Type a search term to find related articles by LIMS subject matter experts gathered from the most trusted and dynamic collaboration tools in the laboratory informatics industry.
Theodosius II | |||||
---|---|---|---|---|---|
Kaisar Romawi Timur | |||||
Berkuasa | 1 Mei 408 – 28 Juli 450 (Saudaranya menjadi wali dari tahun 408 hingga 416) (42 tahun, 88 hari) | ||||
Pendahulu | Arcadius | ||||
Penerus | Marcian | ||||
Istri | |||||
Keturunan | Licinia Eudoxia | ||||
| |||||
Ayah | Arcadius | ||||
Ibu | Aelia Eudoxia |
Theodosius II (401 – 28 Juli 450) adalah Kaisar Romawi Timur yang memerintah dari tahun 408 hingga kematiannya pada tahun 450. Ia adalah putra dari Kaisar Arkadius dan Aelia Eudoxia. Di bawah pemerintahan Theodosius II, Kekaisaran Romawi Timur mengalami beberapa perkembangan penting, terutama dalam hal hukum dan pendidikan, tetapi juga mengalami tantangan yang berkaitan dengan invasi barbar, konflik agama, dan ketidakstabilan internal. Theodosius II dikenal terutama karena pengumpulan hukum-hukum Kekaisaran yang dikenal sebagai Kodeks Theodosianus.
Theodosius lahir pada tahun 401 di Konstantinopel. Ia adalah anak dari Kaisar Arkadius dan permaisurinya, Aelia Eudoxia. Theodosius menjadi kaisar pada usia tujuh tahun setelah kematian ayahnya pada tahun 408. Karena ia masih anak-anak, pemerintahan dipegang oleh Prefek Praetoria Anthemius yang menjadi wali dan penasehat utamanya. Anthemius dikenal sebagai administrator yang cakap, dan di bawah bimbingannya, Konstantinopel berkembang sebagai pusat kekuatan militer dan budaya.
Pemerintahan Theodosius II dikenal karena komitmennya pada pembaharuan hukum. Pada tahun 429, ia memerintahkan penyusunan kumpulan undang-undang yang mengatur kehidupan masyarakat Romawi. Kumpulan ini dikenal sebagai Kodeks Theodosianus, yang akhirnya diselesaikan pada tahun 438. Kodeks ini menjadi dasar hukum Kekaisaran Romawi Timur dan Barat serta memberikan landasan bagi hukum Kristen dalam pemerintahan. Theodosius juga mendirikan Universitas Konstantinopel pada tahun 425, yang menjadi pusat pembelajaran penting di dunia Romawi Timur, khususnya dalam bidang hukum, filsafat, kedokteran, dan teologi.
Selama masa pemerintahannya, Kekaisaran Romawi Timur menghadapi ancaman dari bangsa-bangsa barbar, termasuk Hun, Vandal, dan Goth. Pada awal tahun 420-an, bangsa Hun yang dipimpin oleh Attila menjadi ancaman serius di perbatasan utara Kekaisaran Romawi Timur. Untuk menghindari konflik langsung, Theodosius membayar upeti kepada bangsa Hun. Namun, setelah serangan-serangan yang dilakukan oleh bangsa Hun di Balkan, hubungan kedua pihak mengalami ketegangan. Pada tahun 447, Hun melakukan invasi besar ke wilayah Kekaisaran Romawi Timur, menghancurkan sebagian besar Balkan.
Untuk menjaga perdamaian, Theodosius menandatangani perjanjian damai yang membebani Kekaisaran Romawi Timur dengan upeti yang lebih besar kepada bangsa Hun. Selain Hun, Theodosius juga menghadapi ancaman dari suku-suku Vandal yang menyerang wilayah Kekaisaran Romawi Barat. Namun, karena kekuatan Vandal lebih banyak diarahkan ke Romawi Barat, Romawi Timur tidak terlibat secara langsung dalam konflik ini.
Pemerintahan Theodosius II juga menghadapi ketegangan agama, terutama antara golongan Kristen Ortodoks dan Nestorianisme, ajaran yang diajarkan oleh Nestorius, Patriark Konstantinopel, yang menolak konsep Maria sebagai Theotokos (pembawa Tuhan). Kontroversi ini menyebabkan Konsili Efesus pada tahun 431 yang diketuai oleh Cyril dari Aleksandria. Konsili ini mengutuk Nestorius dan Nestorianisme sebagai ajaran sesat. Penolakan Nestorius terhadap keputusannya menyebabkan perpecahan lebih lanjut dalam gereja dan menyebabkan pengasingan Nestorius.
Selain itu, Theodosius juga mengeluarkan undang-undang yang memperkuat kekuasaan gereja terhadap ajaran-ajaran yang dianggap sesat. Kebijakan ini menunjukkan komitmen Theodosius dalam mendukung golongan Ortodoks, namun pada saat yang sama menyebabkan perselisihan internal di wilayah Kekaisaran Romawi Timur.
Theodosius menikahi Aelia Eudokia, seorang wanita yang memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan sangat mendukung pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan. Pernikahan mereka menghasilkan seorang putri bernama Licinia Eudoxia, yang kemudian menikah dengan Kaisar Valentinianus III dari Kekaisaran Romawi Barat. Aelia Eudokia memiliki pengaruh yang besar dalam pemerintahan dan mendukung pengembangan pendidikan, khususnya dalam penyebaran ajaran Kristen. Namun, karena konflik politik dan tuduhan perselingkuhan, Eudokia akhirnya mengasingkan diri ke Yerusalem, di mana ia menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang Kristen yang taat.
Pada tahun 450, Theodosius meninggal karena kecelakaan saat berkuda. Ia tidak meninggalkan pewaris laki-laki, sehingga pemerintahan diteruskan oleh saudara iparnya, Marcianus, yang menikahi adiknya, Pulcheria, seorang wanita terpelajar dan berpengaruh di istana Romawi Timur. Marcianus mengambil alih pemerintahan setelah kematian Theodosius dan melanjutkan kebijakan yang lebih tegas terhadap ancaman eksternal.
Media tentang Theodosius II di Wikimedia Commons