Type a search term to find related articles by LIMS subject matter experts gathered from the most trusted and dynamic collaboration tools in the laboratory informatics industry.
Filsafat |
---|
Cabang |
Tradisi |
Zaman |
Kepustakaan |
Filsuf |
Daftar |
Portal Filsafat |
Filsafat, falsafah, atau filosofi (berakar dari kata Yunani φιλοσοφία, philosophia , arti "cinta akan hikmat"[1][2] ) adalah metodologi yang mengkaji pertanyaan-pertanyaan umum dan asasi, misalnya pertanyaan-pertanyaan tentang eksistensi, penalaran, nilai-nilai luhur, akal budi, dan bahasa.[3] Istilah ini kemungkinan pertama kali diungkapkan oleh Pythagoras (c. 570– 495SM). Metode yang digunakan dalam filsafat antara lain mengajukan pertanyaan, diskusi kritikal, dialektik, dan presentasi sistematik.[4][5] Orang yang mempelajari ilmu filsafat disebut "filsuf" atau "filosof", sementara sesuatu yang berhubungan dengan konsep filsafat disebut "filosofis", "filsafati", atau "falsafi".
Secara historis, filsafat mencakup inti dari segala pengetahuan.[6] Dari zaman filsuf Yunani Kuno seperti Aristoteles hingga abad ke-19, filsafat alam melingkupi astronomi, kedokteran, dan fisika.[7] Sebagai contoh, pertanyaan filosofis klasik antara lain: "Apakah memungkinkan untuk mengetahui segala sesuatu dan membuktikannya?[8][9][10]" "Apa yang paling nyata?" Para filsuf juga mengajukan pertanyaan yang lebih praktis dan konkret seperti: "Apakah ada cara terbaik untuk hidup?" "Apakah lebih baik menjadi adil atau tidak adil (jika seseorang bisa lolos begitu saja)?[11]" "Apakah manusia memiliki kehendak bebas?[12]" Contoh lainnya, Prinsip Matematika Filosofi Alam karya Newton pada tahun 1687 di kemudian hari diklasifikasikan sebagai buku fisika. Pada abad ke-19, perkembangan riset universitas modern mengantarkan filsafat akademik dan disiplin lain terprofesionalisasi dan terspesialisasi.[13][14] Pada era modern, beberapa investigasi secara tradisional merupakan bagian dari filsafat telah menjadi disiplin akademik terpisah, beberapa diantaranya psikologi, sosiologi, linguistik, dan ekonomi.
Investigasi lain yang terkait erat dengan seni, sains, politik, dan beberapa bidang lainnya tetap menjadi bagian dari filsafat. Misalnya, apakah keindahan objektif atau subjektif?[15][16] Apakah ada banyak metode ilmiah ataukah hanya ada satu?[17] Apakah utopia politik merupakan mimpi yang penuh harapan atau hanya delusi yang sia-sia?[18][19][20] Sub-bidang utama filsafat akademik diantaranya metafisika (berkaitan dengan sifat dasar realitas dan keberadaan),[21] epistemologi (tentang "asal-muasal dan bidang pengetahuan [serta] ... Batas dan keabsahannya" [22]), etika, estetika, filsafat politik, logika, filsafat ilmu, dan sejarah filsafat barat.
Sejak abad ke-20, filsuf profesional berkontribusi pada masyarakat terutama sebagai profesor, peneliti, dan penulis. Namun, banyak dari mereka yang mempelajari filsafat dalam program sarjana atau pascasarjana berkontribusi dalam bidang hukum, jurnalisme, politik, agama, sains, bisnis dan berbagai kegiatan seni dan hiburan.[23]
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab: فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk, dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = kebijaksanaan, س** ایرانی[butuh rujukan], sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".[butuh rujukan]
Secara tradisional, istilah "filsafat" mengacu pada badan (atau ibu) dari segala pengetahuan.[6][24] Dalam pengertian ini, filsafat sangat erat kaitannya dengan agama, matematika, ilmu alam, pendidikan, dan politik. "Prinsip Matematika Filosofi Alam", karya Newton pada tahun 1687 diklasifikasikan pada tahun 2000-an sebagai buku fisika; ia menggunakan istilah "filsafat alam" karena istilah itu digunakan untuk mencakup disiplin ilmu yang kemudian dikaitkan dengan ilmu pengetahuan seperti astronomi, kedokteran, dan fisika.[7]
Pada zaman klasik, Filsafat secara tradisional dibagi menjadi tiga cabang utama:
Pembagian ini tidaklah usang tetapi telah berubah. Filsafat alam telah terbagi menjadi berbagai ilmu alam, terutama astronomi, fisika, kimia, biologi, dan kosmologi. Filsafat moral telah melahirkan ilmu-ilmu sosial, namun tetap mencakup teori nilai (termasuk estetika, etika, filsafat politik, dll.). Filosofi metafisik telah melahirkan ilmu formal seperti logika, matematika dan filsafat sains, namun tetap mencakup epistemologi, kosmologi dan yang lainnya.
Banyak perdebatan filosofis yang telah dimulai pada zaman kuno masih diperdebatkan hingga hari ini. Colin McGinn dan yang lainnya mengklaim bahwa tidak ada kemajuan filosofis yang terjadi selama interval tersebut.[26] Chalmers dan yang lainnya, sebaliknya, melihat kemajuan dalam filsafat serupa dengan kemajuan dalam ilmu pengetahuan.[27] Sementara Talbot Brewer berpendapat bahwa "kemajuan" adalah standar keliru yang digunakan untuk menilai aktivitas filosofis.[28]
Dalam satu pengertian umum, filsafat dikaitkan dengan kebijaksanaan, budaya intelektual, dan pencarian pengetahuan. Dalam hal ini, semua budaya dan masyarakat melek huruf mengajukan pertanyaan filosofis seperti "bagaimana kita hidup" dan "apa sifat dasar realitas". Konsepsi filsafat yang luas dan tidak memihak kemudian menemukan sebuah penyelidikan yang rasional mengenai masalah-masalah seperti realitas, moralitas, dan kehidupan di semua peradaban dunia.[29]
Filsafat Barat adalah tradisi filosofis dunia Barat dan berasal dari pemikir Pra-Sokrates yang aktif di Yunani kuno pada abad ke 6 SM. seperti Thales (sekitar 624-546 SM) dan Pythagoras (sekitar 570-495 SM) yang mempraktikkan "cinta kebijaksanaan" (philosophia)[30] dan juga disebut physiologoi (murid physis, atau alam). Socrates adalah seorang filsuf yang sangat berpengaruh, yang bersikeras bahwa dia tidak memiliki kebijaksanaan tapi merupakan pengejar kebijaksanaan.[31] Filsafat Barat dapat dibagi menjadi tiga era: Kuno (Yunani-Romawi), filsafat Abad Pertengahan (Eropa Kristen), dan filsafat modern.
Era kuno didominasi oleh ajaran filsafat Yunani yang muncul dari beberapa murid Socrates, seperti Plato yang mendirikan Akademi Platonis. Plato merupakan salah satu pemikir Yunani yang paling berpengaruh dalam keseluruhan pemikiran Barat.[32] Murid Plato, Aristoteles juga sangat berpengaruh, ia mendirikan Sekolah Peripatetik. Tradisi lain termasuk Sinisisme, Stoikisme, Skeptisisme Yunani dan Epikureanisme. Topik-topik penting yang dibahas oleh orang-orang Yunani termasuk metafisika (dengan teori-teori yang kompeten seperti atomisme dan monisme), kosmologi, sifat kehidupan yang baik (eudaimonia), kemungkinan pengetahuan dan sifat akal budi (logo). Dengan bangkitnya kerajaan Romawi, filsafat Yunani juga semakin banyak dibahas dalam bahasa Latin oleh para filsuf Roma seperti Cicero dan Seneca.
Filsafat Abad Pertengahan (abad ke 5 - 16) adalah periode setelah jatuhnya kekaisaran Romawi barat dan didominasi oleh bangkitnya kekristenan dan karenanya mencerminkan keprihatinan teologis Yudeo-Christian dan juga mempertahankan kontinuitas dengan pemikiran Yunani-Romawi. Masalah seperti keberadaan dan sifat Tuhan, sifat iman dan akal, metafisika, masalah kejahatan dibahas dalam periode ini. Beberapa pemikir utama Abad Pertengahan mencakup St. Agustinus, Thomas Aquinas, Boethius, Anselm dan Roger Bacon. Filsafat bagi para pemikir ini dipandang sebagai penyokong untuk Teologi (ancilla theologiae) dan karena itu mereka berusaha menyelaraskan filsafat mereka dengan interpretasi mereka terhadap kitab suci. Periode ini mencetuskan perkembangan Skolastikisme, sebuah metode kritikal teks yang dikembangkan di universitas abad pertengahan berdasarkan pembacaan dan perdebatan yang dekat pada teks-teks kunci. Periode Renaisans (1355-1650) lebih melihat peningkatan fokus pada pemikiran klasik Yunani-Romawi dan pengaruh humanisme yang kuat. Filsafat modern awal di dunia Barat dimulai dengan pemikir seperti Thomas Hobbes dan René Descartes (1596-1650).[33] Setelah perkembangan ilmu alam, filsafat modern lebih terfokus mengembangkan landasan pengetahuan sekuler dan rasional, beralih dari struktur otoritas tradisional seperti agama, pemikiran skolastik dan Gereja. Filsuf modern utama meliputi Spinoza, Leibniz, Locke, Berkeley, Hume, dan Kant. [34][35][36] Filsafat abad ke-19 dipengaruhi oleh gerakan yang lebih luas yang disebut the Enlightenment, dan termasuk tokoh-tokoh seperti Hegel tokoh kunci dalam idealisme Jerman, Kierkegaard yang mengembangkan fondasi untuk eksistensialisme, Nietzsche seorang anti-Kristen yang terkenal, JS Mill yang mempromosikan Utilitarianisme, Karl Marx yang mengembangkan fondasi untuk Komunisme dan orang Amerika William James. Abad ke 20 menjadi saksi perpecahan antara filsafat analitik dan filsafat kontinental, serta tren filosofis seperti fenomenologi, eksistensialisme, Positivisme Logis, Pragmatisme dan Linguistik.
Daerah Bulan Sabit Subur, Iran dan Arab adalah cikal bakal bagi filosofi sastra hikmat yang paling awal dikenal, dan saat ini sebagian besar didominasi oleh budaya Islam. Literatur kebijaksanaan awal dari daerah ini adalah aliran yang berusaha menginstruksikan orang untuk melakukan tindakan etis, kehidupan praktis dan kebajikan melalui cerita dan amsal. Di Mesir Kuno, teks-teks ini dikenal sebagai sebayt (ajaran) dan ini sangat penting bagi pemahaman kita tentang filsafat Mesir Kuno. Astronomi Babilonia juga memasukkan banyak spekulasi filosofis tentang kosmologi yang mungkin telah mempengaruhi orang Yunani Kuno. Filosofi Yahudi dan filsafat Kristen adalah tradisi religius-religius yang berkembang baik di Timur Tengah maupun di Eropa, yang keduanya memiliki teks Yudaik awal tertentu (terutama Tanakh) dan kepercayaan monoteistik. Pemikir Yahudi seperti Geonim dari Akademi Talmud di Babilonia dan Maimonides terlibat dengan filsafat Yunani dan Islam. Kemudian filsafat Yahudi berada di bawah pengaruh intelektual Barat yang kuat dan mencakup karya-karya Musa Mendelssohn yang mengantarkannya ke Haskalah (the Jewish Enlightenment), eksistensialisme Yahudi dan Yudaisme Reformasi.
Filsafat Iran pra-Islam dimulai dengan karya Zoroaster, salah satu promotor pertama monoteisme dan dualisme antara yang baik dan yang jahat. Kosmogoni dualistik ini kemudian mempengaruhi perkembangan filsafat Iran seperti Manikheisme, Mazdakisme, dan Zurvanisme.
Setelah penaklukan Muslim, filsafat Islam Awal mengembangkan tradisi filosofis Yunani dalam arah inovatif baru. Zaman Keemasan Islam ini mempengaruhi perkembangan intelektual Eropa. Dua arus utama pemikiran Islam awal adalah Kalam yang berfokus pada teologi Islam dan falsafah yang didasarkan pada Aristotelianisme dan Neoplatonisme. Karya Aristoteles sangat berpengaruh di kalangan para ahli falsafah seperti al-Kindi (abad ke-9), Ibnu Sina (980 - 10 Juni) dan Ibnu Rusyd (abad ke-12). Yang lainnya seperti Al-Ghazali sangat kritis terhadap metode falsafah Aristoteles. Pemikir Islam juga mengembangkan metode ilmiah, kedokteran eksperimental, teori optik dan filosofi hukum. Ibn Khaldun adalah seorang pemikir berpengaruh dalam filsafat sejarah.
Di Iran, beberapa sekolah filsafat Islam terus berkembang setelah Zaman Keemasan dan mencakup berbagai arus seperti filsafat iluminasi, filsafat Sufi, dan teosofi transenden. Pada abad 19 dan 20 dunia Arab menjadi saksi dari Nahda (kebangkitan, atau pencerahan) yang mempengaruhi filsafat Islam kontemporer.
Filsafat India ([darśana] Error: {{Lang-xx}}: text has italic markup (help); 'pandangan dunia', 'ajaran')[37] adalah tradisi filosofis yang berasal dari anakbenua India. Tradisi filsafat India umumnya diklasifikasikan sebagai ortodoks atau heterodoks - āstika atau nāstika - tergantung pada apakah mereka menerima otoritas Weda dan apakah mereka menerima teori Brahman dan Atman.[38][39] Aliran ortodoks umumnya mencakup Nyaya, Vaisheshika, Samkhya, Yoga, Mīmāṃsā dan Vedanta, dan aliran heterodoks yang umum antara lain: Jain, Buddhis, Ajñana, Ajivika dan Cārvāka. Beberapa teks filosofis yang paling awal bertahan adalah Upanishad dari Akhir periode Veda (1000-500 SM). Konsep filosofis India yang penting antara lain: dharma, karma, samsara, moksha dan ahimsa. Filsuf India mengembangkan sebuah sistem penalaran epistemologis (pramana) dan logika, topik yang diselidiki antara lain metafisika, etika, hermeneutika dan soteriologi. Filosofi India juga meliput topik seperti filsafat politik sebagaimana yang terlihat dalam Arthashastra c. Abad ke-4 SM, dan filosofi cinta seperti yang terlihat dalam Kama Sutra.
Enam aliran ortodoks yang umum dijumpai muncul pada awal Era Umum dan Kekaisaran Gupta.[40] Aliran Hindu ini berkembang dari "Hindu sintesis" penggabungan ortodoks brahmanikal dan elemen nir ortodoks dari Buddhisme dan jainisme sebagai cara untuk menanggapi tantangan nir ortodoks.[41] Pemikiran Hindu juga menyebar ke timur hingga Kerajaan Sriwijaya di Indonesia dan Kekaisaran Khmer di Kamboja.
Perkembangan selanjutnya meliputi pengembangan Tantra dan pengaruh Iran-Islam. Buddhisme sebagian besar hilang dari India setelah penaklukan Muslim di benua India, mereka bertahan di wilayah Himalaya dan India selatan.[42] Pada periode modern awal terjadi perkembangan Navya-Nyāya ('alasan baru') di bawah filsuf seperti Raghunatha Siromani (c.1460-1540) yang mendirikan tradisi, Jayarama Pancanana, Mahadeva Punatamakara dan Yashovijaya (yang merumuskan sebuah solusi Jain).[43]
Pada era modern awal terjadi kebangkitan nasionalisme Hindu, gerakan reformasi Hindu dan Neo-Vedanta (atau modernisme Hindu) yang pendukung utamanya memasukkan Vivekananda, Mahatma Gandhi dan Aurobindo dan untuk pertama kalinya mempromosikan gagasan tentang "Hinduisme bersatu". Karena pengaruh kolonialisme Inggris, kebanyakan karya filosofis India modern ada dalam bahasa Inggris, termasuk karya pemikir seperti Radhakrishnan, Krishna Chandra Bhattacharya, Bimal Krishna Matilal dan M. Hiriyanna.
Filsafat Buddha diawali dengan pemikiran Buddha Gautama (antara abad keenam dan keempat SM) dan dipelihara dalam teks Buddhis awal. Pemikiran Buddhis bersifat trans-regional dan trans-budaya. Pemikiran ini berasal dari India dan kemudian menyebar ke Asia Timur, Tibet, Asia Tengah, dan Asia Tenggara, mengembangkan tradisi baru dan sinkretik di wilayah-wilayah yang berbeda tersebut. Beberapa aliran pemikiran Buddhis adalah tradisi filosofis yang dominan di Tibet dan negara-negara Asia Tenggara seperti Sri Lanka dan Burma. Karena ketidaktahuan terhadap sifat sebenarnya dari sesuatu dianggap sebagai salah satu akar penderitaan (dukkha), filsafat Buddhis berkaitan dengan epistemologi, metafisika, etika dan psikologi. Akhir dari dukkha juga mencakup praktik meditasi. Konsep inovatif utama meliputi Empat Kebenaran Mulia, Anatta (bukan diri sendiri) sebuah kritik terhadap identitas pribadi tetap, ketidakkekalan (Anicca), dan sebuah skeptisisme tentang pertanyaan metafisik.
Tradisi filosofis Buddhis kemudian mengembangkan psikologi fenomenologis kompleks yang disebut "Abhidharma". Filsuf mahayana seperti Nagarjuna dan Vasubandhu mengembangkan teori Shunyata (kekosongan semua fenomena) dan Vijnapti-matra (penampakan saja), sebuah bentuk fenomenologi atau idealisme transendental. Ajaran Dignāga Pramāṇa mempromosikan bentuk kompleks epistemologi dan logika Buddhis. Setelah lenyapnya Buddhisme dari India, tradisi filosofis ini terus berkembang dalam tradisi Buddha Tibet, Buddha Asia Timur, dan Buddha Theravada. Pada periode modern muncul kebangkitan Modernisme Buddhisme dan Buddhisme Humanistik di bawah pengaruh Barat dan perkembangan Buddhisme Barat dengan pengaruh dari psikologi modern dan filsafat Barat.
Pemikiran filosofis Asia Timur dimulai sejak masa Tiongkok Kuno, dan filsafat Tiongkok dimulai pada masa Dinasti Zhou Barat dan pada periode berikutnya setelah dinasti tersebut jatuh, yaitu ketika "Seratus Aliran Pemikiran" berkembang (abad ke-6 sampai tahun 221 SM).[44][45] Periode ini ditandai oleh perkembangan intelektualisme dan budaya yang signifikan dan bangkitnya ajaran filosofis utama di China, Konfusianisme, legalisme, dan Taoisme dan juga banyak ajaran lain yang kurang berpengaruh. Tradisi filosofis ini mengembangkan teori metafisik, politik dan etika seperti Tao, Yin dan yang, Ren dan Li yang bersama dengan Buddhisme Tiongkok, secara langsung mempengaruhi filsafat Korea, filsafat Vietnam dan filsafat Jepang (yang juga mencakup tradisi asli Shinto). Buddhisme mulai berdatangan di Tiongkok selama Dinasti Han (206 SM-220 M), melalui transmisi Jalur Sutra secara bertahap dan melalui pengaruh asli yang mengembangkan bentuk bahasa China yang berbeda (seperti Chan/Zen) yang tersebar di seluruh budaya Asia Timur. Selama dinasti Tiongkok berikutnya seperti Dinasti Ming (1368-1644) dan juga di dinasti Joseon (1392-1897) sebuah kebangkitan Neo-Konfusianisme yang dipimpin oleh para pemikir seperti Wang Yangming (1472-1529) menjadi ajaran pemikiran dominan yang dipromosikan oleh otoritas kekaisaran.
Di era Modern, pemikir Tiongkok memasukkan gagasan dari filsafat Barat. Filsafat Marxis Tiongkok berkembang di bawah pengaruh Mao Zedong, sementara pragmatisme Tiongkok berkembang di bawah Hu Shih dan Konfusian Baru meningkat dipengaruhi oleh Xiong Shili. Pemikiran Jepang modern sementara itu berkembang di bawah pengaruh Barat yang kuat seperti studi Ilmu Pengetahuan Barat (Rangaku) dan masyarakat intelektual modern Meirokusha yang mengambil pemikiran pencerahan Eropa. Pada abad ke 20 Negara Shinto dan nasionalisme Jepang berkembang pesat. Aliran Kyoto, sebuah aliran filsafat Jepang yang unik dan berpengaruh dikembangkan dari fenomenologi Barat dan filsafat Buddha Jepang Abad Pertengahan seperti Dogen.
Filsafat Afrika adalah filsafat yang dihasilkan oleh orang Afrika, filsafat yang menyajikan pandangan, gagasan dan tema dunia Afrika, atau filsafat yang menggunakan metode filosofis Afrika yang berbeda. Pemikiran modern Afrika banyak mengkaji Etnofilosofi, dengan mendefinisikan makna filsafat Afrika beserta karakteristiknya yang unik dan apa arti dari menjadi orang Afrika.[46] Selama abad ke-17, filsafat Etiopia mengembangkan tradisi sastra kuat seperti yang dicontohkan oleh Zera Yacob. Filsuf Afrika awal lainnya, Anton Wilhelm Amo (lahir 1703-1759) menjadi filsuf terhormat di Jerman. Ide filosofis Afrika yang berbeda antara lain: Ujamaa, gagasan Bantu tentang 'Kekuatan', Négritude, Pan-Afrikanisme dan Ubuntu . Pemikiran Afrika kontemporer juga mencakup perkembangan filsafat Profesional dan filsafat Afrikana, literatur filosofis diaspora Afrika yang mencakup arus eksistensialisme hitam oleh orang Afrika-Amerika. Pemikir Afrika modern telah dipengaruhi oleh Marxisme, sastra Afrika-Amerika, teori kritis, teori ras kritis, Postkolonialisme dan Feminisme.
Filsafat Amerika pribumi adalah filosofi Penduduk Asli Amerika. Ada berbagai macam kepercayaan dan tradisi di antara budaya Amerika yang berbeda ini. Di antara beberapa penduduk asli Amerika di Amerika Serikat ada kepercayaan akan prinsip metafisik yang disebut "Misteri Besar" (Siouan: Wakan Tanka, dalam bahasa Algonquian: Gitche Manitou). Konsep lain yang tersebar luas adalah Orenda atau "kekuatan spiritual". Menurut Peter M. Whiteley, untuk penduduk asli Amerika, "Pikiran secara kritis diberitahu oleh pengalaman transendental (mimpi, penglihatan dan sebagainya) dan juga oleh akal."[47] Praktik untuk mengakses pengalaman transendental ini disebut Shamanisme. Ciri lain dari pandangan dunia Amerika asli adalah perpanjangan etika mereka terhadap hewan dan tumbuhan non-manusia.[47][48]
Di Mesoamerika, filsafat Aztec adalah tradisi intelektual yang dikembangkan oleh individu yang disebut Tlamatini ('mereka yang mengetahui sesuatu') [49] dan gagasannya dipelihara dalam berbagai kodeks Aztec. Pandangan dunia Aztec mengemukakan konsep energi universal atau kekuatan universal yang disebut Ometeotl yang dapat diterjemahkan sebagai "Energi Kosmik ganda" dan mencari cara untuk hidup seimbang dengan dunia "licik" yang terus berubah". Teori Teotl dapat dilihat sebagai bentuk Panteisme.[50] Filsuf Aztec mengembangkan teori metafisika, epistemologi, nilai, dan estetika. Etika Aztec difokuskan untuk mencari tlamatiliztli (pengetahuan, kebijaksanaan) yang didasarkan pada moderasi dan keseimbangan dalam semua tindakan seperti dalam pepatah Nahua "kebaikan tengah sangat diperlukan".[50]
Peradaban Inca juga memiliki kelas elit filsuf-cendekiawan (Amawtakuna), yang berperan penting dalam sistem pendidikan Inca sebagai guru agama, tradisi, sejarah dan etika. Konsep kunci pemikiran Andean adalah Yanantin dan Masintin yang melibatkan teori "saling berlawanan komplementer" yang melihat polaritas (seperti laki-laki/perempuan, gelap/terang) sebagai bagian dari keseluruhan yang harmonis.[51]
Pertanyaan filosofis dapat dikelompokkan ke dalam kategori. Pengelompokan ini memungkinkan para filsuf untuk fokus pada serangkaian topik serupa dan berinteraksi dengan pemikir lain yang tertarik dengan pertanyaan yang sama. Pengelompokan juga membuat filosofi lebih mudah bagi siswa untuk didekati. Siswa dapat mempelajari prinsip-prinsip dasar yang terlibat dalam satu aspek lapangan tanpa terbebani dengan keseluruhan teori filosofis.
Berbagai sumber menyajikan beragam skema kategoris. Kategori yang diadopsi dalam artikel ini bertujuan untuk keluasan dan kesederhanaan.
Kelima cabang utama ini dapat dipisahkan menjadi sub cabang dan masing-masing sub cabang memiliki banyak bidang studi yang spesifik.[52]
Perpecahan ini tidak lengkap, tidak saling eksklusif atau berdiri sendiri-sendiri. (Seorang filsuf mungkin mengkhususkan diri pada epistemologi kantian, estetika platonik, atau filsafat politik modern.) Selain itu, pertanyaan filosofis ini terkadang saling tumpang tindih dengan pertanyaan lain seperti sains, agama atau matematika.[54]
Metafisika adalah studi tentang ciri-ciri paling umum dari realitas, seperti eksistensi, waktu, objek dan properti mereka, keseluruhan dan bagiannya, kejadian, proses dan sebab akibat, serta hubungan antara budi dan tubuh. Metafisika mencakup kosmologi, studi tentang dunia secara keseluruhan dan ontologi, studi tentang realitas.
Pokok perdebatan utamanya adalah antara realisme, yang berpendapat bahwa ada entitas yang independen terlepas dari persepsi mental dan idealisme mereka, yang berpendapat bahwa realitas tersebut dibangun secara mental atau immaterial. Metafisika membahas topik identitas. Esensi adalah himpunan atribut yang membuat objek sebaimana dasarnya dan tanpa esensi objek itu akan kehilangan identitasnya, sementara aksiden adalah properti yang dimiliki objek, yang tanpanya objek masih tetap dapat mempertahankan identitasnya. Partikular adalah objek yang dikatakan ada di ruang dan waktu, berlawanan dengan benda abstrak, seperti angka, dan universal, yang merupakan sifat yang dimiliki oleh beberapa hal khusus, seperti warna kemerahan suatu benda atau jenis kelamin. Jenis eksistensi (jika ada) benda universal dan abstrak adalah isu perdebatan dalam metafisika.
Epistemologi adalah studi tentang pengetahuan (dari bahasa Yunani episteme).[55] Ahli epistemologi mempelajari sumber pengetahuan, termasuk intuisi, argumen a priori, ingatan, pengetahuan perseptual, pengetahuan diri dan kesaksian. Mereka juga bertanya: Apa itu kebenaran? Apakah pengetahuan itu benar-benar keyakinan sejati? Apakah ada kepercayaan yang dibenarkan? Pengetahuan empiris mencakup pengetahuan proposisional (pengetahuan bahwa ada sesuatu yang terjadi), kecakapan (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) dan pengenalan (familiaritas dengan seseorang atau sesuatu). Ahli epistemologi memeriksa hal ini dan bertanya apakah pengetahuan itu benar-benar layak.
Teori nilai (atau aksiologi) adalah cabang utama filsafat yang membahas topik-topik seputar kebaikan, keindahan dan keadilan. Teori nilai meliputi etika, estetika, filsafat politik, filsafat feminis, filsafat hukum, dan lain-lain.
Etika, atau "filsafat moral", mempelajari dan mempertimbangkan perilaku yang baik dan yang buruk, nilai yang benar dan salah, serta kebaikan dan kejahatan. Penyelidikan utamanya meliputi bagaimana menjalani kehidupan yang baik dan mengidentifikasi standar moralitas. Ini juga mencakup meta-analisis tentang bagaimana cara terbaik untuk hidup atau standar terkait yang ada. Cabang utama etika adalah etika normatif, meta-etika dan etika terapan.
Area perdebatan utamanya meliputi konsekuensial, di mana tindakan dinilai berdasarkan hasil potensial dari tindakan tersebut. Seperti misalnya untuk memaksimalkan kebahagiaan, yang disebut utilitarianisme, dan deontologi, di mana tindakan dinilai sesuai dengan bagaimana mereka mematuhi prinsip, terlepas dari tujuan negatif tindakan tersebut.
Estetika adalah "refleksi kritis terhadap seni, budaya dan alam."[56][57] Cabang filsafat ini membahas sifat-sifat seni, keindahan dan rasa, kenikmatan, nilai-nilai emosional, persepsi serta penciptaan dan apresiasi terhadap keindahan.[58][59] Estetika, lebih tepatnya didefinisikan sebagai studi tentang hal-hal inderawi atau nilai-nilai inderawi-emosional, kadang-kadang disebut penilaian dari perasaan dan rasa.[60] Cabang utamanya adalah teori seni, teori sastra, teori film dan teori musik. Contoh dari teori seni adalah membedakan seperangkat prinsip yang mendasari karya seniman tertentu atau gerakan artistik seperti estetika Kubisme.[61] Filsafat film menganalisis film dan pembuat film berkaitan dengan kandungan filosofis dalam film dan mengeksplorasi film (gambar, sinema, dll.) Sebagai media refleksi dan ekspresi filosofis.[butuh rujukan]
Filsafat politik adalah studi tentang pemerintah dan hubungan individu (atau keluarga dan klan) dengan masyarakat, termasuk negara. Ini mencakup pertanyaan tentang keadilan, hukum, properti dan hak serta kewajiban warga negara. Politik dan etika adalah dua subjek yang secara tradisional terkait, karena keduanya membahas pertanyaan tentang bagaimana orang harus hidup bersama.
Cabang-cabang lain dari teori nilai antara lain:
Banyak disiplin ilmu menghasilkan pertanyaan filosofis. Hubungan antara "X" dan "filosofi X" masih diperdebatkan. Richard Feynman berpendapat bahwa filosofi suatu topik tidaklah relevan dengan penelitian utamanya, dia mengatakan bahwa "filsafat ilmu sama bergunanya bagi para ilmuwan seperti halnya ornitologi bagi burung." Curtis White, sebaliknya, berpendapat bahwa alat filosofis sangat penting untuk humaniora, ilmu pengetahuan dan ilmu sosial.[62]
Topik-topik filsafat ilmu adalah angka, simbol dan metode formal penalaran seperti yang digunakan dalam ilmu sosial dan ilmu alam.
Logika adalah studi tentang penalaran dan argumen. Argumen adalah "sebuah rangkaian pernyataan yang terhubung dan dimaksudkan untuk membangun suatu proposisi". Rangkaian pernyataan-pernyataan yang terhubung disebut "premis" dan proposisi adalah kesimpulannya. Sebagai contoh:
Karena itu, Socrates adalah makhluk fana. (kesimpulan) Penalaran deduktif adalah ketika diberikan premis tertentu, kesimpulannya tersirat dan tak terhindarkan. Aturan inferensi digunakan untuk menyimpulkan kesimpulan seperti, modus ponens, di mana diberikan "A" dan "Jika A maka B", maka "B" harus disimpulkan.
Karena penalaran yang baik adalah elemen penting dari semua ilmu,[63] ilmu sosial dan disiplin ilmu humaniora, logika menjadi sebuah ilmu formal. Sub-bidang logika antara lain logika matematika, logika filosofis, Modal logika, logika komputasi dan logika non-klasik. Pertanyaan utama dalam filsafat matematika adalah apakah entitas matematika objektif dan ditemukan, yang disebut realisme matematika, atau diciptakan, yang disebut antirealisme matematika.
Cabang ini mengeksplorasi fondasi, metode, sejarah, implikasi, dan tujuan ilmu. Banyak sub-divisi yang berhubungan dengan cabang ilmu tertentu. Sebagai contoh, filsafat biologi berkaitan secara khusus dengan masalah metafisik, epistemologis dan etika dalam ilmu biomedis dan kehidupan. Filsafat matematika mempelajari asumsi filosofis, dasar dan implikasi matematika.
Beberapa filsuf mengkhususkan diri dalam satu periode historis atau lebih. Sejarah filsafat adalah studi tentang periode tertentu, individu, atau aliran tertentu. Bidang ini masih berkaitan, tetapi tidak sama dengan filsafat sejarah (aspek teoritis sejarah, yang berkaitan dengan pertanyaan seperti sifat bukti sejarah dan kemungkinan objektivitas).
Tulisan Hegel Lectures on the Philosophy of History memengaruhi banyak filsuf untuk menafsirkan kebenaran berdasarkan sejarah, melahirkan sebuah pandangan yang disebut historisisme.
Filsafat agama berkaitan dengan pertanyaan yang melibatkan agama dan ide-ide agama dari sudut pandang filosofis netral (berlawanan dengan teologi, yang dimulai dari keyakinan agama).[64] Secara tradisional, pertanyaan-pertanyaan keagamaan tidak dilihat sebagai bidang terpisah dari filsafat yang sesungguhnya, gagasan tentang bidang terpisah baru muncul pada abad ke-19.[65]
Permasalahan dalam cabang filsafat ini antara lain tentang keberadaan Tuhan, hubungan antara akal dan iman, pertanyaan epistemologi agama, hubungan antara agama dan sains, bagaimana menafsirkan pengalaman keagamaan, pertanyaan tentang keberadaan akhirat, masalah bahasa agama, keberadaan jiwa, serta tanggapan terhadap pluralisme agama dan keragaman.
Metafilsafat mengeksplorasi tujuan-tujuan filsafat, batasan-batasannya, serta metode yang digunakan.
Philosophy is rationally critical thinking, of a more or less systematic kind about the general nature of the world (metaphysics or theory of existence), the justification of belief (epistemology or theory of knowledge), and the conduct of life (ethics or theory of value). Each of the three elements in this list has a non-philosophical counterpart, from which it is distinguished by its explicitly rational and critical way of proceeding and by its systematic nature. Everyone has some general conception of the nature of the world in which they live and of their place in it. Metaphysics replaces the unargued assumptions embodied in such a conception with a rational and organized body of beliefs about the world as a whole. Everyone has occasion to doubt and question beliefs, their own or those of others, with more or less success and without any theory of what they are doing. Epistemology seeks by argument to make explicit the rules of correct belief formation. Everyone governs their conduct by directing it to desired or valued ends. Ethics, or moral philosophy, in its most inclusive sense, seeks to articulate, in rationally systematic form, the rules or principles involved.in Honderich 1995.
The English word "philosophy" is first attested to c. 1300, meaning "knowledge, body of knowledge."
Ancient Greek philosophy was divided into three branches of knowledge: natural science, ethics, and logic.
E*pis`te*mol"o*gy (?), n. [Gr. knowledge + -logy.] The theory or science of the method or grounds of knowledge.
Sumber pustaka mengenai Filsafat |