Effects of the storage conditions on the stability of natural and synthetic cannabis in biological matrices for forensic toxicology analysis: An update from the literature
Kandungan
St. Paul Si Hawari | |
---|---|
Hawari kepada orang bukan Yahudi, Santo, Martyr | |
Lahir | sekitar 10 Tarsus |
Meninggal | sekitar 62 Rome semasa Penindasan Nero |
Dikanunkan | sebelum penjemaahan |
Tempat keramat | Gereja Saint Paul di luar tembok |
Hari perayaan |
|
Paulus ialah tokoh penting dalam agama Kristian. Nama asalnya ialah 'Saul' , merupakan hawari bagi agama Kristian walaupun tidak pernah berguru secara langsung dengan Jesus. Paul atau Paulus adalah gelarannya.
Awal hidup
Paulus lahir dalam sebuah keluarga Yahudi yang lahir di Tarsus iaitu di tanah Kilikia, berguru pula dengan Gamaliel. Gamaliel ialah seorang fakih yang dihormati disegenap kaumnya dan beliau adalah dari seorang kaum Farisi (Pharisees). Paulus sendiri menyatakan dirinya berketurunan Rom.
Perantauannya
Pelayanan awal
Setelah perjumpaannya dengan Yesus dan menjadi buta, Saulus tinggal 3 hari di kota Damsyik, di mana dia disembuhkan dari kebutaan dan dibaptis oleh Ananias (tahun 34 M)[1] Saulus tinggal beberapa hari bersama-sama dengan murid-murid di bandar tersebut.[2] Di kemudian hari dalam suratnya kepada jemaat di Galatia, Saulus, yang sudah berganti nama menjadi Paulus, mengatakan bahwa beliau kemudian pertama-tama pergi ke tanah Arab, dan kemudian kembali ke Damaskus.[3] Ketika itu juga beliau memberitakan Yesus di rumah-rumah ibadat, dan mengatakan bahwa Yesus adalah Anak Allah. Semua orang yang mendengar hal itu heran dan berkata: "Bukankah dia ini yang di Jerusalem mahu membinasakan barangsiapa yang memanggil nama Yesus ini? Dan bukankah beliau datang ke sini dengan maksud untuk menangkap dan membawa mereka ke hadapan imam-imam kepala?" Akan tetapi Saulus semakin besar pengaruhnya dan beliau membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, kerana beliau membuktikan, bahwa Yesus adalah Masih (atau Messias). Beberapa hari kemudian orang Yahudi merundingkan suatu rencana untuk membunuh Saulus. Tetapi maksud jahat itu diketahui oleh Saulus. Siang malam orang-orang Yahudi mengawal semua pintu gerbang kota, supaya dapat membunuh dia. Sungguhpun demikian pada suatu malam murid-muridnya mengambilnya dan menurunkannya dari atas tembok kota dalam sebuah keranjang.
Setibanya di Jerusalem Saulus cuba mendekatkan diri kepada murid-murid, tetapi semuanya takut kepadanya, kerana mereka tidak dapat percaya, bahwa beliau juga seorang murid. Tetapi Barnabas menerima dia dan membawanya kepada rasul-rasul dan menceriterakan kepada mereka, bagaimana Saulus melihat Tuhan di tengah jalan dan bahwa Tuhan berbicara dengan dia dan bagaimana keberaniannya mengajar di Damsyik dalam nama Yesus. Dan Saulus tetap bersama-sama dengan mereka di Jerusalem, dan dengan keberanian mengajar dalam nama Tuhan. Ia juga berbicara dan bersoal jawab dengan orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani, tetapi mereka itu berusaha membunuh dia. Akan tetapi setelah hal itu diketahui oleh saudara-saudara anggota jemaat, mereka membawa dia ke Kaisarea dan dari situ membantu dia ke Tarsus.[4] Dia menjelaskan dalam Surat Galatia bagaimana 3 tahun setelah pertaubatannya, beliau pergi ke Jerusalem (tahun 37 M). Di sana beliau bertemu Yakobus dan tinggal bersama Simon Petrus selama 15 hari (Galatia 1:13-24).
Tidak ada catatan tertulis terangan bahawa Paulus kenal akan Yesus secara peribadinya sebelum tokoh tersebut disalib, tetapi dipastikan bahwa beliau mengetahui pekerjaan dan juga pengadilan Yesus di hadapan Imam Besar Yahudi. Paulus menegaskan bahwa beliau menerima Injil bukan dari orang lain, melainkan oleh wahyu Yesus Kristus (Galatia 1:11-12).
Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia itu Paulus mengisahkan bagaimana beliau dibantu melarikan diri dari kota Damaskus pada zaman pemerintahaan raja Aretas dari Nabataea.[3] Raja Aretas (Harithat IV) yang wafat pada tahun 40 (lihat 2 Korintus 11:32-33) memerintah dari tahun 9 sampai 40 M.[5] Sejarawan Flavius Yosefus mencatat detail perselisihan antara raja Aretas dengan raja Herodes Antipas mengenai perbatasan.[6] Yosefus menuliskan Aretas sebagai "raja Arabia Petrea" (Josephus Antiquities 18.5, Whiston 1957:539). Maharaja Tiberius berpihak kepada Herodes Antipas dan memerintahkan Vitellius, prokonsul di Suriah, "untuk berperang melawan Aretas." Dalam perjalanan Vitellius menerima komunikasi yang mengabarkan kematian Tiberius, maka beliau menarik kembali tentaranya. Tiberius wafat pada tanggal 16 Maret 37 dan pada saat itu Damaskus berada di bawah kekuasaan Empayar Romawi dan dipimpin oleh Vitellius. Raja Aretas wafat pada tahun 40 sehingga lolosnya Paulus dari Damaskus terjadi antara tahun 37 dan 40. Belum jelas kapan Aretas menerima kuasa atas Damaskus dari Maharaja Caligula dalam penyelesaian kasus di Suriah. Pemerintahan Areta di Damaskus dapat berawal dari tahun 37 berdasarkan penemuan arkeologi berupa mata uang logam. Dosker menulis: "Waktu Tiberias wafat pada tahun 37, dan mengingat urusan Arabia sudah tuntas pada tahun 39, jelas bahwa pertobatan Paulus terjadi antara tahun 34 dan 36. Tanggal ini kemudian menjadi pasti berkat sebuah koin dari Damaskus, dengan gambar raja Aretas dan tahun "101". Jika tahun itu mengacu pada era Pompian, berarti sama dengan tahun 37 M, sehingga pertobatan Paulus terjadi pada tahun 34 (T. E. Mionnet, Description des medailles antiques greques et romaines, V [1811], 284f.)."[7]
Dalam Surat Galatia, Paulus juga menceritakan bahwa 14 tahun setelah pertobatannya (tahun 48 M) beliau masuk kembali ke Jerusalem (Galatia 2:1-10). Tidak diketahui sepenuhnya apa yang terjadi selama 14 tahun ini, kerana Kisah Para Rasul maupun Surat Galatia tidak memberikan detail jelas.[8] Pada akhir masa ini, Barnabas pergi untuk mencari Paulus di Tarsus dan membawa dia kembali ke Antiokhia (Kis 11:25).
Apabila suatu bencana kebuluran terjadi di Judea, diduga sekitar tahun 45-46[9] atau 48 M, Paulus dan Barnabas berangkat ke Jerusalem untuk memberikan dukungan finansial dari komunitas Antiokhia.[10] Menurut Kisah Para Rasul, Antiokhia menjadi pusat alternatif bagi penyebaran orang Kristen setelah kematian Stefanus. Di Antiokhialah para pengikut Yesus pertama kali disebut "Kristen"[11]
Perjalanan misi pertama
jmpl|Bab Kisan, diyakini sebagai tempat Paulus melarikan diri dari penganiayaan di Damaskus Penulis Kisah Para Rasul menyusun perjalanan Paulus menjadi tiga perjalanan terpisah. Perjalanan pertama, (Kis. 13-14) awalnya dipimpin oleh Barnabas, yang mengambil Paulus dari Antiokhia menuju Siprus kemudian Asia Kecil (Anatolia) selatan, dan kembali ke Antiokhia. Di Siprus, nama Yunani "Paulus" mulai dipakai menggantikan nama Yahudi "Saulus". Di sini beliau memarahi dan membutakan mata Elimas si penyihir (Kis 13:8-12) yang berusaha menghalang laluan dan kerjanya menyampaikan ajaran mereka yang sesat. Dari titik ini, Paulus digambarkan sebagai pemimpin kelompok.[12] Antiokhia dijadikan i pusat kekristenan utama dari penginjilan Paulus.[13]
Konsili Jerusalem
Kebanyakan sarjana setuju bahwa pertemuan penting antara Paulus dan jemaat di Jerusalem terjadi di antara tahun 48-50,[14] yang dijelaskan dalam Kis. 15:2 dan biasanya dilihat sebagai peristiwa yang sama dengan yang disebutkan oleh Paulus dalam Galatia 2:1.[14] Pertanyaan kunci yang diajukan adalah apakah non-Yahudi yang bertobat perlu disunat.[15] Pada pertemuan ini, Petrus, Yakobus (saudara Yesus Kristus), dan Yohanes menyetujui misi Paulus bagi bangsa-bangsa lain.
Insiden di Antiokhia
Meskipun perjanjian dicapai pada Konsili Jerusalem sebagaimana yang dipahami oleh Paulus, Paulus menceritakan bagaimana beliau kemudian di depan umum mengkritik Petrus, atas keengganan Petrus untuk makan bersama dengan orang Kristen non-Yahudi di Antiokhia, setelah menerima kunjungan orang-orang Yahudi Kristen (kerana secara tradisi, orang-orang Yahudi dilarang makan bersama orang-orang bukan Yahudi).[16]
Di dalam Surat Galatia, yang merupakan sumber utama dari insiden di Antiokhia ini, Paulus mencatat perkataannya kepada Petrus: "Jika engkau, seorang Yahudi, hidup secara kafir dan bukan secara Yahudi, bagaimanakah engkau dapat memaksa saudara-saudara yang tidak bersunat untuk hidup secara Yahudi?" (Galatia 2:11-14). Paulus juga menyebutkan bahwa bahkan Barnabas (rekan seperjalanannya hingga saat itu) ikut-ikutan bersikap seperti Petrus.[17]
Hasil akhir dari insiden tersebut masih belum jelas. The Catholic Encyclopedia menyatakan: "catatan Paulus atas insiden itu tidak meninggalkan keraguan bahwa Petrus melihat kebenaran dari teguran itu." Setelah kejadian itu Paulus kemudian berangkat memulai misi berikutnya dari Antiokhia.
Perjalanan misi kedua
Dalam perjalanan misi kedua, setelah pertikaian dengan Barnabas kerana persoalan Yohanes Markus, Paulus ditemani oleh Silas. Mereka berangkat pada tahun 49 M dari Antiokhia, menuju Siria dan Kilikia, dan tiba di selatan Galatia. Di Listra, Timotius bergabung dengan mereka. Mereka menyeberangi daerah Frigia dan perbatasan Misia. Lalu mereka bergabung dengan Lukas di Troas. Dia memutuskan untuk pergi ke Eropa, dan di Makedonia beliau mendirikan komunitas Kristen pertama Eropa: Jemaat Filipi. Juga di Tesalonika, Berea, Atena dan Korintus. Dia tinggal selama 1,5 tahun di Korintus, di rumah sepasang suami-isteri, Akwila dan Priskila (Kisah Para Rasul 18:11). Masa tinggalnya ini bersamaan dengan waktu Galio menjabat singkat sebagai gubernur (prokonsul) di Akhaya dari 1 Juli 51 sampai 1 Juli 52.[18] Pada musim dingin tahun 51, beliau menulis surat pertama kepada Jemaat Tesalonika, dokumen tertua dari Perjanjian Baru. Tahun berikutnya beliau kembali ke Antiokhia.
Perjalanan misi ketiga
Setelah tinggal di Antiokhia beberapa saat, Paulus pergi ke Galatia dan Frigia untuk mendukung gereja-gereja yang telah beliau dirikan pada perjalanan sebelumnya (Kisah Para Rasul 18:23). Kemudian beliau berkeliling pada wilayah barat Bitinia dan tiba di Efesus dengan perjalanan darat. Di Efesus beliau menulis surat pertamanya kepada orang-orang Korintus pada tahun 54 dan surat kedua pada akhir 57.
Setelah tiga tahun di Efesus, Paulus kemudian mengunjungi Asia Kecil dan Yunani. Kemudian mendahului Lukas, beliau berlayar ke Troas, disertai beberapa murid-muridnya (Kisah Para Rasul 20:4), disebabkan kerana rencana pembunuhan terhadap dirinya oleh orang-orang Yahudi. Dan akhirnya beliau kembali ke Jerusalem dan bertemu dengan Yakobus di sana.
Penangkapannya
Paulus tiba di Jerusalem tahun 57 membawa uang sumbangan yang dikumpulkan untuk jemaat di sana dari kota-kota yang dikunjunginya.[14] Ia disambut hangat, tetapi juga ditanya dengan teliti oleh Yakobus mengenai tuduhan bahwa beliau "mengajar semua orang Yahudi yang tinggal di antara bangsa-bangsa lain untuk melepaskan hukum Musa, sebab engkau mengatakan, supaya mereka jangan menyunatkan anak-anaknya dan jangan hidup menurut adat istiadat" Yahudi. [19] Paulus dianjurkan untuk melakukan upacara pentahiran, supaya "semua orang akan tahu, bahwa segala kabar yang mereka dengar tentang engkau sama sekali tidak benar, melainkan bahwa engkau tetap memelihara hukum Taurat."[20]
Tidak berapa lama setelah sampai di Jerusalem, Paulus ditangkap dengan tuduhan membawa orang-orang bukan Yahudi ke dalam rumah suci tuhan. Paulus dibawa ke markas tentara Roma dan dihadapkan kepada gubernur Romawi Antonius Feliks di Kaisarea. Beliau ditahan selama 2 tahun, sampai gubernur yang baru, Perkius Festus, membuka kembali kasusnya pada tahun 59. Karena tidak mahu diadili di Jerusalem, Paulus menyatakan banding kepada Maharaja, sehingga kemudian beliau dikirim ke Roma dengan naik kapal.[21]
Kematian
Butiran mengenai kematian Paulus tidak dijelaskan seterangnya dalam Alkitab. Namun tradisi Kristian ada menyatakan beliau dipercayai mati dihukum penggal di Roma pada masa pemerintahan Nero pada sekitar pertengahan 60-an di Tre Fontane Abbey.[22] Kewarganegaraan Romawi yang dimilikinya mengizinkan Paulus menjalani hukuman mati yang lebih cepat yaitu dengan pemenggalan.[23]
Rujukan
- ^ Hengel, Martin and Anna Maria Schwemer, trans. John Bowden. Paul Between Damascus and Antioch: The Unknown Years Westminster John Knox Press, 1997. ISBN 0-664-25736-4
- ^ Kisah Para Rasul 9:19
- ^ a b Galatia 1:17
- ^ Kisah Para Rasul 9:20-30
- ^ Swaim 1962 Aretas. Pp. 217-218 in The Interpreter’s Dictionary of the Bible edited by G. A. Buttrick. Nashville: Abingdon Press, 1962. Halaman 217–218.
- ^ Flavius Josephus, Antiquities 18.5.3.
- ^ Dosker, Henry E. 1986 Aretas. P. 288 in The International Standard Bible Encyclopedia, vol. 1, edited by Geoffrey W. Bromiley. Grand Rapids: William B. Eerdmans Publishing Company. Halaman 288–289.
- ^ Barnett, Paul The Birth Of Christianity: The First Twenty Years (Eerdmans Publishing Co. 2005) ISBN 0-8028-2781-0 p. 200
- ^ Ogg, George, Chronology of the New Testament in Peake's Commentary on the Bible. Nelson. 1963
- ^ Barnett p. 83
- ^ Kisah Para Rasul 11:26
- ^ Peta perjalanan misi pertama
- ^ Ralat petik: Tag
<ref>
tidak sah; tiada teks disediakan bagi rujukan yang bernamaHarris
- ^ a b c Ralat petik: Tag
<ref>
tidak sah; tiada teks disediakan bagi rujukan yang bernamaODCC self
- ^ Kisah Para Rasul 15:2, Galatia 2:1
- ^ Catholic Encyclopedia: Judaizers lihat bagian judul: "The Incident At Antioch"
- ^ Catholic Encyclopedia: Judaizers
- ^ Kisah Para Rasul 18:12-17
- ^ Kisah Para Rasul 21:21
- ^ Kisah Para Rasul 21:24
- ^ Kisah Para Rasul 25
- ^ Serena De Leonardis and Stefano Masi (1999). Art and history: Rome and the Vatican. Casa Editrice Bonechi. p. 21
- ^ Lashway, Calvin. "HOW and WHERE did the Apostle Paul die?" Web: HOW and WHERE did the Apostle Paul die?