dan Arab modern).[45][46] Nama tersebut dengan demikian menawarkan etimologisasi seperti "Kota Damai",[34][47] "Kediaman Damai",[48][49] "hunian damai" ("didirikan dalam keselamatan"),[50] sebagai alternatifnya yaitu "Visi Perdamaian" menurut beberapa penulis Kristen.[51] Akhiran -ayim mengindikasikan bentuk dualis, sehingga mengarah pada anggapan bahwa nama Yerushalayim mengacu pada fakta kalau kota ini terletak di atas dua bukit.[52][53] Bagaimanapun pengucapan suku kata terakhir sebagai -ayim tampaknya merupakan suatu pengembangan akhir, yang mana belum terlihat pada masa digunakannya Septuaginta secara luas.[butuh rujukan]
Permukiman paling kuno di Yerusalem, didirikan pada Zaman Perunggu di bukit di atas Mata Air Gihon, menurut Alkitab bernama Yebus (mis., Hakim-hakim 19:10: יְבוּס, הִיא יְרוּשָׁלִָ: "Yebus --itulah Yerusalem"[54]).[55] Disebut juga "Benteng Sion" (metsudat Zion), kota ini diubah namanya oleh Daud menjadi Kota Daud,[56] dan dikenal dengan nama ini pada zaman kuno.[57][58] Nama lainnya, "Sion", pada awalnya merujuk ke suatu bagian yang berbeda dari kota ini, tetapi kemudian digunakan untuk menandakan kota ini secara keseluruhan dan untuk merepresentasikan Tanah Israel dalam Alkitab. Dalam bahasa Yunani dan Latin, nama kota ini ditransliterasikan menjadi Hierosolyma (Yunani: Ἱεροσόλυμα; dalam bahasa Yunani hieròs, ἱερός, berarti suci), kendati kota ini diubah namanya menjadi Aelia Capitolina selama periode Romawi dalam sejarahnya.
Apokrifon Kejadian berbahasa Aram dari Gulungan Laut Mati (1QapGen 22:13) menyamakan Yerusalem dengan "Salem" (שלם) yang terdahulu, yakni kerajaannya Melkisedek dalam Kejadian 14:18. Namun sumber-sumber Ibrani awal yang lain,[59] penafsiran Kristen awal atas ayat tersebut[60] dan targumim,[61] menempatkan Salem di Israel Utara dekat Shechem (atau Sikhem), sekarang Nablus, sebuah kota yang cukup penting dalam tulisan suci Ibrani awal.[62] Kemungkinan redaktur Apokrifon Kejadian ingin memisahkan Melkisedek dari daerah Sikhem, yang mana pada saat itu dikuasai orang Samaria.[63] Bagaimanapun sumber-sumber Rabinik setelah itu juga menyamakan Salem dengan Yerusalem, terutama untuk menghubungkan Melkisedek dengan tradisi-tradisi Bait di kemudian hari.[64]
Dalam bahasa Arab, Yerusalem paling sering disebut القُدس, ditransliterasikan sebagai al-Quds dan berarti "Yang Suci" atau "Tempat Suci".[48][49] Kebijakan resmi pemerintah Israel mengamanatkan bahwa أُورُشَلِيمَ, ditransliterasi sebagai Ūršalīm, yang mana merupakan kerabat dari nama-nama Ibrani dan Inggris, digunakan sebagai nama bahasa Arab untuk kota ini bersama dengan القُدس. أُورُشَلِيمَ-القُدس.[65] Keluarga-keluarga Arab Palestina yang berasal dari kota ini sering disebut "Qudsi" atau "Maqdisi", sementara orang Yerusalem (Jerusalemite) Muslim Palestina mungkin menggunakan istilah-istilah ini sebagai demonim.[66]
Sejarah
Mengingat posisi sentral kota Yerusalem di tengah nasionalisme Yahudi (Zionisme) dan nasionalisme Palestina, selektivitas yang diperlukan untuk merangkum lebih dari 5000 tahun sejarah permukimannya sering kali dipengaruhi oleh latar belakang atau bias ideologis (lih. Historiografi dan nasionalisme).[67] Era kedaulatan Yahudi dalam sejarah Yerusalem dipandang penting oleh nasionalis Israel (Zionis), yang mengklaim hak atas kota ini berdasarkan garis keturunan Yahudi dari Kerajaan Yehuda bangsa Israel, di mana Yerusalem adalah ibu kotanya.[68][69] Era Islam, Kristen dan berbagai era non-Yahudi lainnya dalam sejarah Yerusalem dipandang penting bagi nasionalis Palestina, yang mana mengklaim hak atas kota ini berdasarkan garis keturunan Palestina modern dari beragam bangsa berbeda yang telah tinggal di wilayah ini.[70][71] Akibatnya kedua belah pihak mengklaim bahwa sejarah Yerusalem telah dipolitisir oleh kalangan lain untuk memperkuat klaim relatif mereka atas kota ini,[67][72][73] dan bahwa hal ini dikonfirmasi oleh fokus-fokus berbeda yang dibuat beragam penulis pada berbagai peristiwa dan era dalam sejarah kota ini.
Ikhtisar periode sejarah Yerusalem
Era kuno
Bukti keramik menunjukkan pendudukan Kota Daud, di dalam Yerusalem masa kini, selama Zaman Tembaga (ca milenium ke-4 SM),[8][74] dengan adanya bukti sebuah permukiman permanen selama awal Zaman Perunggu (ca 3000–2800 SM).[74][75] Teks Kutukan (ca abad ke-19 SM), yang mana merujuk pada sebuah kota bernama rwš3lmm dan dengan berbagai cara ditranskripsikan sebagai Rušalimum/Urušalimum/Rôsh-ramen,[74][76] juga surat Amarna (ca abad ke-14 SM) mungkin adalah teks-teks yang pertama kali menyebut kota ini.[77][78] Beberapa arkeolog, termasuk Kathleen Kenyon, meyakini bahwa Yerusalem didirikan oleh orang Semit Barat Laut dengan permukiman yang terorganisir pada sekitar tahun 2600 SM. Nadav Na'aman berpendapat bahwa fortifikasinya sebagai pusat suatu kerajaan terjadi pada sekitar abad ke-18 SM.[79] Permukiman pertama itu terletak di Ofel.[80]
Pada akhir Zaman Perunggu, Yerusalem merupakan ibu kota dari suatu negara-kota vasal Mesir,[81] sebuah permukiman sederhana yang memerintah beberapa desa terpencil dan daerah penggembalaan, dengan suatu garnisun Mesir yang kecil dan diperintah oleh orang-orang yang ditunjuk seperti Raja Abdi-Heba.[82] Pada masa Seti I dan Ramses II, dilangsungkan pembangunan skala besar seiring dengan meningkatnya kemakmuran.[83]
Periode ini, ketika Kanaan merupakan bagian dari kerajaan Mesir, bersesuaian dengan catatan Alkitab tentang invasi Yosua.[84] Dalam Alkitab, Yerusalem didefinisikan berada dalam wilayah yang dialokasikan bagi Suku Benyamin[85][86] kendati diduduki oleh kaum Yebus. Daud dikatakan telah menaklukkan daerah-daerah ini dalam Pengepungan Yebus, dan memindahkan ibu kotanya dari Hebron ke Yerusalem di mana kemudian menjadi ibu kota dari suatu Kerajaan Israel bersatu,[87] serta salah satu dari beberapa pusat keagamaannya.[88] Keputusan ini mungkin didasari oleh fakta bahwa Yerusalem tidak membentuk bagian dari sistem kesukuan Israel, dan dengan demikian cocok untuk berfungsi sebagai pusat federasi tersebut.[83] Ada perbedaan pendapat mengenai apakah sebuah Struktur Batu Besar dan sebuah Struktur Batu Bertingkat di dekatnya dapat diidentifikasi sebagai istana Raja Daud, atau berasal dari periode selanjutnya.[89][90]
Menurut Alkitab, Raja Daud memerintah selama 40 tahun.[91] Perkiraan yang umum diterima mengenai akhir pemerintahannya adalah tahun 970 SM.[butuh rujukan] Alkitab menyatakan bahwa Daud digantikan oleh Salomo putranya,[92] yang kemudian membangun Bait Suci di Gunung Moria. Bait Salomo (kemudian dikenal sebagai Bait Pertama) melanjutkan suatu peranan penting dalam sejarah Yahudi sebagai tempat penyimpanan Tabut Perjanjian.[93] Setelah Salomo wafat, sepuluh dari Suku Israel utara memisahkan diri dari Kerajaan Bersatu tersebut untuk membentuk sendiri negara, raja, nabi, imam, tradisi keagamaan, ibu kota dan bait mereka di Israel utara. Suku-suku selatan, bersama dengan imam keturunan Harun, tetap tinggal di Yerusalem dengan kota ini sebagai ibu kota Kerajaan Yehuda.[94][95] Peninggalan arkeologis dari era Israel kuno juga meliputi Terowongan Hizkia, yakni sebuah akuaduk yang dibangun oleh Raja Yudea Hizkia dan dihiasi dengan inskripsi Ibrani kuno yang dikenal sebagai Inskripsi Siloam,[96] suatu fortifikasi pertahanan dengan sebutan Tembok Lebar yang dibangun oleh Hizkia pada abad ke-8 SM,[97] Makam sang Pengurus Istana (Monolit Silwan) dengan hiasan inskripsi yang monumental dalam bahasa Ibrani,[98] dan Menara Suku Israel, yakni sisa-sisa fortifikasi kuno yang dibangun dari batuan kukuh yang besar dengan pilar-pilar berukir.[99] Sebuah waduk yang sangat besar dari periode ini ditemukan pada tahun 2012 di dekat Lengkung Robinson, mengindikasikan keberadaan suatu bagian kota yang padat penduduk di daerah barat Bukit Bait Suci pada masa kerajaan Yudea tersebut.[100]
Ketika orang Asiria menaklukkan Kerajaan Israel pada tahun 722 SM, Yerusalem diperkuat oleh masuknya gelombang pengungsi yang sangat besar dari kerajaan utara. Periode Bait Pertama berakhir sekitar tahun 586 SM dengan ditaklukkannya Yehuda dan Yerusalem oleh bangsa Babilonia, serta penghancuran Bait Salomo oleh mereka.[101]
Era Klasik
Pada tahun 538 SM, Kaisar Persia Koresy Agung mengundang orang Yahudi dari Babilonia agar pulang ke Yehuda untuk membangun kembali Bait tersebut.[102] Pembangunan Bait Kedua terselesaikan pada tahun 516 SM dalam masa pemerintahan Darius Agung, 70 tahun setelah penghancuran Bait Pertama.[103][104]
Beberapa saat setelah tahun 485 SM, Yerusalem dikepung, ditaklukkan, dan sebagian besarnya dihancurkan oleh suatu koalisi negara-negara tetangganya.[105] Pada sekitar tahun 445 SM, Raja Artahsasta I dari Persia mengeluarkan sebuah dekret yang memperbolehkan kota ini (termasuk temboknya) untuk dibangun kembali.[106] Yerusalem kembali berperan sebagai ibu kota Yehuda dan pusat ibadah Yahudi.
Banyak makam Yahudi dari periode Bait Kedua telah ditemukan kembali di Yerusalem. Salah satu contoh yang ditemukan di utara Kota Lama berisikan jasad manusia dalam sebuah osuarium yang dihiasi dengan inskrispsi Aramaik bertuliskan "Simon sang Pembangun Bait."[107] Makam Abba, juga terletak di utara Kota Lama, menyimpan sebuah inskripsi Aramaik dengan huruf Paleo-Ibrani yang kira-kira dapat dibaca: "Aku, Abba, putra imam Eleazar, putra Harun sang imam besar, Abba, yang tertindas dan teraniaya, yang lahir di Yerusalem, dan pergi ke dalam pembuangan di Babilonia dan membawa (kembali ke Yerusalem) Matatias, putra Yehuda, dan menguburnya di sebuah gua yang kubeli dengan akta."[108] Makam Benei Hezir yang terletak di Kidron dihiasi dengan inskripsi Ibrani dan kolom-kolom Doria yang monumental, diidentifikasi sebagai situs pemakaman para imam Bait Kedua.[107] Makam Sanhedrin, suatu kompleks bawah tanah yang berisikan 63 makam berupa lubang pahatan dalam batu karang, terletak di sebuah taman publik di Sanhedria di Yerusalem utara. Makam-makam ini, mungkin dikhususkan bagi para anggota Sanhedrin[109][110] serta ditorehkan tulisan Aramaik dan Ibrani kuno, bertarikh antara tahun 100 SM dan 100 M.
Ketika Aleksander Agung menaklukkan Kekaisaran Persia, Yerusalem dan Yudea berada di bawah kendali Makedonia, pada akhirnya jatuh ke dalam kekuasaan Dinasti Ptolemaik pimpinan Ptolemaios I. Pada tahun 198 SM, Dinasti Seleukid pimpinan Antiokhos III merebut Yerusalem dan Yudea dari Ptolemaios V. Upaya Seleukid untuk menata kembali Yerusalem sebagai suatu negara-kota Helenis mencapai puncaknya pada tahun 168 dengan terjadinya pemberontakan Makabe yang dipimpin oleh Matatias dan lima putranya melawan Antiokhos IV Epiphanes, serta pendirian Kerajaan Hashmonayim oleh mereka pada tahun 152 SM dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya.
Pada tahun 63 SM, Pompeius Agung turut campur tangan dalam suatu perjuangan demi singgasana Hashmonayim dan merebut Yerusalem, sehingga memperluas pengaruh Republik Romawi atas Yudea.[111] Setelah suatu invasi singkat oleh orang Partia, yang mana mendukung para penguasa Hashmonayim lawannya, Yudea menjadi suatu tempat perjuangan antara pasukan pro-Romawi dan pro-Partia, yang akhirnya memicu bangkitnya seorang Edom bernama Herodes.
Seiring dengan semakin kuatnya Roma, Herodes diangkat sebagai raja klien Yahudi. Herodes Agung, sebagaimana ia dikenal, mengabdikan dirinya untuk mengembangkan dan memperindah kota ini. Ia membangun berbagai tembok, menara dan istana, serta memperluas Bukit Bait Suci juga memperkuat halamannya dengan blok-blok batu dengan berat mencapai 100 ton. Dalam masa pemerintahan Herodes, areal Bukit Bait Suci dilipatgandakan luasnya.[92][112][113] Tak lama setelah wafatnya Herodes, Yudea pada tahun 6 M berada dalam pemerintahan Romawi secara langsung sebagai Provinsi Yudea,[114] kendati Dinasti Herodian hingga Agripa II tetap menjadi raja klien atas wilayah di sekitarnya sampai tahun 96 M. Kekuasaan Romawi atas Yerusalem dan wilayahnya menghadapi tantangan dalam Perang Yahudi-Romawi Pertama yang berakhir dengan kemenangan Romawi. Bait Kedua dihancurkan pada tahun 70 M, dan seluruh kota dihancurkan dalam perang tersebut. Yosefus, sejarawan Yahudi pada saat itu, menuliskan bahwa kota ini "hampir seluruhnya diratakan dengan tanah oleh mereka yang menghancurkannya sampai fondasinya, sehingga tidak ada yang tersisa yang pernah dapat meyakinkan para pengunjung bahwa di situ pernah menjadi suatu tempat pemukiman."[115] Kekuasaan Romawi kembali ditantang selama pemberontakan Bar Kokhba yang bermula pada tahun 132 M dan ditumpas oleh orang Romawi pada tahun 135 M.
Setelah pemberontakan Bar Kokhba, Kaisar Hadrianus menggabungkan Provinsi Yudea dengan provinsi-provinsi di sekitarnya dengan nama baru Syria Palaestina untuk menggantikan nama Yudea.[116] Kota ini diganti namanya menjadi Aelia Capitolina,[117] dan dibangun kembali dengan gaya seperti suatu kota Romawi pada umumnya. Orang Yahudi dilarang memasuki kota ini, dengan konsekuensi hukuman mati, kecuali untuk satu hari pada setiap tahunnya yaitu saat hari peringatan Tisha B'Av. Bila digabungkan, langkah-langkah tersebut[118][119][120] (yang mana juga berdampak pada kaum Kristen Yahudi)[121] pada dasarnya merupakan "sekularisasi" kota ini.[122] Larangan itu dipertahankan hingga abad ke-7,[123] walau kaum Kristen segera diberikan pengecualian sebab sepanjang abad ke-4 Kaisar Romawi Konstantinus I memerintahkan pembangunan tempat-tempat suci Kristen di kota ini, misalnya Gereja Makam Kudus. Sisa-sisa pemakaman dari periode Bizantin secara eksklusif bercorak Kristiani, sehingga menunjukkan bahwa populasi Yerusalem pada zaman Bizantium kemungkinan hanya meliputi kaum Kristen.[124]
Pada abad ke-5, kelanjutan Kekaisaran Romawi di belahan timur memerintah dari Konstantinopel yang belum lama memperoleh nama barunya ini, dan mempertahankan kendali atas Yerusalem. Dalam rentang beberapa dekade, Yerusalem berpindah tangan dari kekuasaan Bizantium ke Persia, lalu kembali lagi ke dalam kekuasaan Bizantium-Romawi. Menyusul tekanan Khosrau II dari Sasaniyah pada abad ke-7 melalui Siria, Shahrbaraz dan Shahin jenderal-jenderalnya ini menyerang Yerusalem (bahasa Persia: Dej Houdkh) dengan dibantu oleh kaum Yahudi dari Palaestina Prima, yang mana telah bangkit untuk melawan kaum Bizantin.[125]
Dalam Pengepungan Yerusalem pada tahun 614, setelah 21 hari pengepungan militer tanpa kenal lelah, Yerusalem direbut. Kronik-kronik Bizantin menceritakan bahwa kaum Sasaniyah dan Yahudi membantai puluhan ribu orang Kristen di kota ini, banyak di antaranya di Kolam Mamilla,[126][127] serta menghancurkan berbagai bangunan gereja dan monumen mereka, termasuk Gereja Makam Kudus. Episode tersebut telah menjadi subjek banyak perdebatan di kalangan sejarawan.[128] Kota taklukan ini tetap berada dalam kendali Sasaniyah selama kurang lebih 15 tahun hingga Kaisar Bizantium Heraklius merebutnya kembali pada tahun 629.[129]
Yerusalem mencapai puncaknya dalam hal luas wilayah dan populasi pada akhir Periode Bait Kedua, yaitu ketika kota ini mencakup wilayah seluas dua kilometer persegi dan jumlah penduduknya 200.000 orang.[119][130]
Abad Pertengahan dan kekhalifahan
Yerusalem Bizantin ditaklukkan oleh pasukan Arab pimpinan Umar bin Khattab pada tahun 638 M.[131] Di kalangan Muslim dari era Islam awal disebut sebagai Madinat bayt al-Maqdis ("Kota Bait Suci")[132] yang mana hanya sebatas pada wilayah Bukit Bait Suci (Kompleks al-Haram). Wilayah selebihnya dari kota ini "... disebut Iliya, mencerminkan nama Romawi yang diberikan untuk kota ini setelah penghancurannya pada tahun 70 M: Aelia Capitolina".[133] Belakangan Bukit Bait Suci dikenal dengan nama al-Haram al-Sharif, “Tempat Suci yang Mulia", sedangkan wilayah kota di sekitarnya kemudian dikenal sebagai Bayt al-Maqdis,[134] dan selanjutnya masih disebut sebagai al-Quds al-Sharif "Kota Suci yang Mulia". Proses Islamisasi Yerusalem dimulai pada tahun pertama Hijriyah (623 M), ketika kaum Muslim diinstruksikan untuk menghadap (kiblat) ke arah kota ini ketika melakukan sembahyang sehari-hari dan menurut tradisi keagamaan Muslim merupakan tempat terjadinya perjalanan malam Nabi Muhammad dan kenaikannya ke surga. Setelah 13 tahun, arah kiblat diganti ke Mekkah.[135][136] Pada tahun 638 M Kekhalifahan Islam memperluas kekuasaannya ke Yerusalem.[137] Dengan adanya penaklukan oleh kaum Arab, kaum Yahudi diizinkan kembali ke kota ini.[138] Khalifah Rasyidin Umar bin Khattab menandatangani suatu perjanjian dengan Patriark Kristen Yerusalem Sofronius, yang mana sang khalifah memberikan jaminan kepadanya bahwa penduduk dan tempat-tempat suci kaum Kristen di Yerusalem akan dilindungi di bawah pemerintahan kaum Muslim.[139] Tradisi Arab-Kristen mencatat bahwa ketika Khalifah Umar akan memimpin sembahyang di Gereja Makam Kudus, yakni salah satu tempat tersuci bagi kaum Kristen, ia menolak untuk bersembahyang di dalam gereja tesebut sehingga kaum Muslim tidak akan meminta konversi Gereja Makam Kudus menjadi sebuah masjid.[140] Ia bersembahyang di luar gereja tersebut, tempat di mana Masjid Umar (Omar) berdiri hingga saat ini, berlawanan arah dengan pintu masuk Gereja Makam Kudus. Menurut Arculf, seorang uskup dari Galia yang tinggal di Yerusalem antara tahun 679-688, Masjid Umar merupakan sebuah bangunan berstruktur kayu dengan bentuk persegi panjang yang dibangun di atas reruntuhan dan dapat menampung 3.000 jemaah.[141]
Ketika kaum Muslim pergi ke Bayt Al-Maqdes untuk pertama kalinya, mereka mencari lokasi Masjid Al-Aqsa ("Masjid Terjauh") yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan Hadits menurut keyakinan Islam. Sumber-sumber Ibrani dan Arab dari masa itu mengatakan bahwa situs tersebut penuh dengan sampah sehingga kaum Arab dan Yahudi bersama-sama membersihkannya.[142] Khalifah Umayyah Abdul Malik bin Marwan memerintahkan pembangunan Kubah Shakhrah (Kubah Batu) pada akhir abad ke-7.[143] Syamsuddin Al-Maqdisi, seorang sejarawan abad ke-10, menuliskan bahwa Abdul Malik membangun shakhrah tersebut agar dapat mengimbangi kemegahan gereja-gereja monumental di Yerusalem.[141]
Selama 400 tahun berikutnya ketenaran Yerusalem berkurang karena berbagai kekuatan kaum Arab di wilayah tersebut saling berebut kendali atasnya.[144] Yerusalem direbut pada tahun 1073 oleh Kekaisaran Seljuk di bawah komando Atsiz bin Uwaq.[145] Setelah Atsız terbunuh, Pangeran Seljuk Tutush I memberikan Yerusalem kepada Artuk Bey, seorang komandan Seljuk lainnya. Setelah meninggalnya Artuk pada tahun 1091 kedua putranya, Sökmen dan Ilghazi, memerintah kota ini sampai dengan direbutnya kembali kota ini oleh Kekhalifahan Fatimiyah pada tahun 1098.
Suatu gerakan Karait mesianik untuk berhimpun di Yerusalem berlangsung pada pergantian milenium pertama, menyebabkan suatu "Zaman Keemasan" keilmuan Karait di sana, yang mana berakhir karena Perang-perang Salib.[146] Pada tahun 1099, penguasa Fatimiyah mengusir penduduk Kristen pribumi sebelum Yerusalem ditaklukkan oleh Tentara Salib yang kemudian melakukan pembantaian terhadap kebanyakan penduduk Yahudi dan Muslim ketika mereka merebut kota yang dipertahankan dengan kukuh ini melalui serangan, setelah suatu periode pengepungan. Yerusalem ditinggalkan dalam keadaan kosong, lalu Tentara Salib mendirikan Kerajaan Yerusalem. Kota ini praktis dikosongkan dan dikolonisasi kembali dengan arus masuk dari beraneka ragam kaum Yunani, Bulgaria, Hungaria, Georgia, Armenia, Syria, Mesir, Nestorian, Maronit, Miafisit Yakobit, Koptik, dan lain-lain, untuk menghalangi kembalinya kaum Yahudi dan Muslim yang masih bertahan hidup. Di bagian timur laut kota dimukimkan kembali kaum Kristen Timur dari Transyordan (sebelah timur Sungai Yordan).[147] Alhasil pada tahun 1099 populasi Yerusalem meningkat kembali menjadi sekitar 30.000 penduduk.[148]
Pada tahun 1187, Yerusalem direbut dari Tentara Salib oleh Saladin (Salahuddin Ayyubi) yang mengizinkan kaum Yahudi dan Muslim untuk kembali dan menetap di kota ini.[149] Menurut ketentuan penyerahan, 60.000 orang Franka dibebaskan dengan tebusan dan diusir dari kota ini. Penduduk Kristen Timur diizinkan untuk menetap.[150] Di bawah Dinasti Ayyubiyyah pimpinan Saladin, suatu periode investasi besar dimulai dengan dibangunnya berbagai perumahan, pasar, pemandian umum, dan hostel untuk peziarah serta penetapan wakaf. Meski demikian, hampir sepanjang abad ke-13, Yerusalem mengalami penurunan status menjadi sebuah desa karena jatuhnya nilai strategis kota ini dan pergulatan di internal Ayyubiyyah.[151]
Dari tahun 1229 sampai 1244, Yerusalem dikembalikan secara damai ke dalam kendali kaum Kristen sebagai hasil dari suatu perjanjian pada tahun 1229 antara Kaisar Romawi Suci Friedrich II mewakili Tentara Salib dan Sultan Ayyubiyyah al-Kamil dari Mesir sehingga mengakhiri Perang Salib Keenam.[152][153][154][155][156] Kaum Ayyubiyyah mempertahankan kendali atas tempat-tempat suci Muslim, dan sumber-sumber Arab menunjukkan bahwa Friedrich tidak diizinkan untuk memulihkan fortifikasi-fortifikasi Yerusalem.
Pada tahun 1244 Yerusalem dijarah dan direbut oleh kaum Tatar Khwarezmia, sebagian besar populasi Kristen dibinasakan dan orang-orang Yahudi diusir keluar.[157] Kaum Tatar Khwarezmia dihalau keluar Yerusalem oleh Ayyubiyah pada tahun 1247. Ketika Nahmanides berkunjung pada tahun 1267, ia hanya menemukan dua keluarga Yahudi dalam suatu populasi berjumlah 2.000 penduduk (300 di antaranya adalah orang Kristen) di kota ini.[158] Dari tahun 1260[159] sampai 1517, Yerusalem diperintah oleh kaum Mamluk. Selama periode waktu ini terjadi banyak bentrokan antara kaum Mamluk di satu sisi dan para tentara salib serta suku Mongol di sisi lainnya. Daerah ini juga mengalami banyak gempa bumi dan wabah hitam.[160] Beberapa keberadaan kaum Kristen Eropa dipertahankan di kota ini dengan adanya Ordo Makam Kudus.
Abad ke-16 sampai ke-19 − pemerintahan Utsmaniyah
Pada tahun 1517 Yerusalem dan daerah sekitarnya jatuh ke dalam kekuasaan kaum Turki Utsmaniyah (Ottoman); secara umum mereka masih memegang kendali atas wilayah ini sampai tahun 1917.[149] Yerusalem mengalami suatu periode pembaruan dan perdamaian dalam pemerintahan Suleiman yang Luar Biasa, salah satunya adalah pembangunan kembali tembok-tembok megah di sekeliling Kota Lama. Selama hampir sepanjang pemerintahan Utsmaniyah, Yerusalem tetap berstatus provinsi di samping sebagai sentra penting keagamaan, dan tidak turut campur dalam jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Kairo.[161] Modern history or the present state of all nations, sebuah buku rujukan berbahasa Inggris yang ditulis pada tahun 1744, menyatakan bahwa "Yerusalem masih diperhitungkan sebagai ibu kota Palestina".[162]
Kaum Utsmaniyah membawa banyak inovasi: sistem pos modern yang dikelola oleh berbagai konsulat serta layanan pengangkutan dan kereta pos reguler merupakan tanda-tanda awal modernisasi di dalam kota.[163] Pada pertengahan abad ke-19, kaum Utsmaniyah membangun jalan aspal pertama dari Yafo ke Yerusalem, dan sejak tahun 1892 jalur kereta api telah ada di kota ini.[163]
Setelah aneksasi Yerusalem oleh Muhammad Ali dari Mesir pada tahun 1831, berbagai konsulat dan misi dari luar negeri mulai didirikan di kota ini. Pada tahun 1836 Ibrahim Pasya mengizinkan warga Yahudi di Yerusalem untuk merestorasi empat sinogaga besar, di antaranya yaitu Sinagoge Hurba.[164] Dalam Pemberontakan Petani yang terjadi di seluruh negeri, Qasim al-Ahmad memimpin pasukannya dari Nablus untuk menyerang Yerusalem, dengan dibantu oleh klan Abu Ghosh, dan memasuki kota pada tanggal 31 Mei 1834. Kaum Kristen dan Yahudi di Yerusalem menjadi sasaran serangan. Pada bulan berikutnya, pasukan Mesir pimpinan Ibrahim mengusir pasukan Qasim di Yerusalem.[165]
Pemerintahan Utsmaniyah dipulihkan kembali statusnya pada tahun 1840, namun banyak kaum Muslim Mesir yang tetap tinggal di Yerusalem serta semakin banyak kaum Yahudi dari Aljir dan Afrika Utara yang mulai menetap di kota ini.[164] Pada tahun 1840-an dan 1850-an, kekuatan-kekuatan internasional mulai saling berebut pengaruh di Palestina karena mereka berupaya untuk memperluas perlindungan mereka atas kelompok minoritas keagamaan di wilayah ini, suatu perjuangan yang utamanya dilakukan melalui perwakilan-perwakilan konsuler di Yerusalem.[166] Menurut konsul Prusia, populasi Yerusalem pada tahun 1845 adalah 16.410 penduduk, dengan komposisi 7.120 Yahudi, 5.000 Muslim, 3.390 Kristen, 800 tentara Turki dan 100 orang Eropa.[164] Jumlah peziarah Kristen mengalami peningkatan selama pemerintahan Utsmaniyah, dan melipatgandakan populasi kota ini pada sekitar masa Paskah.[167]
Pada tahun 1860-an, lingkungan-lingkungan baru mulai berkembang di luar tembok Kota Lama untuk menampung para peziarah juga untuk mengurangi kepadatan penduduk dan sanitasi yang buruk di dalam kota ini. Kawasan Rusia dan Mishkenot Sha'ananim didirikan pada tahun 1860,[168] diikuti oleh banyak lainnya seperti Mahane Israel (1868), Nahalat Shiv'a (1869), Koloni Jerman (1872), Beit David (1873), Mea Shearim (1874), Shimon HaTzadik (1876), Beit Ya'aqov (1877), Abu Tor (1880s), Koloni Swedia-Amerika (1882), Yemin Moshe (1891), dan Mamilla, Wadi al-Joz pada waktu sekitar pergantian abad itu. Pada tahun 1867 seorang misionaris Amerika melaporkan suatu perkiraan populasi Yerusalem dengan jumlah 'di atas' 15.000 penduduk, dengan komposisi 4.000–5.000 Yahudi dan 6.000 Muslim. Setiap tahun terdapat sekitar 5.000–6.000 peziarah Kristen Rusia.[169] Pada tahun 1874 Yerusalem menjadi pusat dari sebuah distrik administratif khusus, dilepaskan dari Vilayet Suriah dan berada di bawah kewenangan langsung Istanbul yang disebut Mutasarrıf Yerusalem.[170]
Hingga tahun 1880-an tidak terdapat satu pun panti asuhan resmi di Yerusalem, sebab para keluarga pada umumnya saling merawat satu sama lain. Pada tahun 1881, Panti Asuhan Diskin didirikan di Yerusalem dengan datangnya anak-anak Yahudi yang menjadi yatim piatu karena suatu pogrom Rusia. Panti asuhan lainnya yang didirikan di Yerusalem pada awal abad ke-20 yaitu Panti Asuhan Blumenthal Zion (1900) dan Rumah Yatim Israel Umum untuk Perempuan (1902).[171]
Para misionaris Kristen dari Gereja Anglikan dan Lutheran tiba di kota ini pada abad ke-19,[172] beserta para misionaris dari Christian and Missionary Alliance (CMA).[173]
1917–1948 − Mandat Britania
Pada tahun 1917, setelah Pertempuran Yerusalem, Angkatan Darat Britania pimpinan Jenderal Edmund Allenby merebut kota ini.[174] Pada tahun 1922, Liga Bangsa-Bangsa pada Konferensi Lausanne mempercayakan Britania Raya untuk menjalankan fungsi administratif atas Palestina, Transyordania di dekatnya, dan juga Irak.
Saat itu Britania berhadapan dengan suatu konflik kebutuhan yang berakar dari masa pemerintahan Utsmaniyah. Berbagai kesepakatan untuk penyediaan air, listrik, dan pembangunan sistem trem—semuanya di bawah konsesi-konsesi yang diberikan otoritas Utsmaniyah—ditandatangani oleh kota Yerusalem dan seorang warga Yunani bernama Euripides Mavromatis pada tanggal 27 Januari 1914. Pekerjaan berdasarkan konsesi-konsesi ini tidak juga dimulai dan, hingga akhir peperangan, pasukan pendudukan Britania menolak untuk mengakui keabsahannya. Mavromatis mengklaim bahwa konsesi-konsesinya tumpang tindih dengan Konsesi Auja yang diberikan pemerintah kepada Rutenberg pada tahun 1921 dan bahwa ia telah kehilangan hak-hak hukumnya. Konsesi Mavromatis pada dasarnya tetap berlaku kendati awalnya ada upaya-upaya dari Britania untuk menghapuskannya; konsesi ini mencakup Yerusalem dan daerah-daerah lain (mis. Betlehem) dalam radius 20 kilometer dari Gereja Makam Kudus.[175]
Dari tahun 1922 hingga 1948, keseluruhan populasi Yerusalem meningkat dari 52.000 menjadi 165.000 dengan dua pertiganya orang Yahudi dan sepertiganya orang Arab (Muslim dan Kristen).[176] Hubungan antara kaum Muslim dan Kristen Arab dengan penduduk Yahudi yang kian bertumbuh di Yerusalem mengalami kemerosotan sehingga berulang kali terjadi kerusuhan. Di Yerusalem, secara khusus, terjadi kerusuhan Arab pada tahun 1920 dan tahun 1929. Dalam pemerintahan Britania, dibuat berbagai taman baru di pinggiran kota di bagian barat dan utara Yerusalem[177][178] serta didirikan lembaga-lembaga pendidikan tinggi seperti Universitas Ibrani.[179]
1948–1967 − pemerintahan Yordania/Israel
Setelah berakhirnya Mandat Britania untuk Palestina, Rencana Pembagian Palestina oleh PBB pada tahun 1947 merekomendasikan "pembentukan rezim internasional khusus di Kota Yerusalem, membentuknya sebagai suatu Corpus separatum di bawah adminstrasi PBB."[180] Rezim internasional tersebut (juga termasuk kota Betlehem) rencananya diberlakukan untuk jangka waktu sepuluh tahun, lalu setelahnya akan diadakan suatu referendum di mana masyarakat menentukan rezim di masa mendatang untuk kota mereka.[181] Namun rencana ini tidak terlaksana karena terjadi peperangan pada tahun 1948, sementara Britania menarik diri dari Palestina dan Israel mendeklarasikan kemerdekaannya.[182]
Bertentangan dengan Rencana Pembagian, yang mana bertujuan membentuk sebuah kota terpisah dari negara Arab dan negara Yahudi, Israel menaklukkan daerah yang nantinya menjadi Yerusalem Barat beserta bagian-bagian utama wilayah Arab yang dialokasikan untuk Negara Arab di masa mendatang; sedangkan Yordania mengambil alih Yerusalem Timur dan Tepi Barat. Perang tersebut memicu perpindahan penduduk Yahudi dan Arab dari kota ini. 1.500 penduduk Kawasan Yahudi di Kota Lama terusir keluar dan beberapa ratus lainnya dijadikan tawanan ketika Legiun Arab merebut kawasan itu pada tanggal 28 Mei.[183][184] Penduduk Arab di Katamon, Talbiya, dan Koloni Jerman tersingkir dari rumah mereka. Pada akhir peperangan, Israel memegang kendali atas 12 dari 15 kawasan penduduk Arab di Yerusalem. Diperkirakan bahwa setidaknya 30.000 orang menjadi pengungsi.[185][186]
Perang tahun 1948 mengakibatkan pembagian wilayah Yerusalem, sehingga kota lama yang bertembok tersebut sepenuhnya terletak di sisi Yordania dari perbatasan. Wilayah tanpa pemilik di antara Yerusalem Barat dan Timur menjadi jelas keberadaannya pada bulan November 1948. Moshe Dayan, komandan pasukan Israel di Yerusalem, bertemu dengan Abdullah el Tell mitranya dari Yordania di sebuah rumah kosong di Lingkungan Musrara, Yerusalem, dan menandai posisi mereka masing-masing dalam peta: posisi Israel berwarna merah dan Yordania berwarna hijau. Peta kasar ini tidak dimaksudkan sebagai suatu peta resmi, dan menjadi garis perbatasan final dalam Perjanjian Gencatan Senjata 1949 yang mana membagi kota ini dan menjadikan Gunung Scopus sebagai daerah kantong Israel di Yerusalem Timur.[187] Kawat berduri dan pagar beton dipasang di tengah-tengah kota, melewati dekat Gerbang Yafo di sebelah barat Kota Lama, dan suatu titik persimpangan didirikan di Gerbang Mandelbaum —sedikit ke utara Kota Lama. Pertempuran-pertempuran militer skala kecil sering kali mengancam gencatan senjata tersebut.
Setelah pendirian negara Israel, Yerusalem dideklarasikan sebagai ibu kotanya.[188] Yordania secara resmi menganeksasi Yerusalem Timur pada tahun 1950, memberlakukan hukum Yordania di wilayah itu, dan mendeklarasikannya sebagai "ibu kota kedua" Yordania pada tahun 1953.[182][189][190] Hanya Britania Raya dan Pakistan yang secara resmi mengakui aneksasi tersebut, yang mana—berkenaan dengan Yerusalem—adalah atas dasar de facto.[191] Beberapa akademisi meragukan pandangan yang menyatakan bahwa Pakistan mengakui aneksasi Yordania.[192][193]
Setelah tahun 1948, sejak keseluruhan Kota Lama berada di bagian timur garis gencatan senjata, Yordania mengambil alih kendali atas semua tempat suci di wilayah tersebut. Tempat-tempat suci Muslim dipertahankan dan direnovasi,[194] sedangkan, bertentangan dengan ketentuan-ketentuan dalam perjanjian gencatan senjata, kaum Yahudi tidak diberikan akses ke tempat-tempat suci mereka dan banyak di antaranya dihancurkan atau dicemarkan. Yordania hanya mengizinkan akses yang sangat terbatas ke tempat-tempat suci Kristen,[195] dan berbagai pembatasan diberlakukan terhadap penduduk Kristen sehingga menyebabkan banyak di antaranya meninggalkan kota ini. Dari 58 sinagoge yang terletak di dalam Kota Lama, setengahnya dirobohkan atau dikonversi menjadi kandang kuda dan kandang ayam selama 19 tahun berikutnya, termasuk Sinagoge Tiferet Yisrael dan Hurba. Pemakaman Yahudi Bukit Zaitun yang berusia 3.000 tahun[196] dicemari; dikatakan bahwa batu-batu nisannya digunakan untuk membangun berbagai fortifikasi tentara Yordania, jamban, dan jalan. 38.000 makam dalam Pemakaman Yahudi tersebut dihancurkan, dan orang-orang Yahudi dilarang dimakamkan di sana.[197][198] Tembok Barat (Tembok Ratapan) diubah menjadi sebuah tempat suci khusus kaum Muslim yang dihubungkan dengan al-Buraq.[199] Otoritas Israel menelantarkan makam-makam dalam Pemakaman Mamilla milik kaum Muslim di Yerusalem Barat, yang mana berisikan jenazah figur-figur dari periode Islam awal,[200] memfasilitasi pembuatan sebuah tempat parkir dan toilet-toilet umum di sebagian besar area tersebut pada tahun 1964.[201] Banyak bangunan penting keagamaan dan bersejarah lainnya yang dihancurkan dan diganti dengan bangunan-bangunan modern selama pendudukan Yordania.[202] Selama periode ini, Kubah Shakhrah dan Masjid al-Aqsa mengalami renovasi besar.[203]
Selama perang tahun 1948 tersebut, penduduk Yahudi di Yerusalem Timur diusir keluar oleh Legiun Arab dari Yordania. Otoritas Yordania mengizinkan para pengungsi Palestina keturunan Arab akibat perang tersebut untuk menetap di Kawasan Yahudi yang telah ditinggalkan penghuni sebelumnya itu, dan kawasan ini menjadi dikenal dengan nama Harat al-Sharaf.[204] Pada tahun 1966, otoritas Yordania merelokasi 500 dari antara mereka ke kamp pengungsi Shuafat sebagai bagian dari rencana untuk mengubah kawasan Yahudi itu menjadi taman publik.[205][206]
Dari 1967 − pemerintahan Israel
Walaupun Israel memohon supaya Yordania tetap netral selama Perang Enam Hari, Yordania, yang mana telah menandatangani suatu perjanjian pertahanan dengan Mesir pada tanggal 30 Mei 1967, pada hari kedua perang tersebut menyerang Yerusalem Barat yang berada di bawah kendali Israel. Setelah pertempuran jarak dekat antara tentara Yordania dan Israel di Bukit Bait Suci, Pasukan Pertahanan Israel merebut Yerusalem Timur dan seluruh Tepi Barat. Yerusalem Timur, beserta beberapa wilayah Tepi Barat di dekatnya yang terdiri dari beberapa lusin desa Palestina, selanjutnya dianeksasi oleh Israel, begitu juga tempat-tempat suci Kristen dan Muslim. Pada tanggal 27 Juni 1967, beberapa minggu setelah perang berakhir, Israel memperluas yurisdiksi dan hukumnya untuk Yerusalem Timur dan beberapa daerah di sekitarnya, menggabungkannya dengan Munisipalitas Yerusalem,[207] kendati istilah aneksasi berusaha dihindarinya. Pada tanggal 10 Juli, Menteri Luar Negeri Abba Eban menjelaskan kepada Sekretaris Jenderal PBB: "Istilah 'aneksasi' yang digunakan oleh para pendukung suara tersebut tidaklah akurat. Langkah-langkah yang diambil [oleh Israel] berhubungan dengan integrasi Yerusalem di area-area munisipal dan administratif, serta berfungsi sebagai suatu dasar hukum untuk perlindungan tempat-tempat suci di Yerusalem."[208] Israel melakukan sensus penduduk Arab di area-area yang dianeksasinya. Mereka diberikan status penduduk permanen dan opsi untuk mengajukan permohonan kewarganegaraan Israel. Sejak tahun 1967, berbagai area Yahudi yang baru bertumbuh dengan cepat di sektor timur, sementara belum ada pembuatan lingkungan Palestina yang baru.[209]
Akses kaum Kristen dan Yahudi ke tempat-tempat suci di dalam kota lama yang bertembok tersebut dipulihkan. Israel membiarkan Bukit Bait Suci tetap di bawah yurisdiksi wakaf Islam, namun membuka Tembok Barat untuk akses kaum Yahudi. Kawasan Maroko, yang mana letaknya berdekatan dengan Tembok Barat, dievakuasi lalu dihancurkan[210] demi pembuatan ruang untuk sebuah plaza bagi mereka yang mengunjungi tembok tersebut.[211] Pada tanggal 18 April 1968, suatu perintah pengambilalihan properti oleh Kementerian Keuangan Israel menjadikan Kawasan Yahudi lebih dari dua kali lipat besarnya, mengusir para penduduk Arab di sana dan mengambil dengan paksa 700 bangunan yang hanya 105 di antaranya merupakan milik penduduk Yahudi pra-1948. Dengan demikian kawasan lama itu diperluas ke Mughrabi Harat Abu Sa'ud, serta kawasan Arab dan Palestina lainnya yang bersejarah. Perintah tersebut memperuntukkan area-area ini untuk keperluan umum, tetapi hanya ditujukan untuk kaum Yahudi.[212] Pemerintah Israel memberikan 200 dinar Yordania bagi setiap keluarga Arab yang dievakuasi.
Setelah Perang Enam Hari, populasi Yerusalem meningkat 196%. Populasi Yahudi tumbuh sebesar 155%, sedangkan populasi Arab meningkat 314%. Proporsi populasi Yahudi turun dari 74% pada tahun 1967 menjadi 72% pada tahun 1980, dan 68% pada tahun 2000, lalu menjadi 64% pada tahun 2010.[213] Menteri Pertanian Israel Ariel Sharon mengusulkan pembangunan suatu lingkar permukiman Yahudi di sekitar tepi timur Yerusalem. Rencana tersebut dimaksudkan untuk membuat Yerusalem Timur lebih bercorak Yahudi dan mencegahnya supaya tidak menjadi bagian dari suatu blok perkotaan Palestina yang terentang dari Betlehem sampai Ramallah. Pada tanggal 2 Oktober 1977 Kabinet Israel menyetujui rencana tersebut dan selanjutnya tujuh lingkungan permukiman dibangun di tepi timur kota ini. Semuanya itu kemudian dikenal sebagai Pemukiman Lingkar. Lingkungan permukiman Yahudi lainnya dibangun di Yerusalem Timur, dan kaum Yahudi Israel juga bermukim di lingkungan-lingkungan Arab.[214][215]
Aneksasi Yerusalem Timur ditanggapi dengan kecaman internasional. Kementerian Luar Negeri Israel membantah kalau aneksasi Yerusalem merupakan suatu pelanggaran hukum internasional.[216][217] Status akhir Yerusalem telah menjadi salah satu hal terpenting dalam perselisihan antara para juru runding Israel dan Palestina untuk mencapai perdamaian. Hal-hal yang menjadi perselisihan antara lain mencakup apakah bendera Palestina dapat dikibarkan di area-area dalam perwalian Palestina serta kekhususan batas-batas wilayah Palestina dan Israel.[218]
Status politik
Status di bawah pemerintahan Israel
Setelah Perang Enam Hari tahun 1967, Israel memperluas administrasi dan yurisdiksinya atas Yerusalem Timur, mendirikan batas-batas munisipal baru.
Pada tahun 2010 Israel menyetujui undang-undang yang memberikan Yerusalem status prioritas nasional tertinggi di Israel. Hukum ini memprioritaskan pembangunan di seluruh kota, serta menawarkan berbagai manfaat pajak dan dana bantuan bagi para penduduk untuk menjadikan perumahan, infrastruktur, pendidikan, kesempatan kerja, bisnis, pariwisata, dan acara budaya lebih terjangkau. Menteri Komunikasi Moshe Kahlon mengatakan bahwa rancangan undang-undang tersebut mengirim "suatu pesan politik yang tegas dan jelas bahwa Yerusalem tidak akan terbagi", dan bahwa "semua orang dalam komunitas internasional dan Palestina yang mengharapkan pemerintah Israel sekarang menerima tuntutan apapun menyangkut kedaulatan Israel atas ibu kotanya adalah keliru dan menyesatkan".[219]
Status kota ini, terutama tempat-tempat sucinya, masih menjadi suatu masalah utama dalam konflik Israel–Palestina. Pemerintah Israel telah menyetujui rencana-rencana pembangunan di Kawasan Muslim di Kota Lama[220] dalam rangka memperluas keberadaan Yahudi di Yerusalem Timur, sementara beberapa pemimpin Islam mengklaim bahwa kaum Yahudi tidak memiliki keterkaitan sejarah dengan Yerusalem, dan menyatakan bahwa Tembok Barat yang berusia 2500 tahun tersebut dibangun sebagai bagian dari sebuah masjid.[221][222] Kaum Palestina memandang Yerusalem sebagai ibu kota Negara Palestina,[223] dan batas-batas kota ini telah menjadi subjek pembicaraan bilateral. Suatu tim ahli yang dihimpun oleh Ehud Barak (kelak menjadi Perdana Menteri Israel) pada tahun 2000 menyimpulkan bahwa kota ini harus dibagi, karena Israel telah gagal meraih tujuan-tujuan nasionalnya di sana.[224] Namun pada tahun 2014 Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa "Yerusalem tidak akan pernah terbagi".[225] Suatu jajak pendapat yang diselenggarakan pada tahun Juni 2013 mendapati bahwa 74% orang Yahudi Israel menolak gagasan mengenai suatu ibu kota Palestina di bagian manapun dari Yerusalem, kendati 72% masyarakat memandangnya sebagai sebuah kota yang terbagi.[226] Suatu jajak pendapat pada tahun 2011, yang dilakukan oleh Palestinian Center for Public Opinion dan American Pechter Middle East Polls for the Council on Foreign Relations, mengungkapkan bahwa 39% penduduk Arab di Yerusalem Timur lebih memilih kewarganegaraan Israel daripada 31% lainnya yang lebih memilih kewarganegaraan Palestina. Menurut jajak pendapat tersebut, 40% penduduk Palestina lebih memilih untuk meninggalkan lingkungan permukiman mereka jika mereka ditempatkan di bawah pemerintahan Palestina.[227]
Yerusalem sebagai ibu kota
Ibu kota Israel
Pada tanggal 5 Desember 1949, Perdana Menteri pertama Israel, David Ben-Gurion, memproklamirkan Yerusalem sebagai ibu kota Israel,[228] dan sejak saat itu semua cabang pemerintahan Israel—legislatif, yudisial, dan eksekutif—berada di sana, kecuali Kementerian Pertahanan yang mana terletak di HaKirya di Tel Aviv.[229] Pada saat proklamasi tersebut Yerusalem terbagi antara Israel dan Yordania, karenanya hanya Yerusalem Barat yang diproklamasikan sebagai ibu kota Israel.
Pada bulan Juli 1980, Israel mengesahkan Hukum Yerusalem sebagai Hukum Dasar. Hukum ini menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota "bersatu dan penuh" dari Israel.[230] "Hukum Dasar: Yerusalem, Ibu Kota Israel" merupakan suatu alasan utama bagi masyarakat internasional untuk tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Dewan Keamanan PBB mengesahkan Resolusi 478 pada tanggal 20 Agustus 1980, yang mana menyatakan bahwa Hukum Dasar tersebut adalah "suatu pelanggaran hukum internasional", juga "batal dan tidak berlaku serta harus segera dicabut". Negara-negara anggota dihimbau untuk menarik perwakilan diplomatik mereka dari Yerusalem.[231] Menanggapi resolusi tersebut, 22 dari 24 negara yang sebelumnya memiliki kedutaan di Yerusalem (Barat) memindahkan kedutaan mereka ke Tel Aviv, di mana banyak kedutaan telah terdapat di sana sebelum Resolusi 478. Kosta Rika dan El Salvador menyusul pada tahun 2006.[232] Saat ini tidak ada kedutaan di dalam batas-batas kota Yerusalem kendati terdapat beberapa kedutaan di Mevaseret Zion, di pinggiran kota Yerusalem, dan empat konsulat di dalam kota itu sendiri.[233]
Pada tahun 1995 Kongres Amerika Serikat mengesahkan Akta Kedutaan Yerusalem yang menyatakan bahwa jika diperlukan, tergantung pada kondisi, kedutaannya dapat dipindahkan dari Tel Aviv ke Yerusalem.[234] Bagaimanapun para presiden Amerika Serikat berpendapat bahwa resolusi-resolusi Kongres mengenai status Yerusalem hanya berupa nasihat. Konstitusi menetapkan bahwa hubungan luar negeri sebagai suatu kekuasaan eksekutif, dengan demikian kedutaan Amerika Serikat masih tetap di Tel Aviv.[235] Karena tidak diakuinya Yerusalem sebagai ibu kota Israel, beberapa pers non-Israel menggunakan Tel Aviv sebagai sebuah metonimia untuk Israel.[236][237][238][239]
Ibu kota Palestina
Otoritas Nasional Palestina memandang Yerusalem Timur sebagai wilayah pendudukan, menurut Resolusi 242 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Otoritas Palestina mengklaim bahwa Yerusalem, termasuk Haram al-Sharif, sebagai ibu kota Negara Palestina;[223] PLO mengklaim bahwa Yerusalem Barat juga tergantung pada negosiasi-negosiasi status permanen. Namun dinyatakannya juga bahwa akan dipertimbangkan solusi-solusi alternatif, seperti membuat Yerusalem sebagai suatu kota terbuka.[240]
Posisi PLO sekarang adalah bahwa Yerusalem Timur, sebagaimana didefinisikan oleh batas-batas wilayah munisipal pra-1967, seharusnya merupakan ibu kota Palestina dan Yerusalem Barat ibu kota Israel, yang mana setiap negara memiliki kedaulatan penuh atas bagian masing-masing dari kota ini beserta munisipalitasnya masing-masing. Suatu "dewan pembangunan" bersama akan bertanggung jawab untuk pengembangan yang terkoordinasi.[241]
Beberapa negara, seperti Rusia[242] dan Tiongkok,[243] mengakui negara Palestina dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya. Resolusi 58/292 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa menegaskan bahwa rakyat Palestina memiliki hak kedaulatan atas Yerusalem Timur.[244]
Transportasi
Yerusalem dilayani oleh berbagai infrastruktur komunikasi yang sangat maju, menjadikannya sebagai salah satu pusat logistik utama bagi Israel.
Stasiun Bus Pusat Yerusalem, terletak di Jalan Yafo, merupakan stasiun bus tersibuk di Israel. Stasiun ini dilayani oleh Egged Bus Cooperative, yang adalah perusahaan bus terbesar kedua di dunia,[245] Dan yang melayani rute Bnei Brak-Yerusalem bersama dengan Egged, juga Superbus yang melayani rute antara Yerusalem, Modi'in Illit, dan Modi'in-Maccabim-Re'ut. Semua perusahaaan tersebut beroperasi dari Stasiun Bus Pusat Yerusalem. Lingkungan-lingkungan permukiman Arab di Yerusalem Timur dan rute-rute antara Yerusalem dan berbagai lokasi di Tepi Barat dilayani oleh Stasiun Bus Pusat Yerusalem Timur, suatu pusat transportasi yang terletak di dekat Gerbang Damaskus di Kota Lama. Kereta Ringan Yerusalem memulai layanannya pada bulan Agustus 2011. Menurut rencana, jalur rel pertamanya akan mampu mengangkut sekitara 200.000 orang setiap hari, dan memiliki 23 halte. Rutenya adalah dari Pisgat Ze'ev di utara via Kota Tua dan pusat kota menuju Gunung Herzl di selatan.
Pekerjaan lainnya yang masih dalam proses[246] adalah jalur kereta baru berkecepatan tinggi dari Tel Aviv ke Yerusalem, yang dijadwalkan akan selesai pada tahun 2018. Terminal akhirnya adalah sebuah stasiun baru di bawah tanah (dengan kedalaman 80 m) yang melayani International Convention Center dan Stasiun Bus Pusat,[247] serta direncanakan untuk diperpanjang di kemudian hari sampai ke Stasiun Kereta Malha. Israel Railways mengoperasikan layanan kereta menuju Stasiun Kereta Malha dari Tel Aviv via Beit Shemesh.[248][249]
Jalan Tol Begin adalah salah satu jalan penghubung selatan-utara yang utama di Yerusalem; jalan ini berada di sisi barat kota, dan di utara bergabung dengan Rute 443 yang mana berlanjut ke arah Tel Aviv. Rute 60 terentang melewati pusat kota dekat Garis Hijau antara Yerusalem Timur dan Barat. Pembangunan sedang berlangsung pada bagian-bagian jalan lingkar sepanjang 35 kilometer yang akan mengelilingi kota ini untuk mendorong koneksi yang lebih cepat antara berbagai daerah di pinggiran kota.[250][251] Bagian timur dari proyek ini dibuat konsepnya beberapa dekade yang lalu, namun masih terdapat beragam reaksi atas jalan raya yang diusulkan ini.[250]
Yerusalem dilayani oleh Bandar Udara Internasional Ben Gurion, sekitar 50 km di sebelah barat laut Yerusalem dalam rute menuju Tel Aviv. Pada masa lampau, kota ini juga dilayani oleh Bandar Udara Atarot, namun bandara ini telah berhenti beroperasi pada tahun 2000.
Olahraga
Dua olahraga yang paling populer adalah sepak bola dan basket.[252] Beitar Jerusalem F.C. adalah salah satu klub sepak bola yang paling terkenal di Israel. Para penggemarnya termasuk figur-figur politik yang sering kali menghadiri pertandingannya.[253] Tim sepak bola utama lainnya di Yerusalem, dan salah satu rival utama Beitar, adalah Hapoel Jerusalem F.C. Beitar telah tujuh kali menjadi juara Piala Negara Israel,[254] sementara Hapoel hanya pernah sekali menjadi juaranya. Beitar telah enam kali memenangi liga utama, sedangkan Hapoel belum pernah berhasil. Beitar bermain di Ligat ha'Al yang lebih bergengsi, sementara Hapoel berada di divisi dua Liga Leumit. Sejak dibukanya pada tahun 1992, Stadion Teddy Kollek menjadi stadion sepak bola utama di Yerusalem dengan kapasitas 21.600 penonton.[255] Klub sepak bola Palestina yang paling populer adalah Jabal Al-Mukaber Club (sejak tahun 1976) yang bermain di Liga Utama Tepi Barat. Klub ini berasal dari Gunung Scopus di Yerusalem, bagian dari Konfederasi Sepak Bola Asia, dan bermain di Stadion Internasional Faisal Al-Husseini di Ar-Ram, dekat Tembok Pemisah Israel.[256][257]
Dalam olahraga basket, Hapoel Jerusalem bermain di divisi utama. Klub ini telah memenangi Piala Negara sebanyak tiga kali, dan ULEB Cup pada tahun 2004.[258]
Maraton Yerusalem, berawal sejak tahun 2011, adalah perlombaan maraton internasional yang diadakan setiap tahun di Yerusalem pada bulan Maret. Perlombaan lari sejauh 42 kilometer ini dimulai di Knesset, melintasi Gunung Scopus dan Kawasan Armenia di Kota Lama, lalu berakhir di Taman Sacher. Pada tahun 2012, Maraton Yerusalem diikuti oleh 15.000 pelari termasuk 1.500 pelari dari lima puluh negara selain Israel.[259][260][261][262][263]
Acara olahraga non-kompetisi yang populer adalah Mars Yerusalem, diadakan setiap tahun selama festival Sukkot.
Warga terkemuka
Era Kuno
- Melkisedek, Raja Yebus dari Salem dan imam yang memberkati Abram
- Abdi-Heba, kepala suku Hurri
- Zadok, Imam Besar dari Suku Lewi
- Raja Daud (ca 1040 SM – ca 970 SM), Raja kedua Kerajaan Israel bersatu
- Arauna, orang Yebus, penjual tanah
- Salomo (ca 1011 SM – ca 931 SM), Raja Israel yang ketiga
- Hizkia, Raja Yehuda yang ke-13
- Yesaya, seorang nabi besar Israel kuno yang hidup sekitar masa Kerajaan Yehuda abad ke-8 SM
- Yoël, seorang nabi Israel kuno, yang kedua dari kedua belas nabi kecil
- Yudas Makabe (wafat 160 SM), pemimpin pemberontakan Makabe melawan Kekaisaran Seleukia
- Herodes Agung (wafat 4 SM), seorang raja klien Romawi di Yudea yang memperluas Bait Kedua di Yerusalem dan membangun benteng di Masada
- Hilel (110 SM – 10 M), seorang pemimpin agama Yahudi yang terkenal dan salah satu figur terpenting dalam sejarah Yahudi, dikaitkan dengan pengembangan Mishnah dan Talmud
- Yosefus (37–100 M), sejarawan Romawi-Yahudi
- Yakobus yang Benar (wafat 69 M), Uskup Kristen-Yahudi di Yerusalem
- Simon bar Kokhba (wafat 135 M), pemimpin pemberontakan Bar Kokhba melawan Kekaisaran Romawi pada tahun 132 M
Abad pertengahan
- Syamsuddin Al-Maqdisi (946–1000), geograf Arab
- Ibnu al-Qaisarani (1056–1113), sejarawan Arab
- Judah Halevi (1075–1141), dokter Yahudi Spanyol, penyair dan filsuf
- Foulques, Raja Yerusalem (1131–1143), Raja Negara Tentara Salib di Yerusalem
- Nahmanides (1194–1270), dokter dan rabi Yahudi abad pertengahan
Kota kembar
Lihat pula
Catatan
i. | ^Dalam bahasa lainnya: bahasa Arab resmi di Israel: أورشليم القدس Ûrshalîm-Al Quds (memadukan penggunaan umum dan Alkitab atas nama-nama Arab); bahasa Yunani Kuno: Ἱερουσαλήμ/Ἰεροσόλυμα Hierousalḗm/Hierosóluma; bahasa Armenia Kuno: Երուսաղէմ Erusałēm. |
ii. | ^Yerusalem adalah ibu kota menurut hukum Israel. Tempat kediaman presiden, kantor-kantor pemerintah, mahkamah agung dan parlemen (Knesset) berada di sana. Negara Palestina (menurut Hukum Dasar Palestina, Judul Satu: Artikel 3) juga memandang Yerusalem sebagai ibu kotanya.[1] PBB dan kebanyakan negara tidak mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, mengambil posisi bahwa status akhir Yerusalem menunggu perundingan lanjutan antara Israel dan Otoritas Palestina. Kebanyakan negara mempertahankan kedutaan mereka di Tel Aviv dan daerah sekitarnya atau pinggiran kota Yerusalem, misalnya di Mevaseret Zion (lihat CIA Factbook Diarsipkan 2018-12-25 di Wayback Machine. dan Peta IsraelPDF (319 KB)). Lihat Kedudukan di Yerusalem untuk informasi lebih lanjut. |
iii. | ^Statistik seputar demografi Yerusalem merujuk pada munisipalitas Israel yang diperluas dan dipersatukan, yang mana meliputi munisipalitas Yordania dan Israel pra-1967 serta beberapa tambahan lingkungan dan desa Palestina di bagian timur lautnya. Beberapa lingkungan dan desa Palestina secara de facto telah dilepaskan ke Tepi Barat melalui adanya Tembok Pemisah Israel,[268] tetapi status legalnya belum dikembalikan. |
iv. | ^Situs web Yerusalem tersedia dalam tiga bahasa—bahasa Ibrani, bahasa Inggris, dan bahasa Arab. |
v. | ^ abBanyak informasi mengenai penaklukan Raja Daud atas Yerusalem berasal dari catatan-catatan Alkitab, tetapi beberapa sejarawan modern telah mulai memberinya kredit dikarenakan penggalian pada tahun 1993.[269] |
vi. | ^Berbagai sumber memperlihatkan ketidaksepakatan tentang waktu penyusunan Pakta Umar (Omar). Beberapa kalangan mengatakan bahwa Pakta tersebut berasal dari masa hidup Umar tetapi kemudian diperluas,[270][271] sedangkan kalangan lainnya mengatakan bahwa Pakta tersebut dibuat setelah ia wafat dan secara retroaktif dikaitkan dengannya.[272] Lebih jauh lagi, sejarawan lainnya meyakini bahwa gagasan-gagasan dalam Pakta tersebut telah ada seluruhnya sebelum masa Islam dan Umar.[273] |
vii. | ^Negara Palestina (menurut Hukum Dasar Palestina, Judul Satu: Artikel 3) menganggap Yerusalem sebagai ibu kotanya.[1] Tetapi dokumen-dokumen Departemen Urusan Negosiasi (NAD) dari PLO sering kali menyebut Yerusalem Timur (bukan seluruh Yerusalem) sebagai ibu kota masa depannya, dan terkadang menyebutnya sebagai ibu kotanya saat ini. Salah satu dokumennya dari tahun 2010, dideskripsikan sebagai "hanya untuk keperluan diskusi", mengatakan bahwa Palestina memiliki suatu '"visi"' untuk masa depan di mana "Yerusalem Timur ... akan menjadi ibu kota Palestina, dan Yerusalem Barat akan menjadi ibu kota Israel",[2] dan salah satu dokumennya dari tahun 2013 menyebut "ibu kota Palestina, Yerusalem Timur", serta menyatakan bahwa "Yerusalem Timur yang diduduki merupakan pusat politik dan sosial ekonomi alamiah bagi negara Palestina di masa depan", sambil menyatakan juga bahwa "Yerusalem selalu dan tetap menjadi jantung politik, pemerintahan dan spiritual Palestina" dan bahwa "Penerimaan Palestina atas perbatasan tahun 1967, yang mana meliputi Yerusalem Timur, adalah suatu kompromi yang menyakitkan".[4] |
viii. | ^Yerusalem Barat meliputi sekitar sepertiga wilayah munisipal Yerusalem saat ini, dan Yerusalem Timur meliputi sekitar dua pertiganya. Saat aneksasi Yerusalem Timur, Israel juga memasukkan suatu daerah Tepi Barat ke dalam daerah munisipal Yerusalem yang mana merepresentasikan lebih dari 10 kali daerah Yerusalem Timur di bawah pemerintahan Yordania.[274][275][276] |
Referensi
- ^ a b c 2003 Amended Basic Law. Basic Law of Palestine. Retrieved 9 December 2012. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "BasicLawPal-T1A3" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ a b "Jerusalem Non-Paper" (PDF). PLO-NAD. June 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 6 February 2012. Diakses tanggal 25 July 2018. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "PLO-NAD-2010" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ "Statements and Speeches". nad-plo.org. hlm. 2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 April 2016. Diakses tanggal 25 November 2014.
This paper is for discussion purposes only. Nothing is agreed until everything is agreed. Palestinian vision for Jerusalem...Pursuant to our vision, East Jerusalem, as defined by its pre-1967 occupation municipal borders, shall be the capital of Palestine, and West Jerusalem shall be the capital of Israel, with each state enjoying full sovereignty over its respective part of the city.
- ^ a b "East Jerusalem today – Palestine's Capital: The 1967 border in Jerusalem and Israel's illegal policies on the ground" (PDF). PLO-Negotiations Affairs Department (NAD). August 2013. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 4 March 2016. Diakses tanggal 25 November 2014. Kesalahan pengutipan: Tanda
<ref>
tidak sah; nama "PLO-NAD-2013" didefinisikan berulang dengan isi berbeda - ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2014-08-21. Diakses tanggal 2016-02-10.
- ^ (Indonesia) Arti kata Alkudsi dalam situs web Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
- ^ "Do We Divide the Holiest Holy City?". Moment Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 June 2008. Diakses tanggal 5 March 2008. According to Eric H. Cline's tally in Jerusalem Besieged.
- ^ a b "Timeline for the History of Jerusalem". Jewish Virtual Library. American-Israeli Cooperative Enterprise. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-11. Diakses tanggal 16 April 2007.
- ^ Ben-Arieh, Yehoshua (1984). Jerusalem in the 19th Century, The Old City. Yad Izhak Ben Zvi & St. Martin's Press. hlm. 14. ISBN 0-312-44187-8.
- ^ "Old City of Jerusalem and its Walls". UNESCO World Heritage Convention. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-04. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Sejak abad ke-10 SM:[v]
- "Israel pertama kali ditempa menjadi suatu bangsa yang bersatu dari Yerusalem sekitar 3.000 tahun yang lalu, ketika Raja Daud merebut mahkota itu dan mempersatukan kedua belas suku dari kota ini... Selama seribu tahun Yerusalem merupakan pusat kedaulatan bangsa Yahudi, situs rumah tangga para raja, lokasi istana dan dewan legislatifnya. Di pengasingan, bangsa Yahudi menjadi diidentifikasikan dengan kota ini yang mana pernah menjadi situs ibu kota kunonya. Orang Yahudi, di mana pun mereka berada, berdoa untuk pemulihannya." Roger Friedland, Richard D. Hecht. To Rule Jerusalem, University of California Press, 2000, p. 8. ISBN 0-520-22092-7
- "Posisi sentral Yerusalem bagi Yudaisme begitu kuat sehingga bahkan orang Yahudi sekuler mengungkapkan devosi dan keterikatan mereka pada kota ini, serta tidak dapat membayangkan suatu Negara Israel modern tanpanya... Bagi orang Yahudi, Yerusalem adalah suci hanya karena kota ini ada... Kendati karakter suci Yerusalem kembali pada tiga milenium...". Leslie J. Hoppe. The Holy City: Jerusalem in the theology of the Old Testament, Liturgical Press, 2000, p. 6. ISBN 0-8146-5081-3
- "Sejak Raja Daud menjadikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel 3.000 tahun yang lalu, kota ini telah memainkan peran sentral dalam keberadaan bangsa Yahudi." Mitchell Geoffrey Bard, The Complete Idiot's Guide to the Middle East Conflict, Alpha Books, 2002, p. 330. ISBN 0-02-864410-7
- "Yerusalem menjadi pusat orang-orang Yahudi sekitar 3.000 tahun yang lalu" Moshe Maoz, Sari Nusseibeh, Jerusalem: Points of Friction – And Beyond, Brill Academic Publishers, 2000, p. 1. ISBN 90-411-8843-6
- "Orang-orang Yahudi terikat erat pada kota Yerusalem. Tidak ada kota lain yang telah memainkan suatu peran dominan dalam sejarah, politik, budaya, agama, kehidupan berbangsa dan kesadaran dari suatu bangsa sebagaimana dimiliki Yerusalem dalam kehidupan Yahudi dan Yudaisme. Sejak Raja Daud mendirikan kota ini sebagai ibu kota negara Yahudi ca 1000 SM, kota ini telah berperan sebagai simbol dan ekspresi terdalam identitas orang Yahudi sebagai sebuah bangsa." Basic Facts you should know: Jerusalem Diarsipkan 2013-01-04 di Wayback Machine., Anti-Defamation League, 2007. Retrieved 28 March 2007.
- ^ Reinoud Oosting, The Role of Zion/Jerusalem in Isaiah 40–55: A Corpus-Linguistic Approach, hlm. 117, pada Google Books BRILL 2012 p. 117-118. Yesaya 48:2;51:1; Nehemia 11:1,18; lih. Yoel 4:17: Daniel 5:24. Bagian Yesaya di mana mereka disebutkan termasuk dalam Deutero-Yesaya.
- ^ Shalom M. Paul, Isaiah 40–66, hlm. 306, pada Google Books Wm. B. Eerdmans Publishing, 2012 p.306. 'Kesucian' (qodesh) berasal dari bait di tengah-tengahnya, akar kata q-d-š mengacu pada suatu tempat kudus. Konsep ini dibuktikan dalam sastra Mesopotamia, dan julukan tersebut dapat berfungsi untuk membedakan Babilon/Babel, kota pembuangan, dari kota keberadaan Bait itu, tempat di mana mereka diperintahkan untuk kembali.
- ^ Golb, Norman (1997). "Karen Armstrong's Jerusalem—One City, Three Faiths". The Bible and Interpretation. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-11. Diakses tanggal 10 July 2013.
Teks-teks kuno yang tersedia menunjukkan bahwa konsep tersebut dibuat oleh seorang tokoh atau lebih di kalangan pemimpin spiritual Yahudi, dan hal ini terjadi selambatnya abad ke-6 SM.
- ^ Isaiah 52:1 πόλις ἡ ἁγία.
- ^ Joseph T. Lienhard,The Bible, the Church, and Authority: The Canon of the Christian Bible in History and Theology, Liturgical Press, 1995 pp.65–66:'Septuaginta merupakan suatu terjemahan Yahudi dan juga digunakan dalam sinagoge. Tetapi pada akhir abad ke-1 M banyak orang Yahudi berhenti menggunakan Septuaginta karena umat Kristen awal telah mengadopsinya sebagai terjemahan mereka sendiri, dan karya tersebut mulai dianggap sebagai suatu terjemahan Kristen.'
- ^ Kota tersuci ketiga dalam Islam:
- Esposito, John L. (2 November 2002). What Everyone Needs to Know about Islam. Oxford University Press. hlm. 157. ISBN 0-19-515713-3.
Perjalanan Malam tersebut menjadikan Yerusalem kota tersuci ketiga dalam Islam
- Brown, Leon Carl (15 September 2000). "Setting the Stage: Islam and Muslims". Religion and State: The Muslim Approach to Politics. Columbia University Press. hlm. 11. ISBN 0-231-12038-9.
Kota paling suci ketiga dalam Islam—Yerusalem—juga sangat banyak berada di pusat...
- Hoppe, Leslie J. (August 2000). The Holy City: Jerusalem in the Theology of the Old Testament. Michael Glazier Books. hlm. 14. ISBN 0-8146-5081-3.
Yerusalem selalu mendapatkan suatu tempat yang istimewa dalam Islam. Yerusalem sering disebut sebagai kota paling suci ketiga dalam Islam...
- Esposito, John L. (2 November 2002). What Everyone Needs to Know about Islam. Oxford University Press. hlm. 157. ISBN 0-19-515713-3.
- ^ Middle East peace plans by Willard A. Beling: "Masjid Al-Aqsa di Kompleks al-Haram adalah tempat tersuci ketiga dalam Islam Sunni setelah Mekkah dan Madinah".
- ^ Lewis, Bernard; Holt, P. M.; Lambton, Ann, ed. (1986). Cambridge History of Islam. Cambridge University Press.
- ^ Qur'an 17:1-3
- ^ Buchanan, Allen (2004). States, Nations, and Borders: The Ethics of Making Boundaries. Cambridge University Press. ISBN 0-521-52575-6. Diakses tanggal 9 June 2008.
- ^ Kollek, Teddy (1977). "Afterword". Dalam John Phillips. A Will to Survive – Israel: the Faces of the Terror 1948-the Faces of Hope Today. Dial Press/James Wade.
about 225 ekar (0,91 km2)
- ^ "Israel plans 1,300 East Jerusalem Jewish settler homes". BBC News. 9 November 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-20. Diakses tanggal 2016-02-10.
Masyarakat internasional menganggap Yerusalem Timur sebagai teritori Palestina yang diduduki, tetapi Israel mengatakan bahwa daerah itu adalah bagian dari teritorinya.
- ^ "The status of Jerusalem" (PDF). The Question of Palestine & the United Nations. United Nations Department of Public Information. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2016-02-10.
Yerusalem Timur telah dipandang, oleh Majelis Umum maupun Dewan Keamanan, sebagai bagian dari teritori Palestina yang diduduki.
- ^ "Israeli authorities back 600 new East Jerusalem homes". BBC News. 2010-02-26. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-12. Diakses tanggal 2013-09-18.
- ^ Resolution 298 September 25, 1971: Diarsipkan 2013-08-19 di Wayback Machine. "Mengingat kembali resolusi-resolusinya... mengenai berbagai langkah dan tindakan Israel yang dirancang untuk mengubah status bagian Yerusalem yang diduduki Israel,..."
- ^ Bisharat, George (23 December 2010). "Maximizing Rights". Dalam Susan M. Akram; Michael Dumper; Michael Lynk. International Law and the Israeli-Palestinian Conflict: A Rights-Based Approach to Middle East Peace. Routledge. hlm. 311. ISBN 978-1-136-85098-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 2016-02-10.
Sebagaimana kita ketahui sebelumnya bahwa status Yerusalem secara hukum internasional dipermasalahkan dan ditetapkannya kota ini oleh Israel sebagai ibu kotanya belum diakui oleh masyarakat internasional. Bagaimanapun klaimnya akan hak kedaulatan atas kota ini lebih kuat sehubungan dengan Yerusalem Barat dibandingkan dalam kaitannya dengan Yerusalem Timur.
- ^ Moshe Hirsch; Deborah Housen-Couriel; Ruth Lapidot (28 June 1995). Whither Jerusalem?: Proposals and Positions Concerning the Future of Jerusalem. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 15. ISBN 90-411-0077-6.
Lalu apa status Israel di Yerusalem barat? Dua jawaban utama telah dikemukakan: (a) Israel memiliki kedaulatan di daerah ini; dan (b) kedaulatan berada di tangan rakyat Palestina atau ditangguhkan.
- ^ "Selected Data on the Occasion of Jerusalem Day" (PDF). Israel Central Bureau of Statistics. 16 May 2012. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2014-01-04. Diakses tanggal 3 January 2014.
- ^ David Noel Freedman; Allen C. Myers; Astrid B. Beck (2000). Eerdmans dictionary of the Bible. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 694–695. ISBN 978-0-8028-2400-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 19 August 2010. Nadav Na'aman, Canaan in the 2nd Millennium B.C.E., Eisenbrauns, 2005 pp.177ff. offers a dissenting opinion, arguing for the transcription Rôsh-ramen, etymologized to r'š (head) and rmm (be exalted), to mean 'the exalted Head', and not referring to Jerusalem.
- ^ G. Johannes Botterweck, Helmer Ringgren (eds.) Theological Dictionary of the Old Testament, (tr. David E. Green) William B. Eerdmann, Grand Rapids Michigan, Cambridge, UK 1990, Vol. VI, p. 348
- ^ "The El Amarna Letters from Canaan". Tau.ac.il. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-14. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Meir Ben-Dov, Historical Atlas of Jerusalem, Continuum International Publishing Group, 2002, p. 23.
- ^ a b Binz, Stephen J. (2005). Jerusalem, the Holy City. Connecticut, USA.: Twenty-Third Publications. hlm. 2. ISBN 9781585953653. Diakses tanggal 17 December 2011.
- ^ G. Johannes Bottereck, Helmer Ringgren, Heinz-Josef Fabry, (eds.) Theological Dictionary of the Old Testament, tr. David E. Green, vol. XV, pp. 48–49 William B. Eeerdmanns Co. Grand Rapids, Michigan/Cambridge UK 2006, pp. 45–6
- ^ Louis Ginzberg (October 1998). "The Legends of the Jews Volume 1". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-03. Diakses tanggal 2016-02-10.
- ^ Kuncahyono, Trias (2008). Jerusalem kesucian, konflik, dan pengadilan akhir. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. ISBN 978-979-709-361-7. OCLC 953655767. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 2020-04-06.
- ^ Writing, Literacy, and Textual Transmission: The Production of Literary by Jessica N. Whisenant p. 323
- ^ King Manasseh and Child Sacrifice: Biblical Distortions of Historical Realities by Francesca Stavrakopoulou p. 98
- ^ Oral World and Written Word: Ancient Israelite Literature by Susan Niditch p. 48
- ^ The Mountain of the Lord by Benyamin Mazar p. 60
- ^ Blessing and Curse in Syro-Palestinian Inscriptions by T. G Crawford p. 137
- ^ Discovering the World of the Bible by LaMar C. Berrett p. 178
- ^ Elon, Amos. Jerusalem. HarperCollins Publishers Ltd. ISBN 0-00-637531-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-19. Diakses tanggal 26 April 2007.
Epitet ini mungkin saja merupakan nama kuno Yerusalem—Salem (menurut nama dewa pagan di kota itu), yang scara etimologis berhubungan dengan kata bahasa-bahasa Semit yang berarti damai (shalom dalam bahasa Ibrani, salam dalam bahasa Arab).
- ^ Ringgren, H., Die Religionen des Alten Orients (Göttingen, 1979), 212.
- ^ Hastings, James (2004). A Dictionary of the Bible: Volume II: (Part II: I – Kinsman), Volume 2. Honolulu, Hawaii: Reprinted from 1898 edition by University Press of the Pacific. hlm. 584. ISBN 1-4102-1725-6. Diakses tanggal 17 December 2011.
- ^ a b Bosworth, Clifford Edmund (2007). Historic cities of the Islamic world. The Netherlands: Koninklijke Brill NV. hlm. 225–226. ISBN 90-04-15388-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 17 December 2011.
- ^ a b Denise DeGarmo (9 September 2011). "Abode of Peace?". Wandering Thoughts. Center for Conflict Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-20. Diakses tanggal 17 December 2011.
- ^ Marten H. Wouldstra, The Book of Joshua, William B. Eerdmanns Co. Grand Rapids, Michigan (1981) 1995, p. 169 n.2
- ^ Bosworth, Francis Edward (1968). Millennium: a Latin reader, A. Oxford, United Kingdom: Oxford University Press. hlm. 183. ASIN B0000CO4LE. Diakses tanggal 17 December 2011.
- ^ Wallace, Edwin Sherman (August 1977). Jerusalem the Holy. New York: Arno Press. hlm. 16. ISBN 0-405-10298-4.
Suatu pandangan serupa dipertahankan oleh mereka yang memberikan bentuk rangkap Ibrani ini untuk kata tersebut
- ^ Smith, George Adam (1907). Jerusalem: The Topography, Economics and History from the Earliest Times to A.D. 70. Hodder and Stoughton. hlm. 251. ISBN 0-7905-2935-1.
Akhiran -aim atau -ayim dulunya digunakan sebagai akhiran umum dari bentuk dualis kata-kata benda, dan dijelaskan sebagai penanda bagian atas dan bawah kota
(lihat di [1], hlm. 251, pada Google Books) - ^ "Bible, King James Version". umich.edu. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-11. Diakses tanggal 2016-02-10.
- ^ The Oxford encyclopedia of ancient Greece and Rome, Volume 1, hlm. 113, pada Google Books, p. 113
- ^ 2 Samuel 5:7,9. cited Israel Finkelstein, Amihay Mazar, Brian B. Schmidt, (eds) The Quest for the Historical Israel, Society of Biblical Literature, 2007 p.127.
- ^ Bar-Kochva, Bezalel (2002). Judas Maccabeus: The Jewish Struggle Against the Seleucids. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press. hlm. 447. ISBN 0-521-01683-5.
- ^ Mazar, Eilat (2002). The Complete Guide to the Temple Mount Excavations. Jerusalem: Shoham Academic Research and Publication. hlm. 1. ISBN 965-90299-1-8.
- ^ E.g., Jubilees 1:30, the Septuagint version of Jeremias 48:5 (as Συχὲμ) and possibly the Masoretic text of Genesis 33:18 (see KJV and the margin translation of the Revised Version).
- ^ E.g., the Vulgate and Pesyita versions. J.A. Emerton, “The site of Salem: the City of Melchizedek (Genesis xiv 18)," pp. 45-72 of Studies in the Pentateuch ed. by J.A. Emerton, vol. 41 of Supplements to Vetus Testamentum (Leiden: E.J. Brill, 1990) (“Emerton"), p. 45. See also John 3:23 where “Salim" or “Sylem" (Συχὲμ) is said to be near Ænon, thought to be in the valley of Mount Ebal, one of two mountains in the vicinity of Nablus.
- ^ Onklelos, Pseudo-Jonathan and Neofiti I. Emerton, p. 45.
- ^ Genesis 12:6-7 (where Abram built an altar), Genesis 33:18-20, Deuteronomy 11:29 & 28:11, Joshua 8:33, 1 Kings 12. Emerton, p. 63.
- ^ Paul Winter, “Note on Salem - Jerusalem," Novum Testamentum, vol. 2, pp. 151-52 (1957).
- ^ Raymond Hayward. "Melchizedek as Priest of the Jerusalem Temple in Talmud, Midrash, and Targum" (PDF). The Temple Studies Group. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2015-09-03. Diakses tanggal 24 January 2015.
- ^ "The Official Website of Jerusalem". Municipality of Jerusalem. 19 September 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-27. Diakses tanggal 2010-10-17.
- ^ Sonbol, Amira (1996). Women, the Family, and Divorce Laws in Islamic History. hlm. 133.
- ^ a b Azmi Bishara. "A brief note on Jerusalem". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-05. Diakses tanggal 22 September 2010.
- ^ "Tidak ada kota di dunia ini, bahkan tidak Athena ataupun Roma, yang pernah memainkan peran sedemikian besar dalam kehidupan suatu bangsa untuk waktu yang begitu lama seperti yang telah diperankan Yerusalem dalam kehidupan orang-orang Yahudi." David Ben-Gurion, 1947
- ^ “Selama tiga ribu tahun, Yerusalem telah menjadi pusat kerinduan dan harapan Yahudi. Tidak ada kota lain yang telah memainkan peran sedemikian dominan dalam sejarah, budaya, agama, dan kesadaran suatu bangsa sebagaimana dimiliki Yerusalem dalam kehidupan Yahudi dan Yudaisme. Sepanjang abad-abad pembuangan, Yerusalem tetap hidup dalam hati orang-orang Yahudi di mana-mana sebagai titik fokus sejarah Yahudi, simbol kejayaan kuno, pemenuhan spiritual, dan pembaruan modern. Hati dan jiwa orang-orang Yahudi ini menimbulkan pemikiran bahwa jika Anda ingin satu kata sederhana untuk melambangkan semua sejarah Yahudi, kata itu hendaknya 'Yerusalem'." Teddy Kollek (DC: Washington Institute For Near East Policy, 1990), pp. 19–20.
- ^ Ali Hussein Qleibo, 'Canaanites, Christians, and the Palestinian Agricultural Calendar,' Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine. Kyoto Bulletin of Islamic Area Studies, Vol.3 No.1 July 2009 pp.9-20, pp.15-16:"Orang Kanaan Kuno pernah menempa hubungan spiritual terlebih dulu dengan Palestina. Persepsi awal mereka tentang geografi Palestina: beragam batuan, gua, mata air, dan pepohonan telah mengilhami tanah suci tersebut dengan mitosnya. Interaksi, intuisi, dan persepsi mereka dengan lingkungan alam, menyusun dan mengkondisikan warisan spiritual, keagamaan, dan sistem sosio-ekonomi yang unik sehingga aneka ragam etnis Semit dan non-Semit yang kemudian menjadi pemukim itu melakukan adaptasi diri. Proses dinamis adaptasi ekologi menuju suatu lingkungan yang selalu berubah, keragaman budaya yang darinya negara-kota Kanaanit yang baru lahir itu tersusun, dan pengaruh dari berbagai bangsa dengan siapa bangsa Palestina bersentuhan, tidak pernah berhenti. Ekosistem yang ringkih dengan ketergantungan pada hujan, yang mana rentan terhadap dramatisnya perubahan iklim, telah secara dinamis mendorong suatu proses adaptasi yang terus berubah. Masyarakat ini tak terhitung banyaknya dan termasuk orang Amori, Yebus, Kanaan, Ibrani, Edom, Aram, dan Arab. Orang-orang non-Semit kuno terdiri dari beragam orang Yunani dari Kreta, Ionia, Laut Hitam, Anatolia, dan Lydia, lalu diikuti orang Yunani Helenik, legiun Romawi, Persia, Bizantin, Tentara Salib, Kurdi, Turki. Dalam sejarah modern, orang Mesir, Britania, Yordania, dan Israel memainkan peran yang terus meningkat dalam melakukan reorganisasi sistem ekologi, memperluas sumber daya kami dalam arah yang baru, dan membentuk kembali identitas modern Palestina. Sebagai pewaris semua budaya dan bangsa ini, orang-orang Palestina tidak dapat mengklaim kemurnian genetik ras ataupun homogenitas budaya ontologis."
- ^ "(Dengan merujuk pada orang Palestina dalam zaman Ottoman) Meskipun bangga akan garis keturunan dan warisan Arab mereka, orang Palestina menganggap diri mereka tidak hanya sebagai keturunan kaum Arab penakluk dari abad ke-7 tetapi juga dari penduduk asli yang pernah tinggal di negara tersebut sejak zaman dahulu kala, termasuk orang Ibrani kuno dan orang Kanaan sebelum mereka. Karena sadar akan kekhasan sejarah Palestina, orang Palestina memandang diri mereka sebagai pewaris dari ragam asosiasi yang kaya itu." Walid Khalidi, 1984, Before Their Diaspora: A Photographic History of the Palestinians, 1876–1948. Institute for Palestine Studies
- ^ Eric H. Cline. "How Jews and Arabs Use (and Misuse) the History of Jerusalem to Score Points". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-17. Diakses tanggal 22 September 2010.
- ^ Eli E. Hertz. "One Nation's Capital Throughout History" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2011-01-29. Diakses tanggal 22 September 2010.
- ^ a b c Freedman, David Noel (1 January 2000). Eerdmans Dictionary of the Bible. Wm B. Eerdmans Publishing. hlm. 694–95. ISBN 0-8028-2400-5.
- ^ Killebrew Ann E. "Biblical Jerusalem: An Archaeologiref name="mfa-40th">"TABLE 3. – POPULATION(1) OF LOCALITIES NUMBERING ABOVE 2,000 RESIDENTS AND OTHER RURAL POPULATION ON 31/12/2008" (PDF). Israel Central Bureau of Statistics. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2008-04-09. Diakses tanggal 26 October 2009.cal Assessment" in Andrew G. Vaughn and Ann E. Killebrew, eds., "Jerusalem in Bible and Archaeology: The First Temple Period" (SBL Symposium Series 18; Atlanta: Society of Biblical Literature, 2003)
- ^ Nadav Na'aman, op.cit pp.178–179.
- ^ Vaughn, Andrew G.[pranala nonaktif] (1 August 2003). "Jerusalem at the Time of the United Monarchy". Jerusalem in Bible and Archaeology: the First Temple Period. Atlanta: Society of Biblical Literature. hlm. 32–33. ISBN 1-58983-066-0.
- ^ Shalem, Yisrael (3 March 1997). "History of Jerusalem from its Beginning to David". Jerusalem: Life Throughout the Ages in a Holy City. Bar-Ilan University Ingeborg Rennert Center for Jerusalem Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-01-17. Diakses tanggal 18 January 2007.
- ^ Nadav Naʼaman, Canaan in the 2nd Millennium B.C.E., p.180.
- ^ Jerome Murphy-O'Connor, Keys to Jerusalem: Collected Essays, Oxford University Press, 2012 p.4.
- ^ Jane M. Cahill, ‘Jerusalem at the time of the United Monarchy’, in Andrew G. Vaughn, Ann E. Killebrew (eds.)Jerusalem in Bible and Archaeology: The First Temple Period, Society of Biblical Literature, 2003p.33.
- ^ Israel Finkelstein, Neil Asher Silberman,The Bible Unearthed: Archaeology's New Vision of Ancient Israel and the Origin of Sacred Texts, Simon and Schuster 2002 p.239.
- ^ a b Jerome Murphy-O'Connor, Keys to Jerusalem: Collected Essays, Oxford University Press, 2012 pp.5–6.
- ^ K. L. Noll, Canaan and Israel in Antiquity: An Introduction, Continuum Publishing, 2002 p.78.
- ^ Yosua 18:28
- ^ Nadav Naʼaman, Canaan in the 2nd Millennium B.C.E., p.189: 'Kitab Yosua tidak dapat dipandang sebagai sumber tepercaya untuk merekonstruksi jaringan kota orang Kanaan. Baik penyebutan raja-raja di Yerikho, Ai, Betel, Hebron dan Debir, ataupun penyajian Yerusalem sebagai pimpinan suatu koalisi Kanaan tidak dapat digunakan sebagai bukti untuk merekonstruksi kenyataan pada akhir Zaman Perunggu. Orang tidak seharusnya memilih bukti secara acak dari sumber Alkitab untuk mendukung suatu teori. Kesimpulan harus dibuat hanya berdasarkan bukti arkeologis dan sumber-sumber awal.;
- ^ Nadav Naʼaman Canaan in the 2nd Millennium B.C.E., p.183.
- ^ Israel Finkelstein, Neil Asher Silberman,The Bible Unearthed, p.238.
- ^ Erlanger, Steven (5 August 2005). "King David's Palace Is Found, Archaeologist Says". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-11-13. Diakses tanggal 24 May 2007.
- ^ Israel Finkelstein, Amihay Mazar, Brian B. Schmidt, (eds.) The Quest for the Historical Israel, Society of Biblical Literature, 2007 pp.104,113, 125–8,165,174.
- ^ 1 Samuel 31:1–13:2 Samuel 5:4–5; Finkelstein, Silberman, op.cit.p.20.
- ^ a b Michael, E.; Sharon O. Rusten; Philip Comfort; Walter A. Elwell (28 February 2005). The Complete Book of When and Where: In The Bible And Throughout History. Tyndale House Publishers, Inc. hlm. 20–1, 67. ISBN 0-8423-5508-1.
- ^ Merling, David (26 August 1993). "Where is the Ark of the Covenant?". Andrew's University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-09. Diakses tanggal 22 January 2007.
- ^ Richard A. Freund,Digging Through the Bible: Modern Archaeology and the Ancient Bible, hlm. 9, pada Google Books, Rowman & Littlefield, 2009p.9.
- ^ Zank, Michael. "Capital of Judah (930–586)". Boston University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-15. Diakses tanggal 22 January 2007.
- ^ Robb Andrew Young, Hezekiah in History and Tradition,P:49
- ^ "The Broad Wall – Jerusalem Attractions, Israel". GoJerusalem.com. 3 December 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-10. Diakses tanggal 7 December 2012.
- ^ "Department of Archaeology – Silwan, Jerusalem: The Survey of the Iron Age Necropolis". Tau.ac.il. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-29. Diakses tanggal 7 December 2012.
- ^ "The Israelite Tower". The Jewish Quarter. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-12. Diakses tanggal 7 December 2012.
- ^ "First Temple period public water reservoir uncovered in Jerusalem-6 September 2012". Mfa.gov.il. 6 September 2012. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-02. Diakses tanggal 7 December 2012.
- ^ Zank, Michael. "Capital of Judah I (930–722)". Boston University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-05-28. Diakses tanggal 22 January 2007.
- ^ "Ezra 1:1–4; 6:1–5". Biblegateway.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Sicker, Martin (30 January 2001). Between Rome and Jerusalem: 300 Years of Roman-Judaean Relations. Praeger Publishers. hlm. 2. ISBN 0-275-97140-6.
- ^ Zank, Michael. "Center of the Persian Satrapy of Judah (539–323)". Boston University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-04-14. Diakses tanggal 22 January 2007.
- ^ Julian Morgenstern. "A Chapter in the History of the High-Priesthood (Concluded)". The American Journal of Semitic Languages and Literatures. The University of Chicago Press. 55 (October 1938) (4): 360–377. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-18. Diakses tanggal 22 September 2015.
...terdapat banyak sekali bukti yang tersebar di seluruh literatur Alkitab bahwa sesaat setelah naiknya Ahasyweros ke singgasana Persia pada tahun 485 SM Yerusalem dikepung dan direbut oleh koalisi negara-negara tetangga seterunya, yaitu Edom, Moab, Amon, Tirus, dan Filistia. Temboknya diruntuhkan, bangunannya diratakan dengan tahah, Bait itu sendiri dibakar dan dihancurkan, setidaknya sebagian, serta banyak sekali orang berhamburan...
- ^ "Nehemiah 1:3; 2:1–8". Biblegateway.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ a b "Jerusalem – Burial Sites and Tombs of the Second Temple Period". Jewishvirtuallibrary.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-24. Diakses tanggal 12 March 2013.
- ^ "Archaeological Sites in Israel-Jerusalem- Burial Sites and Tombs of the Second Temple Period". GxMSDev. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-31. Diakses tanggal 2016-02-12.
- ^ Golden Jerusalem By Menashe Har-El. Diakses tanggal 18 September 2013.
- ^ Hannah M. Cotton, Leah Di Segni, Werner Eck, Benjamin Isaac, Alla Kushnir-Stein, Haggai Misgav, Jonathan Price, Israel Roll, Ada Yardeni, ed. (23 December 2010). Jerusalem, Part 1: 1–704. Walter de Gruyter. hlm. 79. Diakses tanggal 18 September 2013.
- ^ Schiffman, Lawrence H. (1991). From Text to Tradition: A History of Second Temple and Rabbinic Judaism. Ktav Publishing House. hlm. 60–79. ISBN 0-88125-371-5.
- ^ Har-el, Menashe (1977). This Is Jerusalem. Canaan Publishing House. hlm. 68–95. ISBN 0-86628-002-2.
- ^ Zank, Michael. "The Temple Mount". Boston University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-10-21. Diakses tanggal 22 January 2007.
- ^ Crossan, John Dominic (26 February 1993). The Historical Jesus: the life of a Mediterranean Jewish peasant (edisi ke-Reprinted). San Francisco: HarperCollins. hlm. 92. ISBN 0-06-061629-6.
dari tahun 4 SM sampai 6 M, ketika Roma, setelah mengasingkan [Herodes Arkhelaus] ke Galia, memegang kendali prefektural secara langsung atas wilayah-wilayahnya
- ^ Josephus, Jewish War, 7:1:1
- ^ Elizabeth Speller, Following Hadrian: A Second-Century Journey Through the Roman Empire, hlm. 218, pada Google Books, Oxford University Press, 2004, p. 218
- ^ Lehmann, Clayton Miles. "Palestine: People and Places". The On-line Encyclopedia of the Roman Provinces. The University of South Dakota. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-10. Diakses tanggal 18 April 2007.
- ^ Peter Schäfer (2003). The Bar Kokhba war reconsidered: new perspectives on the second Jewish revolt against Rome. Mohr Siebeck. hlm. 36–. ISBN 978-3-16-148076-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 4 December 2011.
- ^ a b Lehmann, Clayton Miles (22 February 2007). "Palestine: History". The On-line Encyclopedia of the Roman Provinces. The University of South Dakota. Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 March 2008. Diakses tanggal 18 April 2007.
- ^ Cohen, Shaye J. D. (1996). "Judaism to Mishnah: 135–220 C.E". Dalam Hershel Shanks. Christianity and Rabbinic Judaism: A Parallel History of their Origins and Early Development. Washington DC: Biblical Archaeology Society. hlm. 196.
- ^ Emily Jane Hunt, Christianity in the second century: the case of Tatian, hlm. 7, pada Google Books, Psychology Press, 2003, p. 7
- ^ E. Mary Smallwood The Jews under Roman rule: from Pompey to Diocletian : a study in political relations, hlm. 460, pada Google Books BRILL, 1981, p. 460.
- ^ Zank, Michael. "Byzantian Jerusalem". Boston University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-01-04. Diakses tanggal 1 February 2007.
- ^ Gideon Avni, The Byzantine-Islamic Transition in Palestine: An Archaeological Approach, hlm. 144, pada Google Books, Oxford University Press 2014 p.144.
- ^ Conybeare, Frederick C. (1910). The Capture of Jerusalem by the Persians in 614 AD. English Historical Review 25. hlm. 502–517.
- ^ Hidden Treasures in Jerusalem Diarsipkan 2017-01-06 di Wayback Machine., the Jerusalem Tourism Authority
- ^ Jerusalem blessed, Jerusalem cursed: Jews, Christians, and Muslims in the Holy City from David's time to our own. By Thomas A. Idinopulos, I.R. Dee, 1991, p. 152
- ^ Horowitz, Elliot. "Modern Historians and the Persian Conquest of Jerusalem in 614". Jewish Social Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-26. Diakses tanggal 20 January 2011.
- ^ Rodney Aist,The Christian Topography of Early Islamic Jerusalem,Brepols Publishers, 2009 p.56:'Persian control of Jerusalem lasted from 614 to 629'.
- ^ Har-el, Menashe (1977). This Is Jerusalem. Canaan Publishing House. hlm. 68–95. ISBN 0-86628-002-2.
- ^ Dan Bahat (1996). The Illustrated Atlas of Jerusalem. hlm. 71.
- ^ Ben-Dov, M. Historical Atlas of Jerusalem. Translated by David Louvish. New York: Continuum, 2002, p. 171
- ^ Linquist, J.M., The Temple of Jerusalem, Praeger, London, 2008, p. 184
- ^ Grabar, Oleg. The Shape of the Holy: Early Islamic Jerusalem. With Contributions by Mohammad al-Asad, Abeer Audeh, Said Nuseibeh. Princeton: Princeton University Press, 1996, p. 112
- ^ In the Lands of the Prophet, Time-Life, p. 29
- ^ William Montgomery Watt (7 February 1974). Muhammad: prophet and statesman. Oxford University Press. hlm. 112–113. ISBN 978-0-19-881078-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 29 December 2011.
- ^ Jerusalem: Illustrated History Atlas Martin Gilbert, Macmillan Publishing, New York, 1978, p. 7
- ^ Gil, Moshe (February 1997). A History of Palestine, 634–1099. Cambridge University Press. hlm. 70–71. ISBN 0-521-59984-9.
- ^ Runciman, Steven (1951). A History of the Crusades:The First Crusade and the Foundation of the Kingdom of Jerusalem. Penguin Books. Vol.1, pp. 3–4. ISBN 0-521-34770-X.
- ^ Steven Runciman, A History of the Crusades, (3 vols.1951–1954, Cambridge University Press), Penguin Books, 1965 vol. 1, pp. 3–4, citing Eutychius, Michael the Syrian and Elias of Nisibin. The many sources conserving the story are summarized in Hugues Vincent, F. M. Abel, Jérusalem Nouvelle Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine., 1914 tome 2, pp. 930–932,
- ^ a b Shalem, Yisrael. "The Early Arab Period – 638–1099". Ingeborg Rennert Center for Jerusalem Studies, Bar-Ilan University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-16. Diakses tanggal 20 July 2008.
- ^ Rivka Gonen, Contested holiness: Jewish, Muslim, and Christian perspectives on the Temple Mount in Jerusalem, Ktav Publishing House, 2003, p. 85.
- ^ Hoppe, Leslie J. (August 2000). The Holy City: Jerusalem in the Theology of the Old Testament. Michael Glazier Books. hlm. 15. ISBN 0-8146-5081-3.
- ^ Zank, Michael. "Abbasid Period and Fatimid Rule (750–1099)". Boston University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-09-10. Diakses tanggal 1 February 2007.
- ^ [https://web.archive.org/web/20181226061225/http://www.islamansiklopedisi.info/ Diarsipkan 2018-12-26 di Wayback Machine. Islam encyclopaedia (Turki) Vol 26 pp.323-327
- ^ David E. Sklare, 'Yūsuf al-Bașīr:Theological Aspects of his Halakhic Works,' in Daniel Frank (ed.) The Jews of Medieval Islam: Community, Society & Identity, E. J. Brill, 1995, pp. 249–270. p. 249. They were known as avelei șion (Mourners of Zion) or Shoshanim (Lilies(among the thorns))
- ^ Adrian J. Boas, Jerusalem in the Time of the Crusades, Routledge 2001, pp. 14,35.
- ^ Hull, Michael D. (June 1999). "First Crusade: Siege of Jerusalem". Military History. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-30. Diakses tanggal 18 May 2007.
- ^ a b "Main Events in the History of Jerusalem". Jerusalem: The Endless Crusade. The CenturyOne Foundation. 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-13. Diakses tanggal 2 February 2007.
- ^ Adrian J. Boas, Jerusalem in the Time of the Crusades, Routledge 2001, pp. 16,19
- ^ Abu-Lughod, Janet L.; Dumper, Michael (2007). Cities of the Middle East and North Africa: A Historical Encyclopedia. ABC-CLIO. hlm. 209. ISBN 978-1-57607-919-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 22 July 2009.
- ^ Larry H. Addington (1990). The Patterns of War Through the Eighteenth Century. Midland book. Indiana University Press. hlm. 59. ISBN 9780253205513. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 30 May 2014.
... dalam Perang Salib Keenam, Friedrich II ...menandatangani suatu perjanjian dengan kaum Saracen pada tahun 1229 yang menempatkan Yerusalem di bawah kendali kaum Kristen tetapi mengizinkan kebebasan akses yang serupa bagi kaum Muslim dan Kristen ke tempat-tempat suci keagamaan di kota ini. ... Setelah 15 tahun kepergian Friedrich dari Tanah Suci, kaum Turki Khwarisimian, pengganti Seljuk, mengamuk di seluruh Suriah dan Palestina, lalu merebut Yerusalem pada tahun 1244. (Yerusalem tidak lagi diperintah oleh kaum Kristen sampai dengan pendudukan oleh Britania pada bulan Desember 1917, selama Perang Dunia I).
- ^ Denys Pringle (2007). The Churches of the Crusader Kingdom of Jerusalem: Volume 3, The City of Jerusalem: A Corpus. The Churches of the Crusader Kingdom of Jerusalem. Cambridge University Press. hlm. 5. ISBN 9780521390385. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 30 May 2014.
Selama periode kendali kaum Kristen atas Yerusalem antara tahun 1229–1244 ...
- ^ Annabel Jane Wharton (2006). Selling Jerusalem: Relics, Replicas, Theme Parks. University of Chicago Press. hlm. 106. ISBN 9780226894225. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 30 May 2014.
(catatan kaki 19): Mungkin perlu dicatat bahwa sultan yang sama, al-Malik al-Kamil, kemudian terlibat dalam berbagai negosiasi dengan Kaisar Friedrich II yang dalam waktu singkat menegakkan kembali kendali kaum Latin di Yerusalem antara tahun 1229–1244.
- ^ Hossein Askari (2013). Conflicts in the Persian Gulf: Origins and Evolution. Palgrave Macmillan. hlm. 52. ISBN 9781137358387. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 30 May 2014.
Kemudian, selama tahun 1099 sampai 1187 M dan tahun 1229 sampai 1244 M, Tentara Salib Kristen menduduki Yerusalem ...
- ^ Moshe Ma'oz, ed. (2009). The Meeting of Civilizations: Muslim, Christian, and Jewish. Sussex Academic Press. hlm. 3. ISBN 9781845193959. Diakses tanggal 30 May 2014.
(Pengantar oleh Moshe Ma'oz) ... Ketika Tentara Salib Kristen menduduki Yerusalem (1099-1187, 1229-1244 M) ...
[pranala nonaktif permanen] - ^ Jerusalem: Illustrated History Atlas Martin Gilbert, Macmillan Publishing, New York, 1978, p. 25.
- ^ Hunt Janin, Four Paths to Jerusalem: Jewish, Christian, Muslim, and Secular Pilgrimages, 1000 BCE to 2001 CE, Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine. McFarland, 2002 p.120.
- ^ Grove Encyclopedia of Islamic Art & Architecture: Three-Volume Set. Oxford University Press. hlm. 348. ISBN 9780195309911. Diakses tanggal 30 May 2014.
Setelah tahun 1260 Yerusalem dimasukkan ke dalam daerah kekuasaan Sultan Mamluk dari Mesir dan Suriah.
- ^ Michael Avi-Yonah, A History of Israel and the Holy Land, Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine. A&C Black, 2003 p.279.
- ^ Amnon Cohen. "Economic Life in Ottoman Jerusalem"; Cambridge University Press, 1989
- ^ Salmon, Thomas (1744). Modern history or the present state of all nations. hlm. 461. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 28 January 2011.
- ^ a b The Jerusalem Mosaic Diarsipkan 2009-12-31 di Wayback Machine., Hebrew University, 2002
- ^ a b c Jerusalem: Illustrated History Atlas Martin Gilbert, Macmillan Publishing, New York, 1978, p. 37
- ^ Pemberontakan orang Arab Palestina tahun 1834
- Joel Beinin (2001) Workers and peasants in the modern Middle East Cambridge University Press, ISBN 0-521-62903-9, p. 33
- Beshara, Doumani. (1995). Rediscovering Palestine: Egyptian rule, 1831–1840 Diarsipkan 2020-03-24 di Wayback Machine. University of California Press.
- ^ Encyclopaedia Judaica, Jerusalem, Keter, 1978, Volume 9, "State of Israel (Historical Survey)", pp. 304–306
- ^ Jerusalem: Illustrated History Atlas Martin Gilbert, Macmillan Publishing, New York, 1978, p. 35
- ^ Eylon, Lili (April 1999). "Jerusalem: Architecture in the Late Ottoman Period". Focus on Israel. Israel Ministry of Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-29. Diakses tanggal 20 April 2007.
- ^ Ellen Clare Miller, Eastern Sketches – notes of scenery, schools and tent life in Syria and Palestine. Edinburgh: William Oliphant and Company. 1871. Page 126: 'Sulit untuk mendapatkan suatu perkiraan yang benar mengenai jumlah penduduk Yerusalem...'
- ^ Jankowski, James P. (1997). Rethinking Nationalism in the Arab Middle East. Columbia University Press. hlm. 174. ISBN 0231106955.
- ^ Jaffe, Eliezer David (1983). Israelis in Institutions: Studies in child placement, practice, and policy. Taylor & Francis. hlm. 3. ISBN 0-677-05960-4.
- ^ Crombie, Kelvin (2006). A Jewish Bishop in Jerusalem. Jerusalem: Nicolayson's Ltd.
- ^ Miller, Duane Alexander (June 2010). "Renegotiating the Boundaries of Evangelicalism in Jerusalem's Christian Quarter". Anglican and Episcopal History. 79 (2): 185–188. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-03. Diakses tanggal 17 December 2014.
- ^ Fromkin, David (1 September 2001). A Peace to End All Peace: The Fall of the Ottoman Empire and the Creation of the Modern Middle East (edisi ke-2nd reprinted). Owl Books e. hlm. 312–3. ISBN 0-8050-6884-8.
- ^ Shamir, Ronen (2013) Current Flow: The Electrification of Palestine. Stanford: Stanford University Press.
- ^ "Chart of the population of Jerusalem". Focusonjerusalem.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-05-11. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Tamari, Salim (1999). "Jerusalem 1948: The Phantom City". Jerusalem Quarterly File (3). Diarsipkan dari versi asli (Reprint) tanggal 9 September 2006. Diakses tanggal 2 February 2007.
- ^ Eisenstadt, David (26 August 2002). "The British Mandate". Jerusalem: Life Throughout the Ages in a Holy City. Bar-Ilan University Ingeborg Rennert Center for Jerusalem Studies. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-16. Diakses tanggal 10 February 2007.
- ^ "History". The Hebrew University of Jerusalem. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-02-05. Diakses tanggal 18 March 2007.
- ^ "Considerations Affecting Certain of the Provisions of the General Assembly Resolution on the "Future Government of Palestine": The City of Jerusalem". The United Nations. 22 January 1948. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2008. Diakses tanggal 3 February 2007.
- ^ "A/RES/181(II) of 29 November 1947". unispal.un.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-10-18. Diakses tanggal 2020-04-19.
- ^ a b Lapidoth, Ruth (30 June 1998). "Jerusalem: Legal and Political Background". Israel Ministry of Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 August 2007. Diakses tanggal 22 July 2008.
- ^ Benny Morris, 1948 (2008), pp. 218–219.
- ^ Mordechai Weingarten
- ^ Cattan, Henry (1981) Jerusalem. Croom Helm. ISBN 0-7099-0412-6. Page 51. Number of Arab districts under Jewish control.
- ^ Asali, K. J. (1989) Jerusalem in History. Scorpion Publishing. ISBN 0-905906-70-5. Page 259. Estimate of number of refugees. (Michael C. Hudson)
- ^ "No Man's Land". Jposttravel.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-11-24. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Klein, Menachem (2002). "Chapter 5: Rule and Role in Jerusalem". Dalam Breger, Marshall J.; Ahimeir, Ora. Jerusalem: A City and Its Future. Jerusalem Institute for Israel Studies, Syracuse University Press. hlm. 145. ISBN 0-8156-2912-5. Diakses tanggal 14 October 2012.
Pada tanggal 5 Desember 1948, Perdana Menteri Ben-Gurion mengklaim Yerusalem sebagai bagian dari Israel dan delapan hari kemudian Knesset Israel mendeklarasikannya sebagai ibu kota Israel.
- ^ "Legal Status in Palestine". Birzeit University Institute of Law. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-11-03. Diakses tanggal 22 July 2008.
- ^ Michael Dumper, The Politics of Jerusalem Since 1967,Columbia University Press, 1997:'‘Yerusalem Barat Israel dijadikan ibu kota Negara Israel’ '(p.21); 'pada tahun 1953 Wangsa Hashim memberikan status amana (perwalian) atas Yerusalem Timur dan menjadikannya “ibu kota kedua" Yordania.' (p. 33)
- ^ Announcement in the UK House of Commons of the recognition of the State of Israel and also of the annexation of the West Bank by the State of Jordan. Commons Debates (Hansard) 5th series, Vol 474, pp. 1137–1141. 27 April 1950. scan (PDF)
- ^ S. R. Silverburg, Pakistan and the West Bank: A research note, Middle Eastern Studies, 19:2 (1983) 261–263.
- ^ P. R. Kumaraswamy (March 2000). "Beyond the Veil: Israel-Pakistan Relations" (PDF). Tel Aviv, Israel: Jaffee Center for Strategic Studies, Tel Aviv University. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 28 June 2007. Diakses tanggal 22 July 2009.
- ^ Yitzhak Reiter (2008). Jerusalem and its role in Islamic solidarity. Palgrave Macmillan. hlm. 136. ISBN 978-0-230-60782-8. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal May 24, 2011.
Menurut sumber-sumber pemerintah Yordania, Yordania telah menghabiskan sekitar satu miliar dolar sejak tahun 1954 untuk pemeliharaan dan renovasi al-Aqsa.
- ^ Martin Gilbert, "Jerusalem: A Tale of One City" Diarsipkan 2006-05-12 di Wayback Machine., The New Republic, 14 November 1994
- ^ "Mount Of Olives Jewish Cemetery". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-02-12. Diakses tanggal 2016-02-15.
- ^ Oren, M, Six Days of War, ISBN 0-345-46192-4, p. 307
- ^ Mark A. Tessler. "A History of the Israeli-Palestinian Conflict - Mark A. Tessler". Diakses tanggal May 17, 2015.
- ^ Simone Ricca (2007). Reinventing Jerusalem: Israel's reconstruction of the Jewish Quarter after 1967. I.B.Tauris. hlm. 22. ISBN 978-1-84511-387-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 3 June 2011.
- ^ Alisa Rubin Peled, Debating Islam in the Jewish State: The Development of Policy Toward Islamic, Diarsipkan 2023-02-18 di Wayback Machine. SUNY Press, 2012 p.91
- ^ Al-Kuwayt, Jāmiʻat; Institute For Palestine Studies (Washington, D.C.); Al-Filasṭīnīyah, Muʼassasat al-Dirāsāt (1978). "Institute for Palestine Studies and Kuwait University". Journal for Palestine Studies. 7 (25–28): 194.
- ^ "Letter From The Permanent Representative Of Israel To The United Nations Addressed To The Secretary-General". United Nations. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-15. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Greg Noakes (September–October 1994). "Dispute Over Jerusalem Holy Places Disrupts Arab Camp". Washington Report on Middle East Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-06. Diakses tanggal 20 July 2008.
- ^ John M. Oesterreicher; Anne Sinai (1974). Jerusalem. John Day. hlm. 26. ISBN 978-0-381-98266-9. Diakses tanggal 3 June 2011.
- ^ Doson, Nandita and Sabbah, Abdul Wahad (editors) Stories from our Mothers (2010). ISBN 978-0-9556136-3-0. Pages 18/19.
- ^ Shepherd, Naomi (1988). "The View from the Citadel". Teddy Kollek, Mayor of Jerusalem. New York City: Harper & Row Publishers. hlm. 20. ISBN 0-06-039084-0.
- ^ "13 Law and Administration Ordinance -Amendment No". Mfa.gov.il. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-03-07. Diakses tanggal 2 June 2011.
- ^ Jerusalem Syndrome—The Palestinian–Israeli Battle for the Holy City, hlm. 53, pada Google Books, pp. 53-54. Mosheh ʻAmirav, Sussex University Press, 2009
- ^ Nathan Thrall, 'Rage in Jerusalem,' Diarsipkan 2015-09-06 di Wayback Machine. London Review of Books Vol. 36 No. 23 4 December 2014, pages 19-21.
- ^ Rashid Khalidi, "The Future of Arab Jerusalem" Diarsipkan 2015-12-09 di Wayback Machine. British Journal of Middle Eastern Studies, Vol. 19, No. 2 (1992), pp. 133–143
- ^ "Jerusalem's Holy Places and the Peace Process". The Washington Institute for Near East Policy. 1988. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-10-05. Diakses tanggal 20 July 2008.
- ^ Michael Dumper, The Politics of Sacred Space: The Old City of Jerusalem in the Middle East Conflict, Lynne Rienner Publishers, 2002 pp.42–3
- ^ "facts and trends 2012" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-05-05. Diakses tanggal 12 March 2013.
- ^ Sharon, Gilad: Sharon: The Life of a Leader (2011)
- ^ Bowen, Jeremy (15 July 2010). "House-by-house struggle for East Jerusalem". BBC. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-09. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Jerusalem – Legal and Political Background Diarsipkan 2018-07-25 di Wayback Machine. – Professor Ruth Lapidoth. Israeli Foreign Ministry website, 30 June 1998
- ^ The Status of Jerusalem Diarsipkan 2018-02-28 di Wayback Machine. – Israeli Foreign Ministry website, 14 March 1999
- ^ Abu Mazen's speechat the meeting of the PLO's Palestinian Central Council Diarsipkan 2014-09-08 di Wayback Machine., 9 September 2000
- ^ Tzippe Barrow (25 October 2010). "Bill to Grant Jerusalem Priority Status – Inside Israel – CBN News – Christian News 24–7". CBN.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-04. Diakses tanggal 28 February 2014.
- ^ "Jewish Inroads in Muslim Quarter: Settlers' Project to Alter Skyline of Jerusalem's Old City" Diarsipkan 2012-11-11 di Wayback Machine. The Washington Post Foreign Service, 11 February 2007; Page A01
- ^ Seid, Mike (25 October 2007). "Western Wall was never part of temple". The Jerusalem Post. Diakses tanggal 9 December 2012.
- ^ "Camp David: An Exchange". The New York Review of Books. 20 September 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-30. Diakses tanggal 7 December 2012.
- ^ a b Dalam Deklarasi Kemerdekaan Palestina pada tahun 1988 oleh Organisasi Pembebasan Palestina, Yerusalem dinyatakan sebagai ibu kota Negara Palestina. Pada tahun 1997, Dewan Legislatif Palestina mengesahkan Hukum Dasar Palestina (diratifikasi oleh Yasser Arafat ketuanya pada tahun 2002), menunjuk kota tersebut sebagaimana telah dinyatakan. Artikel 3: "Yerusalem adalah ibu kota Palestina."
Lih. 2003 Amended Basic Law Diarsipkan 2016-02-11 di Wayback Machine., retrieved 02-06-2013; Arafat Signs Law Making Jerusalem Palestinian Capital Diarsipkan 2014-09-30 di Wayback Machine., People's Daily, published 6 October 2002; Arafat names Jerusalem as capital Diarsipkan 2015-09-16 di Wayback Machine., BBC News, published 6 October 2002. - ^ Moshe Amirav (2009). Jerusalem Syndrome: The Palestinian-Israeli Battle for the Holy City. Sussex Academic Press. hlm. 28–29. ISBN 9781845193478. Diakses tanggal 3 June 2014.
- ^ Lazaroff, Tovah (28 May 2014). "Netanyahu: 'Jerusalem is the heart of the nation. We'll never divide our heart.'". The Jerusalem Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-14. Diakses tanggal 2016-02-16.
- ^ Poll: 72% of Jewish Israelis view J'lem as divided Diarsipkan 2015-10-16 di Wayback Machine., Jerusalem Post 05-06-2013
- ^ "Poll: Jerusalem Arabs prefer Israel". Ynetnews.com. 1995-06-20. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-06. Diakses tanggal 2012-12-07.
- ^ Ben-Gurion, David (5 December 1949). "Statements of the Prime Minister David Ben-Gurion Regarding Moving the Capital of Israel to Jerusalem". The Knesset. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 2 April 2007.
- ^ "Jerusalem and Berlin Embassy Relocation Act of 1998". The Library of Congress. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-03. Diakses tanggal 12 February 2007.
- ^ "Basic Law: Jerusalem, Capital of Israel". Israel Ministry of Foreign Affairs. 30 July 1980. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-28. Diakses tanggal 2 April 2007.
- ^ "Resolution 478 (1980)" (PDF). United Nations. 1980. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2009-02-05. Diakses tanggal 30 July 2008.
- ^ Mosheh ʻAmirav, Jerusalem Syndrome: The Palestinian-Israeli Battle for the Holy City, Sussex University Press, 2009 p.27:' Pada musim panas tahun 2006, kedua negara ini juga mengumumkan penerapan suatu kebijakan baru di mana mereka tidak lagi mengakui kedaulatan Israel di Yerusalem, dan memindahkan kedutaan mereka keluar dari kota tersebut.'.
- ^ "Embassies and Consulates in Israel". Israel Science and Technology Homepage. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-14. Diakses tanggal 3 May 2007.
- ^ "Jerusalem Embassy Act of 1995". U.S. Government Printing Office. 8 November 1995. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-06-17. Diakses tanggal 15 February 2007.
- ^ "Statement on FY 2003 Foreign Relations Authorization Act". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 23 May 2007.
- ^ Tapsfield, James (18 February 2010). "Israel must co-operate over fake passports, says David Miliband". The Independent. UK. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-20. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ "Dubai Hamas killing pledge by UK foreign secretary". BBC News. 18 February 2010. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-01. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ "EDITORIAL A bloody new year in Gaza". Japan Times. 4 January 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-16. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Times Online Style Guide – J Diarsipkan 2011-09-21 di Wayback Machine. "Yerusalem tidak dapat digunakan sebagai suatu metonimia atau varian untuk Israel. Yerusalem tidak diakui secara internasional sebagai ibu kota Israel, dan statusnya merupakan salah satu kontroversi sentral di Timur Tengah."
- ^ PLO-Negotiations Affairs Department (NAD), Jerusalem Diarsipkan 2016-04-18 di Wayback Machine.. Retrieved 20-05-2013
- ^ PLO-Negotiations Affairs Department (NAD), August 2013, East Jerusalem today – Palestine’s Capital: The 1967 border in Jerusalem and Israel’s illegal policies on the ground Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine., p. 5
- ^ Medvedev reaffirms Soviet recognition of Palestine (Ynet News, 18 January 2011) Diarsipkan 2013-07-26 di Wayback Machine. "Presiden Rusia mengatakan bahwa Moskow belum mengubah posisinya sejak tahun 1988 ketika negara itu 'mengakui negara Palestina yang merdeka dengan ibu kotanya di Yerusalem timur'"
- ^ China supports Palestinian UN bid (Xinhua, 8 September 2011) Diarsipkan 2013-05-16 di Wayback Machine. "Tiongkok mengakui Palestina sebagai sebuah negara dengan Yerusalem timur sebagai ibu kotanya serta memiliki kemerdekaan dan kedaulatan penuh, sesuai dengan batas-batas wilayah yang disepakati pada tahun 1967, menurut Jiang"
- ^ Resolution 58/292. Status of the Occupied Palestinian Territory, including East Jerusalem Diarsipkan 2012-08-06 di Wayback Machine. (doc.nr. A/RES/58/292 d.d. 17 May 2004)
- ^ Solomon, Shoshanna (1 November 2001). "Facets of the Israeli Economy – Transportation". Israel Ministry of Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-05-26. Diakses tanggal 14 March 2007.
- ^ Afra, Orit (8 February 2007). "Panacea or pain?". The Jerusalem Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-03. Diakses tanggal 17 March 2007.
- ^ "Life in Jerusalem – Transportation". Rothberg International Station – Hebrew University of Jerusalem. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-12. Diakses tanggal 14 March 2007.
- ^ "Jerusalem – Malha". Israel Railways. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 October 2007. Diakses tanggal 14 March 2007.
- ^ "Passenger Lines Map". Israel Railways. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 October 2007. Diakses tanggal 14 March 2007.
- ^ a b Burstein, Nathan (19 January 2006). "Running rings around us". The Jerusalem Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-03. Diakses tanggal 17 March 2007.
- ^ Gil Zohar. "Their way or the highway?". The Jerusalem Post. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-03. Diakses tanggal 11 June 2007.
- ^ Torstrick, Rebecca L. (30 June 2004). Culture and Customs of Israel. Greenwood Press. hlm. 141. ISBN 0-313-32091-8.
Dua olahraga tontonan yang paling populer di Israel adalah sepak bola dan basket.
- ^ Griver, Simon (October 1997). "Betar Jerusalem: A Local Sports Legend Exports Talent to Europe's Top Leagues". Israel Magazine via the Israel Ministry of Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 December 2007. Diakses tanggal 7 March 2007.
- ^ "בית"ר ירושלים האתר הרשמי – דף הבית". Bjerusalem.co.il. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-08-23. Diakses tanggal 11 September 2010.
- ^ Eldar, Yishai (1 December 2001). "Jerusalem: Architecture Since 1948". Israeli Ministry of Foreign Affairs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-07-03. Diakses tanggal 7 March 2007.
- ^ "Palestinian Football Association, Jabal Al-Mokaber". Pfa.ps. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-05-02. Diakses tanggal 17 October 2011.
- ^ Football and the wall: The divided soccer community of Jerusalem Diarsipkan 2013-07-22 di Wayback Machine., by James Montague, CNN 17 September 2010
- ^ "Home" (dalam bahasa Ibrani). Hapoel Migdal Jerusalem. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 January 2008. Diakses tanggal 7 March 2007. (The listing of championship wins are located at the bottom after the completion of the Flash intro.)
- ^ Baskin, Rebecca (20 January 2010). "First Jerusalem marathon to be held in 2011". The Jerusalem Post. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ Davidovich, Joshua (16 March 2012). "Kenyan slogs out Jerusalem marathon win through soggy weather". The Times of Israel. AP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-06-06. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ Ward, Harold (16 March 2012). "Thousands brave rain, wind for Jerusalem marathon". AFP. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-05. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ Pazornik, Amanda (27 January 2011). "Jerusalem hills won't faze local marathon runners". Jweekly. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-19. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ "Interactive course map". Municipality of Jerusalem. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-04-27. Diakses tanggal 2 February 2013.
- ^ "Partnerská města HMP". Portál „Zahraniční vztahy“ [Portal "Foreign Affairs"] (dalam bahasa Czech). 18 July 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 June 2013. Diakses tanggal 5 August 2013.
- ^ "International Exchange: List of Sister Cities / Kyoto prefecture Multilingual Site". Pref.kyoto.jp. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-07-14. Diakses tanggal 18 September 2013.
- ^ "Online Directory: Israel, Middle East". Sister Cities International. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 January 2008. Diakses tanggal 5 April 2007.
- ^ "NYC's Partner Cities". The City of New York. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-08-14. Diakses tanggal 16 December 2012.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamalaub2006
- ^ Pellegrino, Charles R. (1 December 1995). Return to Sodom & Gomorrah (edisi ke-Second revised). Harper Paperbacks. hlm. 271. ISBN 0-380-72633-5.
[see footnote]
- ^ Marcus, Jacob Rader (March 2000). The Jew in the Medieval World: A Source Book, 315–1791 (edisi ke-Revised). Hebrew Union College Press. hlm. 13–15. ISBN 0-87820-217-X. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-15. Diakses tanggal 1 February 2007.
- ^ Jonsson, David J. (19 February 2005). The Clash of Ideologies. Xulon Press. hlm. 256. ISBN 1-59781-039-8.
During the reign of Umar, the Pact of Umar was established.
- ^ Goddard, Hugh (25 April 2001). A History of Christian-Muslim Relations. New Amsterdam Books. hlm. 46. ISBN 1-56663-340-0.
Although the documents are attributed to `Umar, in all probability they actually come from the second Islamic century... The covenant was drawn up in the schools of law, and came to be ascribed, like so much else, to `Umar I
- ^ Goddard, Hugh (25 April 2001). A History of Christian-Muslim Relations. New Amsterdam Books. hlm. 47. ISBN 1-56663-340-0.
It has recently been suggested that many of the detailed regulations concerning what the ahl al-dhimma were and were not permitted to do come from an earlier historical precedent, namely the regulations which existed in the Sassanian Persian Empire with reference to its religious minorities in Iraq.
- ^ Walid Khalidi (1996) Islam, the West and Jerusalem. Center for Contemporary Arab Studies & Center for Muslim–Christian Understanding, Georgetown University, quotes the breakdown as follows: West Jerusalem in 1948: 16,261 dunums (14%); West Jerusalem added in 1967: 23,000 dunums (20%); East Jerusalem under Jordanian rule: 6,000 dunums (5%); West Bank area annexed and incorporated into East Jerusalem by Israel: 67,000 dunums (61%)
- ^ Aronson, Geoffrey (1995). "Settlement Monitor: Quarterly Update on Developments". Journal of Palestine Studies. University of California Press, Institute for Palestine Studies. 25 (1): 131–40. doi:10.2307/2538120. ISSN 0377-919X. JSTOR 2538120.
West Jerusalem: 35%; East Jerusalem under Jordanian rule: 4%; West Bank area annexed and incorporated into East Jerusalem by Israel: 59%
- ^ Benvenisti, Meron (1976). Jerusalem, the Torn City. Books on Demand. hlm. 113. ISBN 978-0-7837-2978-7. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-18. Diakses tanggal 2016-02-10.
East Jerusalem under Jordanian rule: 6,000 dunums; West Bank area annexed and incorporated into East Jerusalem by Israel: 67,000
Bacaan lanjutan
- Cheshin, Amir S.; Bill Hutman and Avi Melamed (1999). Separate and Unequal: the Inside Story of Israeli Rule in East Jerusalem Harvard University Press ISBN 978-0-674-80136-3
- Cline, Eric (2004) Jerusalem Besieged: From Ancient Canaan to Modern Israel. Ann Arbor: University of Michigan Press ISBN 0-472-11313-5.
- Collins, Larry, and La Pierre, Dominique (1988). O Jerusalem!. New York: Simon & Schuster ISBN 0-671-66241-4
- Gold, Dore (2007) The Fight for Jerusalem: Radical Islam, The West, and the Future of the Holy City. International Publishing Company J-M, Ltd. ISBN 978-1-59698-029-7
- Köchler, Hans (1981) The Legal Aspects of the Palestine Problem with Special Regard to the Question of Jerusalem Vienna: Braumüller ISBN 3-7003-0278-9
- The Holy Cities: Jerusalem produced by Danae Film Production, distributed by HDH Communications; 2006
- Wasserstein, Bernard (2002) Divided Jerusalem: The Struggle for the Holy City New Haven and London: Yale University Press. ISBN 0-300-09730-1
- "Keys to Jerusalem: A Brief Overview", The Royal Islamic Strategic Studies Center, Amman, Jordan, 2010. [2]
- Sebag Montefiore, Simon (2011) Jerusalem: The Biography, London: Weidenfeld and Nicolson, ISBN 978-0-297-85265-0
- Young, Robb A (2012) Hezekiah in History and Tradition Brill Global Oriental Hotei Publishing, Netherlands
31°47′N 35°13′E / 31.783°N 35.217°E
Pranala luar
- Official website of Jerusalem Municipality
- Jerusalemp3 Diarsipkan 2015-08-01 di Wayback Machine., offers free virtual tours in mp3 format from the Jerusalem Municipality
- Yerusalem di Curlie (dari DMOZ)
Pemerintah
- The Status of JerusalemPDF (159 KB), United Nations document related to the recent dispute over Jerusalem
- Basic Law: Jerusalem, Capital of Israel, Government of Israel, the Israeli law making Jerusalem the capital of Israel
Budaya
- Israel Museum, one of Jerusalem's premier art museums
- Yad Vashem, Israeli memorial to victims of The Holocaust
Pendidikan
- Hebrew University of Jerusalem, Jerusalem's foremost institution of higher learning
- al-Quds University, the only Palestinian university in Jerusalem
Peta
- Modern-day map of Jerusalem, from City of Jerusalem.
- Ancient Maps of Jerusalem Diarsipkan 2006-04-11 di Wayback Machine., from the Jewish National Library at the Hebrew University of Jerusalem
- Modern maps, post-1947 Diarsipkan 2008-06-16 di Wayback Machine. from PASSIA
- Maps of Jerusalem Diarsipkan 2016-10-24 di Wayback Machine., from Israel Star News
Agama
- The significance of Jerusalem in Judaism Diarsipkan 2015-09-24 di Wayback Machine., NSW Jewish Board of Deputies
- The significance of Jerusalem to Christians, International Christian Embassy Jerusalem
- The City of Jerusalem in Islam Diarsipkan 2015-08-19 di Wayback Machine.
- BBC: Why is Jerusalem so Holy?
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "note", tapi tidak ditemukan tag <references group="note"/>
yang berkaitan